Tiga dekade lalu, pada bulan Maret 1987, model EOS pertama, EOS 650, dirilis. EOS adalah singkatan dari “Electro-Optical System”. Ini juga adalah nama Dewi Fajar dalam mitologi Yunani. Dengan mengadopsi dudukan elektronik penuh, seri EOS dimaksudkan menjadi perintis yang dihantarkan dalam era baru untuk kamera SLR. Dalam memperingati hari jadi ke-30 lahirnya EOS, ini adalah yang pertama dalam serial tiga artikel yang melacak perkembangan EOS, mulai dari peluncuran model EOS pertama hingga transformasinya, dari sistem SLR menjadi SLR digital, sebelum menutupnya dengan pengenalan teknologi EOS yang selalu berkembang.
EOS 650 (Dirilis 1987)
EOS 650 adalah kamera pertama yang dirilis di bawah seri EOS. Sensor AF, mikrokomputer dan teknologi termutakhir lainnya saat diperkenalkan untuk menghasilkan AF dengan presisi sangat tinggi. Dudukan EF elektronik penuh yang juga pertama kali diadopsi saat itu, masih digunakan 30 tahun kemudian pada kamera EOS saat ini.
EOS 650 – Model tak tertandingi di antara semua kamera AF SLR
Akurasi AF yang disempurnakan, pengoperasian yang lebih baik, pengukuran dan kontrol pencahayaan yang semakin akurat, serta dudukan elektronik penuh yang layak dibanggakan, EOS 650 sarat dengan berbagai teknologi termutakhir sesuai trend dan kebutuhan yang diantisipasi 30 tahun ke depan. Teknologi yang dikembangkan oleh Canon, misalnya sensor fokus BASIS dan AF presisi tinggi yang dibantu oleh mikrokomputer, tidak tertandingi dibandingkan performa kamera SLR saingan lainnya yang memiliki kemampuan AF.
Dari segi desain, segala upaya dicurahkan untuk menghasilkan pengalaman fotografi yang lebih menyenangkan. Tidak seperti desain linear kamera SLR konvensional saat itu, gaya lengkung pun diadopsi untuk menambah daya ergonomis kamera, termasuk genggaman yang lebih besar agar mantap dipegang, dan Main Dial serta tata letak di sekitar tombol rana dengan penempatan jemari yang juga dipertimbangkan.
Konsep desain EOS, yang memperkenalkan teknologi canggih untuk menghasilkan kamera ideal tanpa terkendala oleh kebijaksanaan konvensional, masih diadopsi oleh sejumlah model saat ini, setelah 30 tahun. Inilah salah satu alasan mengapa kamera EOS telah menjadi pilihan para pengguna di seluruh dunia.
Katalog dari 30 tahun lalu (EOS 650 (kiri), EOS 650 & 620 (kanan))
Dua bulan setelah merilis EOS 650 pada bulan Maret 1987, Canon meluncurkan model lainnya yang lebih canggih, EOS 620. Kamera EOS pertama tidak didesain untuk menjadi model andalan. Alih-alih, tujuannya adalah menghasilkan model standar dengan harga wajar yang sarat dengan berbagai fitur spesifikasi tinggi, dengan menyatukan teknologi elemen termutakhir.
Seri EOS, yang diawali dengan dirilisnya EOS 650, menandai hari jadi ke-30 pada bulan Maret, 2017. Tiga prinsip inti untuk pengembangan EOS telah disampaikan turun-temurun dan masih tetap penting hingga kini.
3 Prinsip untuk Pengembangan EOS:
1. Mekanisme AF baru, jangan dijadikan sebagai alasan untuk menetapkan harga kamera EOS pada level yang lebih tinggi daripada kamera yang ada saat ini.
2. Kamera EOS harus mampu melakukan pelacakan AF dengan lensa 300mm f/2.8 apabila mengambil foto olahraga di dalam ruangan sambil menggenggam kamera.
3. Sensitivitas AF harus setara dengan level kecerahan sensitivitas pengukuran.
Teknologi gerakan lensa untuk menghasilkan kecepatan dan kenyamanan
Mulai dari EOS 650, dudukan EF yang baru dikembangkan, diadopsi untuk seri EOS. EF, singkatan dari “Electro Focus”, mewakili pendekatan Canon yang menempatkan teknologi fokus elektronik pada intinya. Kamera AF pada waktu itu, memiliki tab antara bodi kamera dan lensa untuk mengontrol bilah apeture lensa. Namun demikian, dengan memperkenalkan EMD (Electro-magnetic Diaphragm) built-in dalam lensa untuk mengontrol bilah aperture secara elektronik, Canon berhasil meniadakan kebocoran mekanis antar bodi dan lensa, sehingga menghasilkan dudukan EF elektronik penuh. Tiga dekade kemudian, dudukan elektronik penuh tetap mempertahankan kemampuannya dan memberikan landasan untuk memperkenalkan berbagai teknologi termutakhir.
Dudukan lensa pada bodi kamera EOS
Dudukan lensa pada bodi lensa EF
Lensa EF termutakhir berfungsi secara mulus apabila didudukkan pada EOS 650, kamera EOS pertama. Sama pula halnya, lensa EF generasi pertama, juga sepenuhnya kompatibel dengan kamera EOS termutakhir. Komunikasi sinyal elektronik dilakukan melalui kontak terminal pada bodi kamera EOS (foto kiri), dan lensa EF (foto kanan). Mengadopsi dudukan elektronik penuh, tidak hanya meniadakan keperluan untuk rangkaian mekanis, namun juga memungkinkan kompatibilitas mutual sepenuhnya antara semua kamera dan lensa yang mendukung fitur ini.
Melalui komunikasi sinyal elektronik melalui kontak terminal, dudukan EF mentransmisikan informasi lensa ke kamera setelah menerima permintaan dari kamera, dan kamera mengontrol lensa berdasarkan informasi yang diterima. IS (Image Stabilizer), yang membatalkan goyangan kamera apa pun dengan menggerakkan unit IS dalam lensa, dan motor USM, yang secara cepat dan mulus melangsungkan fokus melalui getaran ultrasonik menurut informasi pengukuran AF kamera, adalah contoh teknologi lensa yang hanya bisa dimungkinkan apabila terdapat komunikasi dua arah antara kamera dan lensa.
Dengan EMD (Electro-magnetic Diaphragm) built-in, yang merupakan aktuator untuk kontrol gerakan aperture, aperture didorong secara elektromagnetis dengan menggunakan motor step deformasi dan unit bilah aperture (diafragma).
Lensa EF Canon dilengkapi dengan beragam luas teknologi gerakan lensa, misalnya lensa USM yang secara cepat dan mulus melangsungkan fokus, dan IS (Image Stabilizer) yang menekan goyangan kamera.
Diameter dudukan EF didesain untuk menghasilkan f/1.0
17 lensa EF dirilis sehubungan dengan peluncuran EOS 650, dan salah satunya adalah, EF 50mm f/1.0L USM, lensa yang dipenuhi dengan antusiasme para engineer Canon yang menjadi bagian dari proses pengembangan EOS. Selama pembahasan untuk menentukan spesifikasi diameter dudukan EF dan jarak flangeback, para engineer yang juga adalah perancang optik, secara mendesak meminta agar dimensi yang mampu mencapai f/1.0, diadopsi untuk lensa.
EF50mm f/1.0L USM (Dirilis 1989)
Seberat 985g dengan konstruksi lensa yang terdiri atas 11 elemen dalam 9 kelompok, jarak fokus terdekat 60cm dan diameter filter 72mm, lensa standar ini memiliki diameter terbesar di dunia pada waktu lensa ini dirilis.
Pada waktu itu, para engineer Canon berencana menciptakan lensa impian sekali lagi, seandainya mereka merombak dudukan lensa. Hal ini karena, di waktu lalu, Canon telah berhasil menjual lensa 50mm f/0.95 untuk Canon 7 rangefinder (dirilis 1961). Akibat kendala fisik, seperti diameter dudukan FD mount, yang digunakan sebelum lahirnya dudukan EF, maka tidaklah mungkin untuk menciptakan lensa f/1.0 yang dapat dipertukarkan. Untuk membuat lensa 50mm f/1.0, diameter dudukan kira-kira 50mm tidak tergantikan, mengingat rasio diameter terhadap jarak flangeback. Jarak flangeback dudukan EF 44mm, sedangkan diameternya 54mm, yang memenuhi persyaratan untuk menghasilkan lensa 50mm f/1.0.
Canon 7 (Dirilis 1961)
Canon 7, yang menyediakan konsep dasar untuk pengembangan lensa 50mm f/0.95, diluncurkan pada Photokina ke-7 (1960). Sampai kini (2017), lensa f/0.95 masih tetap merupakan lensa paling cerah.
Dudukan diameter besar ini, juga menawarkan banyak keuntungan dalam era digital, misalnya, memungkinkan kamera menghasilkan gambar yang memanfaatkan depth of field yang amat sangat dangkal, sehingga memungkinkan fotografi di bawah kondisi rendah cahaya, pengembangan viewfinder optik cerah dan pengurangan difraksi. Mungkin, ini adalah salah satu kasus langka, yang menekankan pada pelestarian tradisi yang sudah membantu merintis masa depan EOS.
Ke depannya, sistem AF EOS terkini akan merombak gaya pemotretan para fotografer profesional di masa depan. Dalam dua artikel berikutnya, kami akan memperkenalkan latar belakang EOS sebagai pemimpin di industri kamera setelah dilahirkan kembali sebagai sistem SLR digital.
Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!
Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.
Daftar Sekarang!