Kerbau adalah salah satu hewan paling populer di Indonesia. Mereka memainkan peran penting dalam kehidupan pertanian. Secara tradisional, kerbau air dikenal sebagai teman kerja bagi petani di sawah. Di Kraja, dusun di desa Alasmalang, Kabupaten Singojuruh, kota Banyuwangi di provinsi Jawa Timur, kerbau adalah ikon upacara adat yang bisa menarik banyak pengunjung.
EOS 5D Mark II; EF70-200mm f/2.8L USM; 200mm; f/2.8; 1/320 sec; ISO-800
PowerShot G1 X Mark II; 18mm; f/10; 1/500 sec; ISO-1250
Menurut penanggalan Jawa, pada bulan Suro, masyarakat akan menggelar upacara berpura-pura seperti kerbau air, atau "Kebo-keboan" dalam bahasa Jawa. Mereka akan melukis wajah dan tubuh mereka dengan warna hitam, memakai lonceng kerbau dari bahan kayu pada leher mereka yang disebut"kelunthung kayu" dengan gelang lonceng yang dililitkan di tangan dan kaki sehingga menyerupai seekor kerbau. Setiap peniru akan melakukan ritual ini dengan dan berperan menjadi kerbau, termasuk membajak tanah, menanam, dan menyirami hasil panen. Warga pun bekerjasama untuk mengubah desa menjadi sawah, dengan dihiasi dengan pohon pisang, padang rumput, dan tanaman lainnya agar desa terlihat seperti sawah yang sebenarnya. Sepanjang festival, jalanan akan ditutupi tanaman dan rumput yang disiapkan oleh para peserta. Pompa air raksasa terpasang di sudut perempatan untuk untuk mengubah sebuah sudut perempatan desa menjadi tergenang air. Perempatan tersebut menjadi titik temu peniru kerbau air yang akan berbaris menuju arah keempat penjuru mata angin.
EOS 5D Mark II; EF70-200mm f/2.8L USM; 200mm; f/2.8; 1/5000 sec; ISO-1250
Rangkaian upacara adat tradisional kebo-keboan ini sebenarnya telah dimulai sejak satu minggu sebelumnya ketika orang berkumpul untuk berdoa di makam mbah Buyut Karti, leluhur yang memulai tradisi ini 300 tahun yang lalu. Upacara kebo-keboan ini adalah festival syukuran budaya untuk merayakan kesuksesan panen. Ini juga merupakan momen untuk meminta pada Tuhan agar sawah diberi kesuburan dan kemampuan untuk menghasilkan panen yang berkualitas baik di tahun-tahun berikutnya.
Menurut panitia penyelenggara, Pak Indra Gunawan, awal mula prosesi kebo-keboan lahir karena wabah penyakit yang melanda seluruh Desa Alasmalang, hingga mbah Buyut Karti mendapat wangsit untuk menggelar selamatan bersih desa & juga petunjuk leluhur bahwa petani menjelma menjadi kerbau, binatang yang memegang posisi penting dalam kehidupan pertanian mereka.
EOS 5D Mark II; EF70-200mm f/2.8L USM; 105mm; f/2.8; 1/2500 sec; ISO-1250
Ritual tersebut diawali dengan penyajian 12 tumpeng beserta ayam dan dilengkapi dengan 5 porsi “jenang Sengkolo”, bubur manis tradisional dan 7 porsi “jenang suro”. Jumlah porsi yang disediakan mempunyai arti tersendiri. Dua belas tumpeng melambangkan 12 (dua belas) bulan dalam satu tahun. Tujuh porsi “jenang suro”yang dihidangkan melambangkan 7 hari dalam satu minggu dan lima porsi “jenang Sengkolo”sebagai wujud hari pasaran dalam kalender jawa. Kesemuanya merupakan filosofi dimensi waktu dalam siklus kehidupan manusia.
EOS 5D Mark II; EF70-200mm f/2.8L USM; 135mm; f/2.8; 1/5000 sec; ISO-500
Tumpeng-tumpeng yang telah didoakan oleh tetua adat akan di nikmati oleh seluruh warga yang di pusatkan di bagian tengah desa, dimana lokasi tersebut merupakan titik tengah prosesi kirab “Ider Bumi”. Sebuah prosesi kirab menuju 4 penjuru mata angin. Prosesi kirab akan di ikuti oleh seluruh para “kerbau-kerbau” yang telah berdandan, lengkap dengan petani pengiringnya dengan diikuti oleh iring-iringan kesenian daerah dan tetabuhan musik tradisional, tanpa ketinggalan sosok Dewi Sri sebagai dewi padi ikut turut serta dalam rombongan kirab. Seperti layaknya prosesi di pertanian, para “kerbau-kerbau” jelmaan dari petani-petani dan warga tersebut akan melakukan proses yang sering dilakukan di sawah, seperti membajak sawah, mengairi dan ditutup dengan menabur benih padi. Warga meyakini beberapa petani yang berdandan seperti kerbau tersebut dirasuki roh gaib, hingga apa yang di lakukannya kadang tanpa disadari, seperti berkubang masuk dalam lumpur, berguling-guling sepanjang jalan hingga ini menjadi hiburan tersendiri ketika mereka menabrak warga yang berkerumun menonton kirab. Dilengkapi dengan peralatan bajak sawah dan tali yang terpasang di pundak masing masing “kerbau” mereka berjalan persis menyerupai kerbau sesungguhnya. Ritual tersebut di tutup dengan penaburan benih padi dimana penaburan yang di lakukan oleh sosok Dewi Sri tersebut akan diperebutkan oleh warga yang meyakini bahwa benih benih yang di peroleh ini akan menghasilkan panen yang berlimpah.
EOS 5D Mark II; EF70-200mm f/2.8L USM; 70mm; f/2.8; 1/8000 sec; ISO-500
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar pun memberikan pesan saat memberikan sambutan di awal acara, menurutnya tradisi unik dan meriah ini harus dilestarikan dan dipraktikkan sepanjang generasi dan tidak boleh dilupakan seiring berjalannya waktu. Ia berharap agar festival ini menjadi objek wisata Banyuwangi dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya.
EOS 5D Mark II; EF70-200mm f/2.8L USM; 200mm; f/2.8; 1/6400 sec; ISO-500
Berikut adalah tips untuk memotret di ritual upacara kebo-keboan Banyuwangi:
1. Datang lebih awal agar mendapatkan moment antusias warga yang tengah mempersiapkan upacara.
2. Gunakan dua kamera dengan lensa tele dan wide-angle. Ini akan membantu Anda untuk mendapatkan adegan dinamis tanpa harus mengganti lensa terlebih dahulu.
3. Hati-hati dan jauhkan kamera dan peralatan Anda dari kotoran. Lokasi bisa menjadi berlumpur dan penuh sesak dengan orang.
4. Tanyakan kepada panitia acara dan komunitas sehingga Anda tahu jadwal acara dan tidak akan melewatkan moment penting apapun.
5. Cerdas dan fleksibel dalam mengatur posisi memotret agar tidak menganggu upacara yang tengah berlangsung.
Cari tahu lebih lanjut, mengapa Anda perlu membawa tutup lensa saat menghadiri acara ini:
3 Alasan Anda Harus Mulai Menggunakan Tudung Lensa
Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!
Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.
Daftar Sekarang!Mengenai Penulis
Misbachul Munir adalah seorang fotografer profesional dari Indonesia. Dia telah berkecimpung dalam industri ini selama lebih dari 20 tahun dan telah berkeliling dunia untuk mendapatkan sejumlah perusahaan yang sukses. Ia juga bekerja sebagai penulis perjalanan di beberapa majalah. Foto-fotonya telah memenangkan beberapa penghargaan dan dia juga bergabung di banyak kontes foto bergengsi. Ia berpengalaman di beragam genre pada fotografi. Namun, kegemarannya ada pada Black and White, Human Interest dan Landscape Photography.