Temukan yang Anda cari

atau cari melalui

topik

Article
Article

Article

e-Book
e-Book

e-Book

Video
Video

Video

Campaigns
Campaigns

Campaigns

Architecture
Kamera Saku

Kamera Saku

Architecture
DSLRs

DSLRs

Architecture
Videografi

Videografi

Architecture
Astrofotografi

Astrofotografi

Architecture
Tanpa Cermin

Tanpa Cermin

Architecture
Fotografi arsitektur

Fotografi arsitektur

Architecture
Teknologi Canon

Teknologi Canon

Architecture
Fotografi cahaya minimal

Fotografi cahaya minimal

Architecture
Wawancara fotografer

Wawancara fotografer

Architecture
Fotografi lanskap

Fotografi lanskap

Architecture
Fotografi makro

Fotografi makro

Architecture
Fotografi olahraga

Fotografi olahraga

Architecture
Fotografi Wisata

Fotografi Wisata

Architecture
Fotografi bawah air

Fotografi bawah air

Architecture
Konsep & Aplikasi Fotografi

Konsep & Aplikasi Fotografi

Architecture
Fotografi Jalanan

Fotografi Jalanan

Architecture
Kamera Mirrorless Full-frame

Kamera Mirrorless Full-frame

Architecture
Lensa & Aksesori

Lensa & Aksesori

Architecture
Nature & Wildlife Photography

Nature & Wildlife Photography

Architecture
Fotografi Potret Wajah

Fotografi Potret Wajah

Architecture
Fotografi Malam

Fotografi Malam

Architecture
Fotografi Hewan Piaraan

Fotografi Hewan Piaraan

Architecture
Solusi Pencetakan

Solusi Pencetakan

Architecture
Ulasan produk

Ulasan produk

Architecture
Fotografi Pernikahan

Fotografi Pernikahan

Produk >> Semua Produk

Ulasan Kebolehan EOS-1D X Mark II Bagian 2: Dual Pixel CMOS AF—Fokus Sempurna, Bahkan dalam Pemandangan Gelap

2016-03-17
1
2.75 k
Dalam artikel ini:

Dalam serial artikel ini, saya akan berbagi kesan pertama saya sebagai fotografer profesional mengenai hasil uji-coba EOS-1D X Mark II di lapangan, di bawah kondisi dingin yang ekstrem. Di Bagian 2 ini, saya menguji fungsi real-time in-camera correction (koreksi dalam kamera pada waktu nyata), dan fitur 4K still frame grab (tangkapan bingkai diam 4K) dalam Live View, bersama dengan kemampuan AF-nya. (Dilaporkan oleh: Gaku Tozuka)

 

Dengan AF Zona Besar, Anda dapat seketika memfokuskan pada subjeknya

Menyusul pengumuman EOS-1D X Mark II—tambahan termutakhir dalam jajaran kamera profesional Canon—tanggal 2 Februari 2016, saya langsung mengambil kesempatan pertama untuk melakukan uji langsung, menggunakan burung liar yang terbang cepat sebagai subjek saya. Saya memasangkan Extender EF 2x III pada lensa super telefoto 500mm untuk memperoleh bidikan setara 1000mm, dan saya terpana oleh performa AF kamera ini. Selama pengalaman saya memotret burung liar, saya menyaksikan kemunculan model flagship yang telah membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

EF500mm f/4L IS II USM+Extender EF 2x III/ FL: 1.000mm / Manual exposure (f/11, 1/2.000 det)/ ISO 800/ WB: Auto/ 61pt Auto Selection AF

EOS iTR AF menampilkan performa pelacakan subjek yang sudah lebih baik, dan paduan dengan AI Servo AF III+, membuat kamera ini tidak tertandingi. Di sini, saya menetapkan fokus pada mata elang ekor putih yang sedang terbang ke arah saya.

EF500mm f/4L IS II USM+Extender EF 2X III/ FL: 1.000mm/ Manual exposure (f/11, 1/3.200 det)/ ISO 1600/ WB: Auto/ Large Zone AF

Dengan Large Zone AF (AF Zona Besar) saya dapat langsung memfokuskan. Saat saya melakukan bidikan genggam kamera, saya dapat menangani pergerakan serumit dan secepat apa pun. Namun demikian, sesungguhnya, kemampuan kamera inilah yang menjaga fokus pada subjek sehingga saya dapat memenuhi tantangan pemotretan pada tingkat kesulitan yang begitu tinggi.

 
 

EF500mm f/4L IS II USM + Extender EF 2X III/ FL: 1.000mm/ Manual exposure (f/11, 1/3.200 det)/ ISO 1600/ WB: Auto/ Zone AF

Sang elang mungkin agak memperlambat laju terbangnya saat menangkap ikan. Namun demikian, dengan menempatkannya pada sudut pandang yang sempit, 1000mm tidak serta-merta berarti Anda mahir. Zone AF, yang sekarang dapat digunakan, bahkan pada f/8, memudahkan untuk menangkap kesempatan foto itu.

 
 

EF500mm f/4L IS II USM + Extender EF 2X III/ FL: 1.000mm/ Manual exposure (f/11, 1/3.200 det)/ ISO 1600/ WB: Auto/ 61-pt Auto Selection AF

Saya menangkap burung elang yang sedang menangkap ikan, lalu terbang lagi, menggunakan mode burst dan 61-point Auto Selection AF (Pemilihan Otomatis AF 61 titik). Target saya mungkin memang besar, tetapi karena bergerak pada kecepatan tinggi, saya harus mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk menjaga target tetap dalam bingkai. Selanjutnya, saya hanya mempercayakannya pada AF.

 
 

Ketika saya menggunakan EOS-1D X Mark II untuk melacak burung yang sedang terbang, fokusnya jarang terkunci pada latar belakang. Walaupun, misalnya terkunci, pada umumnya, kamera akan mengoreksi fokus pelacakan, mungkin akibat saya menekan tombol AF-ON beberapa kali, atau mungkin akibat mode Face Priority berfungsi saat saya melacak subjeknya. Mungkin, saya dapat menghasilkan ini berkat gabungan kemampuan prosesor gambar DIGIC 6+, kemampuan pelacakan subjek yang sudah diperbaiki dari EOS iTR AF baru yang sangat diakui, serta AI Servo AF III+.

Koreksi difraksi waktu nyata mengatasi degradasi gambar, bahkan ketika memotret pada f-number besar

Fungsi yang secara khusus menarik perhatian saya adalah koreksi difraksi waktu nyata kamera ini. Saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menjajal kemampuan kamera, jadi saya mencoba memotret pada f/22, 1/4.000 det, ISO 6400. Meskipun tampak ada sedikit butiran pada gambarnya, namun tidak ada penurunan yang kentara dalam resolusinya.

EF500mm f/4L IS II USM + Extender EF 2X III/ FL: 1.000mm/ Manual exposure (f/22, 1/4.000 det)/ ISO 6400/ WB: Auto/ Large Zone AF

Jika Anda mempersempit aperture terlalu banyak, fokus berdampak buruk oleh efek difraksi. Untuk mencegah ini, EOS-1D X Mark II diperlengkapi dengan fungsi koreksi difraksi waktu nyata built-in. Apabila memotret burung liar, mungkin tidak perlu terlalu sering Anda harus mempersempit aperture hingga sejauh itu, dan fungsi ini kemungkinan menjadi efektif dalam pemandangan yang ingin Anda manfaatkan untuk menangkap bidikan burung liar dengan panorama indah, atau melakukan depth of field (ketajaman ruang) yang lebih besar.

Dengan 4K Frame Grab, Anda dapat menghasilkan karya yang mengekspresikan maksud Anda

Sekarang, Anda juga dapat mengambil tangkapan bingkai diam (kira-kira 8,8 megapiksel) dari film 4K. Membuat film dengan kecepatan rana yang tinggi, akan membantu meminimalkan kemungkinan keburaman atau goyangan kamera dalam tangkapan bingkai Anda. Sebaiknya diingat, kemungkinan mengambil tangkapan bingkai dari awal, alih-alih sekadar membuat film dan baru memikirkan frame grab (tangkapan bingkai) setelahnya. Saya sedang menangkap bidikan burung bangau mahkota merah yang seakan sedang menari pada kejadian ini, tetapi saya harus mengerahkan segala upaya, karena sang bangau akan cepat keluar dari bingkai. Namun demikian, fungsi ini sungguh membuat perbedaan besar, karena ini adalah pemandangan yang sulit diambil oleh bidikan diam. Secara pribadi, ini membuat saya hanya ingin mengambil video full HD dalam gerakan lambat.

Apabila memotret dalam Live View, cukup sentuh layar LCD, dan Anda dapat memfokuskan pada titik itu. Lebih jauh lagi, dengan Dual Pixel CMOS AF yang baru, saya puas dengan kecepatan dan ketepatan AF-nya.

Saya bisa menjelaskan lebih banyak lagi mengenai keuntungan kamera ini. Bisa dipastikan, ini adalah kamera yang sangat luar biasa. Saya berani mengatakan, bahwa dengan kamera ini, kita baru saja menyaksikan kelahiran DSLR yang sempurna, yang lebih daripada sekadar layak untuk menjadi kamera flagship Canon.

EF500mm f/4L IS II USM + Extender EF 2X III/ FL: 1.000mm/ Manual exposure (f/11, 1/2.000 det)/ ISO 800/ WB: Auto/ Large Zone AF

Apabila Anda beralih ke video 4K, layar ditampilkan dalam format lanskap. Saya harus mengerahkan segala kemampuan, karena burung bangau mahkota merah yang sedang menari-nari, akan berulang kali keluar dari bingkai. Apabila memotret secara normal, gerakan kepakan sayap dan tubuh burung tampak buram, jadi Anda perlu membidiknya dengan kecepatan rana yang tinggi. Ketika mengecek gambarnya di layar LCD dan mengambil tangkapan bingkai, akan lebih praktis apabila menyesuaikan kecepatan pemutaran ke gerakan lambat.

EF500mm f/4L IS II USM + Extender EF 1.4x III/ FL: 700mm/ Aperture-Priority AE (f/5.6, 1 det, EV-0.3)/ ISO 200/ WB: Auto/ Face + Tracking Priority AF

Saya mencoba membidik burung hantu Ural setelah matahari terbenam, menggunakan Live View. Meskipun gelap, fokus tetap dapat berfungsi secara sempurna ketika saya menyentuh layar LCD. Tidak pernah terpikirkan oleh saya bahwa Face + Tracking Priority AF akan sehebat ini! Saya menetapkan rana lambat 1 detik, karena keadaannya sangat gelap, mematikan image stabilizer (penstabil gambar), dan menggunakan remote switch (sakelar jarak jauh) untuk melepaskan rana tanpa suara. Karena guncangan cermin dijaga pada level minimum, saya dapat mengambil foto yang serba indah.

EOS-1D X Mark II dan kombinasi lensa yang digunakan dalam ulasan ini

 

EOS-1D X Mark II adalah flagship jajaran EOS DSLR. Saya menguji kamera di medan yang tangguh, kondisinya membeku pada pertengahan musim salju di Hokkaido.

Untuk rincian mengenai EOS-1D X Mark II, klik di sini

 

Menangkap burung bangau dan elang ekor putih dengan lensa super telefoto EF500mm f/4L IS II USM profesional. Bayangkan saja berbagai kemungkinan apabila digunakan bersama dengan EOS-1D X Mark II.

Untuk rincian EF500mm f/4L IS II USM, klik di sini.

 

Dengan Extender EF 2x III, Anda dapat menggunakan lensa EF dua kali lipat panjang fokus yang setara. Meskipun ini artinya bahwa f-number aperture maksimum menjadi berlipat ganda, namun EOS-1D X Mark II juga menawarkan hingga 61 titik AF (termasuk 21 titik tipe-silang) yang dapat fokus dengan fluks cahaya f/8, sehingga Anda tidak perlu cemas ketika melakukan pemotretan dengan AF.

Untuk rincian mengenai Extender EF 2x III, klik di sini

 

Dengan Extender EF 1.4x III, Anda dapat menggunakan lensa EF pada 1,4 kali panjang fokus setara, yang membuat aperture maksimum lebih gelap satu stop. Dengan memasangkan extender ini pada lensa 500mm f/4, Anda dapat membidik pada panjang fokus setara 700mm dan pada aperture maksimum f/5.6.

Untuk rincian mengenai Extender EF 1.4x III, klik di sini

 
Gaku Tozuka

Lahir pada tahun 1966 di Aichi, Tozuka mengembangkan minatnya dalam fotografi ketika ia masih di bangku sekolah lanjutan atas, dan mulai memotret lanskap alam serta hewan liar. Pada usia 20, ia begitu menghayati pemotretan burung liar setelah, secara tidak sengaja menangkap burung pelatuk dalam fotonya. Ia sudah merilis sejumlah besar karyanya di media, seperti majalah, buletin, buku, kalender dan acara TV.

http://happybirdsday.jp/
 
Digital Camera Magazine

Majalah bulanan yang berpendapat bahwa kegembiraan fotografi akan meningkat semakin banyak seseorang belajar tentang berbagai fungsi kamera. Majalah ini menyampaikan berita mengenai kamera dan fitur terbaru serta secara teratur memperkenalkan berbagai teknik fotografi.

Diterbitkan oleh Impress Corporation

 
 
Berbagi foto Anda di My Canon Story & berpeluang ditampilkan pada platform media sosial kami