Temukan yang Anda cari

atau cari melalui

topik

Article
Article

Article

e-Book
e-Book

e-Book

Video
Video

Video

Campaigns
Campaigns

Campaigns

Architecture
Kamera Saku

Kamera Saku

Architecture
DSLRs

DSLRs

Architecture
Videografi

Videografi

Architecture
Astrofotografi

Astrofotografi

Architecture
Tanpa Cermin

Tanpa Cermin

Architecture
Fotografi arsitektur

Fotografi arsitektur

Architecture
Teknologi Canon

Teknologi Canon

Architecture
Fotografi cahaya minimal

Fotografi cahaya minimal

Architecture
Wawancara fotografer

Wawancara fotografer

Architecture
Fotografi lanskap

Fotografi lanskap

Architecture
Fotografi makro

Fotografi makro

Architecture
Fotografi olahraga

Fotografi olahraga

Architecture
Fotografi Wisata

Fotografi Wisata

Architecture
Fotografi bawah air

Fotografi bawah air

Architecture
Konsep & Aplikasi Fotografi

Konsep & Aplikasi Fotografi

Architecture
Fotografi Jalanan

Fotografi Jalanan

Architecture
Kamera Mirrorless Full-frame

Kamera Mirrorless Full-frame

Architecture
Lensa & Aksesori

Lensa & Aksesori

Architecture
Nature & Wildlife Photography

Nature & Wildlife Photography

Architecture
Fotografi Potret Wajah

Fotografi Potret Wajah

Architecture
Fotografi Malam

Fotografi Malam

Architecture
Fotografi Hewan Piaraan

Fotografi Hewan Piaraan

Architecture
Solusi Pencetakan

Solusi Pencetakan

Architecture
Ulasan produk

Ulasan produk

Architecture
Fotografi Pernikahan

Fotografi Pernikahan

Saran & Tutorial >> Semua Saran & Tutorial

Pengaturan Kamera untuk Menangkap Halimun di Awal Pagi

2016-08-18
2
6.37 k
Dalam artikel ini:

Halimun dan kabut, yang sering terjadi pada dataran tinggi, khususnya di awal pagi, dapat menciptakan suasana indah yang senyap dan bergetar. Tetapi, kondisi pencahayaan juga membuatnya sangat sulit untuk difoto. Pengaturan apa yang seharusnya kita gunakan agar dapat menangkap hijau rumpun dedaunan yang jelas dan misteri kabut pagi yang menyelubungi akar pepohonan secara mengesankan? Dalam artikel ini, saya akan memperkenalkan variasi teknik yang digunakan oleh fotografer profesional. (Dilaporkan oleh: Rika Takemoto)

EOS 7D/ EF70-200mm f/4L IS USM/ FL: 70mm (setara 112mm) / Aperture-Priority AE (f/16, 8 det, EV+0,3) / ISO 200/ WB: Daylight
Foto di atas menunjukkan padang yang luas pada dataran tinggi, diselubungi kabut pagi hari. Saya menemukan pohon yang berbentuk indah, dan memutuskan untuk menggunakannya sebagai subjek utama. Selanjutnya, saya menyesuaikan posisi pemotretan untuk mendapatkan bidikan yang seimbang baik dengan belukar pepohonan birch (semacam pohon jati) yang diselubungi kabut putih di latar belakang.

 

Pemandangan dan pendekatan saya

Pemandangan ini menghadirkan padang di dataran tinggi yang diselubungi kabut di awal pagi, hingga satu meter di atas permukaan tanah. Saya terpesona olehnya, karena terlihat bagaikan ada filter fokus halus yang hanya diterapkan ke akar pepohonan. Inilah yang saya ingin hadirkan dalam foto saya.

Karena keadaan di sekelilingnya masih gelap ketika saya mengambil bidikan sewaktu matahari terbit, saya menggunakan tripod untuk meminimalkan noise dan goyangan kamera, lalu membingkai dan menyusun gambar saya menggunakan mode Live View. 

Untuk komposisinya, saya memilih pohon dengan rumpun dedaunan yang indah, untuk menjadi figur pusat dalam frame (bingkai). Kemudian, saya mengurangi aperture untuk mencapai depth of field yang lebih besar, agar dapat secara jelas menggambarkan dataran tinggi yang diselubungi kabut pagi hari. Menempatkan langit putih dalam bingkai akan merusaknya, jadi saya berupaya untuk tidak melakukannya. Alih-alih, saya fokuskan pada penempatan siluet batang pohon di bagian tengah agar dapat menciptakan komposisi sederhana namun tegas. Hal ini akan menonjolkan perasaan senyap lanskap, yang merupakan tema foto saya.

 

Butir 1: Gunakan f/16 untuk menciptakan kedalaman

Kontras buruk yang diciptakan oleh kabut dapat menyebabkan gambar Anda terlihat datar. Untuk menciptakan kedalaman pada gambar, Anda tentu ingin memastikan bahwa kabut tipis yang menutupi belukar pepohonan di latar belakang, juga tertangkap secara jelas—bukan hanya pohon di latar depan. Menggunakan mode Aperture-priority AE, saya kemudian mengurangi aperture ke f/16. Ini juga memperlambat kecepatan rana, yang memiliki manfaat tambahan menangkap tekstur lembut samar-samar udara yang berkabut.

 

Butir 2: Mengkompensasi untuk sedikit kekurangan cahaya dengan EV+0,3

Menempatkan kabut atau halimun dalam bingkai bisa membuat gambar tampak agak kekurangan cahaya. Dalam situasi semacam itu, Anda harus menggunakan kompensasi pencahayaan positif. Kuncinya adalah memfokuskan pada kecerahan kabut. Karena kecepatan rana akan diperlambat, Anda sebaiknya menggunakan tripod ketika membidik untuk mencegah keburaman.

 

Butir 3: Gunakan White Balance (Daylight) untuk menangkap hijau rumpun dedaunan yang menyegarkan

Gunakan WB (Daylight) untuk menciptakan kembali warna dataran tinggi yang menyegarkan pada awal pagi hari. Jika menggunakan ”Cloudy” atau “Shade”, nada kuning akan muncul lebih kuat, memberikan kesan bahwa bidikan diambil pada siang hari. Namun demikian, jika Anda membidik dengan “Fluorescent” atau “Tungsten”, nada biru akan menjadi terlalu kuat, membuat gambar tampak tidak alami. Dengan memilih “Daylight” akan meningkatkan nada biru sedikit—cukup untuk membuat rumpun dedaunan tampak lebih hidup.

 

Saran: Kabut pagi kerap terjadi di dataran tinggi

Ada beragam jenis halimun dan kabut, masing-masing dengan penyebab dan pola yang berbeda. Pada padang rumput di dataran tinggi, seperti di tempat saya melakukan bidikan, suhunya amat sangat berbeda, sehingga halimun dan kabut cenderung lebih sering muncul. Ini disebabkan, pada saat matahari terbit, panasnya menyebabkan embun pada rerumputan menguap dan berubah menjadi halimun atau kabut. Kemungkinan Anda akan kebasahan apabila memotret dalam suasana berkabut, jadi, lakukan persiapan, kenakan pakaian dan sepatu bot kedap air.

 

Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!

 

 

Rika Takemoto

 

Sebagai seorang fotografer lanskap, Takemoto mengawali fotografi sebagai hobi sejak tahun 2004. Pada tahun 2007, ia terlibat dalam mengelola situs web berbagi foto. Ia belajar di bawah asuhan seorang fotografer lanskap alam, Yoshiteru Takahashi, dan kemudian menjadi seorang fotografer freelancer. Semenjak itu, ia telah memotret sekian banyak lanskap di seluruh Jepang (sesekali di luar negeri), mencakup beragam luas tema.

 

Digital Camera Magazine

 

Majalah bulanan yang berpendapat bahwa kegembiraan fotografi akan meningkat dengan semakin banyaknya seseorang belajar tentang berbagai fungsi kamera. Majalah ini menyampaikan berita mengenai kamera dan fitur terbaru serta secara teratur memperkenalkan berbagai teknik fotografi.
Diterbitkan oleh Impress Corporation

Berbagi foto Anda di My Canon Story & berpeluang ditampilkan pada platform media sosial kami