Di dunia ini, hanya ada sedikit hal yang dapat membangkitkan panggilan mengembara daripada serangkaian foto wisata yang dipotret dengan baik. Fotografi lanskap, khususnya, memunculkan rasa kagum, mendatangkan nafas alam yang paling murni dan menarik Anda ke dalam keajaiban bumi yang alami. Pada bulan ini, fotografer wisata profesional Jino Lee memberikan 5 tips fotografi lanskap kepada kita. (Foto oleh: Jino Lee, Teks oleh: Natalie Koh)
Ketika Jino Lee baru memulai kariernya, dia mengambil peran dalam industri rekayasa musik & suara selama 13 tahun sebelum beralih ke fotografi pada tahun 2003. Dan sejak saat itu, dia belum pernah menoleh kembali ke belakang.
Meskipun karier fotografinya diawali dengan fotografi acara dan pernikahan, namun minatnya yang sebenarnya adalah dalam fotografi wisata. "Yang paling menginspirasi bagi saya adalah kesempatan untuk berwisata ke tempat-tempat yang ‘terpencil', bertemu dengan penduduk lokal, mempelajari budaya mereka dan cukup berada dalam perjalanan," ujarnya dengan penuh semangat.
"Fotografi lanskap (termasuk pemandangan laut & lanskap kota) merupakan bagian dan potongan dari fotografi wisata. Subjek utama lainnya dalam fotografi wisata adalah kehidupan dan interaksi manusia, budaya dan gaya hidup."
Menurutnya, pokok dari fotografi lanskap, adalah pencahayaan yang baik dan titik pandang. Itulah yang membawakan kita pada tips fotografi lanskap dari kariernya selama 12 tahun sebagai seorang fotografer.
1) Karena pencahayaan merupakan kunci keberhasilan, lakukan pemotretan pada jam-jam subuh di pagi hari atau pada waktu senja di sore hari sampai menjelang malam ketika matahari akan terbenam dan kualitas cahaya pada tahap yang terbaik.
2) Kenali lokasi Anda, pergilah lebih awal untuk menjelajahi lokasi tersebut dan temukan titik pandang yang terbaik.
3) Gunakan mode Manual (M) sehingga Anda bisa mengendalikan pajanan (exposure) Anda sepenuhnya.
4) Gunakan pengaturan diafragma yang lebih kecil (f-stop yang lebih tinggi mis. f11 dan di atasnya), dengan tripod yang kokoh dan kabel pelepas rana (cable release).
5) Carilah latar depan yang menarik untuk hasil pemotretan yang lebih bagus jika Anda melakukan pemotretan dengan lensa sudut lebar (16mm hingga 24mm) dan dari permukaan tanah. Jika Anda melakukan pemotretan dari seberang bukit, gunakan lensa telefoto (100mm dan di atasnya) dan carilah subjek yang menarik untuk menjadi Fokus dari Perhatian Anda.
Melebihi segalanya, menurut Jino, penting untuk memiliki kesabaran tinggi. "Kadang-kadang seseorang harus pergi ke lokasi yang sama sampai beberapa kali untuk mendapatkan pencahayaan terbaik. Sedangkan untuk pemandangan laut, meskipun matahari telah terbenam, Anda masih bisa melakukan teknik memotret dengan kecepatan rana yang lama (pajanan yang lama/long exposure) selama beberapa menit untuk memperoleh pijar cahaya yang indah yang tidak dapat ditangkap oleh mata kita."
*Foto diambil dengan EOS-1D X dengan berbagai lensa Canon L: EF16-35mm f/2.8L II USM, EF24-70mm f/2.8L II USM dan EF70-200mm f/2.8L IS II USM.
Jino Lee adalah seorang fotografer yang telah memenangkan penghargaan internasional, yang bertempat tinggal di Singapura dan pernah menjadi instruktur Canon Imaging Academy selama lebih dari 8 tahun. Ia menemukan inspirasi memotret orang-orang dan budaya terutama di negara-negara berkembang. Fotografer pemenang penghargaan ini juga mendapatkan kehormatan untuk menjadi juri dalam kontes fotografi National Geographic Channel. Saat sedang tidak bertugas, ia suka kembali ke kampung halamannya di Penang untuk menikmati jajanan makanan favoritnya.