EF35mm f/1.4L II USM: Lensa Prima Spesifikasi Tinggi Akan Mengubah Astrofotografi Yang Anda Ketahui
Lensa prima EF35mm f/1.4L II USM telah membuat perbedaan besar di dunia astrofotografi. Lensa ini menghasilkan kualitas gambar terobosan melalui penggunaan teknologi baru milik Canon. Seorang fotografer profesional menguji performa lensa prima ini yang mengagumkan. (Dilaporkan oleh: Tatsuya Tanaka)
EOS 6D/ EF35mm f/1.4L II USM/ FL: 35mm/ Manual exposure (f/1.4, 10 det.)/ ISO 2000/ WB: Auto
Performa yang menakjubkan, bahkan pada aperture maksimum f/1.4
Astrofotografi menangkap dua materi subjek sangat berbeda dari isi dan pemandangan langit dalam satu foto, sehingga memungkinkan penggambaran dunia yang tidak dapat dilihat manusia secara kasat mata.
Lensa sudut lebar dengan aperture maksimum cerah sering digunakan apabila memotret di malam hari dengan level cahaya yang sangat rendah. Lensa saya yang selalu siap dibawa pergi untuk bidikan tersebut yaitu EF35mm f/1.4L USM, karena panjang fokus 35mm berarti bahwa saya bisa mendapatkan komposisi yang mendekati apa yang dapat dilihat secara kasat mata. Namun demikian, meskipun lensa memiliki aperture cerah, namun aperture harus dikurangi untuk mendapatkan kualitas gambar yang tinggi tanpa aberasi. Hal ini membawa kita ke lensa yang menjadi pusat sorotan artikel ini: EF35mm f/1.4L II USM.
Dalam astrofotografi, bidikan ideal yaitu, bidikan yang menangkap semua bintang dalam foto, digambarkan sebagai bintik-bintik cahaya terang dengan ukuran yang kurang-lebih sama. Apabila memotret langit berbintang pada aperture maksimum dengan EF35mm f/1.4L USM model terdahulu, aberasi di keempat sudut bingkai khususnya terlihat jelas. Sering kali, bintang yang muncul sebagai bintik bundar terdistorsi menjadi bentuk oval dan bintang memiliki fringing (variasi warna) ungu. Ini disebut “sagittal halo” dan “chromatic aberration”, dan semua lensa akan memiliki kadar tertentu dari keduanya. Apabila Anda secara aktual memotret, tidak ada cara lain kecuali mengurangi aperture dan memilih f-number yang tidak akan menyebabkan aberasi yang terlihat.
Namun demikian, aberasi kromatik dan distorsi bingkai di keempat sudut bingkai terperbaiki sangat bagus dengan EF35mm f/1.4L II USM, bahkan pada aperture maksimum, sehingga memungkinkan bintang gemintang digambarkan sebagai bintik cahaya terang yang seragam di seluruh gambar dengan memanfaatkan lensa senyawa yang baru dikembangkan, yang disebut elemen lensa Blue Spectrum Refractive Optics (BR), dan dua elemen lensa asferis. Optik BR di bagian tengah lensa BR berhasil mengoreksi aberasi kromatik dengan merefraksi cahaya biru dengan sangat baik, yang dihasilkan dalam aberasi kromatik.
Pelajari selengkapnya mengenai lensa BR pada berikut ini:
Elemen Lensa BR (Blue Spectrum Refractive Optics)
Barang yang wajib dimiliki untuk astrofotografi masa kini
Karya saya di bagian atas artikel ini adalah bidikan langit penuh bintang dari Pulau Amami yang terletak di antara Kepulauan Ryukyu. Untuk membekukan pergerakan bintang, saya menetapkan aperture ke maksimum f/1.4 dan kecepatan rana dipersingkat ke 10 detik. Saya dapat membidik langit berbintang pada aperture maksimum f/1.4, sebagian karena waktu pencahayaan dipersingkat.
Bintang gemintang secara terus-menerus berpindah sudut sebanyak lima belas derajat setiap jam. Karenanya, penting bagi Anda untuk memilih kecepatan rana yang sesuai untuk menangkap bintang sebagai bintik cahaya yang terang, khususnya apabila memotret dari titik tetap hanya dengan tripod dan kamera. Dengan mengingat itu, lensa ini, yang memungkinkan membuat gambar berkualitas cukup tinggi, bahkan pada aperture maksimum, juga memungkinkan astrofotografi pada kecepatan rana yang pesat, lebih pesat daripada pendahulunya.
Ketika saya memeriksa bidikan saya pada lokasi pemotretan, pada awalnya saya terkejut ketika memperbesar keempat sudut bidikan saya. Saat saya memeriksa pembesaran itu, saya memperhatikan, bagaimana aberasi dalam gambar yang ditangkap oleh lensa ini, secara jelas terlihat berbeda dari yang ditangkap oleh pendahulunya. Saya melihat sendiri kualitas penggambaran lensa prima sudut lebar masa kini yang menakjubkan. Masalah aberasi, yang katanya merupakan sifat sistem lensa optik, ternyata, dengan diperkenalkannya lensa BR, dapat mengubah persepsi tersebut ke depannya. Lensa ini telah menjadi lensa yang tidak terpisahkan dari saya dalam astrofotografi.
Baru: EF35mm f/1.4L II USM (100% pembesaran gambar dan perimeter)
Lama: EF35mm f/1.4L USM (100% pembesaran gambar dan perimeter)
Galeri Foto
Keulungan penggambaran yang hebat dari lensa ini yang terbuktikan pada astrofotografi, juga dapat dilihat pada jenis fotografi lanskap lainnya. Anda akan melihat performa penggambaran yang tinggi, pengurangan dalam titik defokus, reproduksi nada serba indah dan berbagai kemampuan yang diperlukan untuk memotret karya Anda. Saya akan memperkenalkannya di sini.
EOS 5D Mark II/ EF35mm f/1.4L II USM/ FL: 35mm/ Aperture-priority AE (f/13, 1/100 det., EV-1,0)/ ISO 200/ WB: Daylight
Mengurangi aperture dapat menghasilkan gambar yang tajam hingga keempat sudut bingkai
Air terjun yang turun deras di pegunungan ditangkap sebagai gambar yang tajam dengan meningkatkan f-humber ke f/13, dan membuat seluruh gambar terfokus secara tajam. Kontras antara bagian tumbuhan hijau yang terang dan bayangan permukaan batu cadas menciptakan gambar yang anggun.
EOS 5D Mark III/ EF35mm f/1.4L II USM/ FL: 35mm/ Aperture-priority AE (f/1.4, 1/500 det., EV+0,3)/ ISO 100/ WB: Auto
Pesona bunga ditonjolkan dengan aperture maksimum f/1.4
Bunga begonia besar yang sedang mekar sepenuhnya, saling mengungguli keindahannya, dibidik secara dekat pada jarak pemfokusan terdekat 28cm dengan pembesaran maksimum 0,21x. Efek bokeh subur mereproduksi pesona yang terpancar dari bunga.
EOS 5D Mark II/ EF35mm f/1.4L II USM/ FL: 35mm/ Manual Exposure (f/8, 1/80 det.)/ ISO 200/ WB: Daylight
Performa penggambaran yang sangat baik, merincikan gradasi yang kaya dalam nada warna awan
Saya memotret sang surya yang sedang terbenam di antara awan yang berdatangan di langit barat dari pagar tanaman, dengan daun pohon palem besar sebagai latar depan. Selain kondisi kontras tinggi, sejumlah gradasi dalam warna terang dan bayangan terus berubah setiap detik. Walaupun memang menantang untuk menemukan pencahayaan yang tepat, saya berhasil menggambarkan variasi gradasi tanpa blowout atau black crush.
Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!
Mengenai Penulis
Lahir tahun 1956, Tanaka adalah salah satu fotografer langka yang menghasilkan karya yang melintasi beragam genre secara luas, dari perspektif aslinya. Semua genre ini berkisar dari benda-benda dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti serangga dan bunga, lanskap (landscape), bentangan langit (skyscape), dan benda-benda langit. Di samping fotografi, Tanaka juga sudah mengembangkan pendekatannya dalam pasca proses, termasuk retouch dan pencetakan.