Jenis foto seperti apakah yang dihasilkan oleh EOS 7D Mark II, dan bagaimana kamera ini merombak fotografi konvensional? Artikel ini mengemukakan kesan pertama EOS 7D Mark II dari sudut pandang seorang fotografer dalam bidang fotografi burung liar. (Dilaporkan oleh: Gaku Tozuka)
Performa Tinggi Sebanding dengan EOS-1D X
Bagi orang seperti saya yang sudah menggunakan segala keunggulan EOS 7D hingga sepenuhnya sejak kamera ini dirilis, peluncuran EOS 7D Mark II ini memang sudah lama dinantikan. Harapan saya yang sudah membubung selama penantian yang lama ini, akhirnya terpenuhi oleh peningkatan pixel count (hitungan pixel), dari sekitar 18 ke 20,2. Kejutan yang paling menyenangkan yaitu penerapan DIGIC 6 image processor, bukan hanya satu, melainkan dua.
Saya langsung mencoba menggunakan kamera ini, dan saya gembira mendapatkan bahwa bunyi shutter senyap ternyata ideal untuk pemotretan burung liar, walaupun preferensi jenis bunyi shutter bervariasi pada semua orang. Continuous shooting speed (Kecepatan pemotretan bersinambungan) juga sudah terperbaiki dari sekitar 8 fps ke 10 fps, tapi sebenarnya saya berharap lebih tinggi lagi, yaitu kecepatan sekitar 12 fps. Bunyi shutter yang senyap dan mulus memang menyenangkan, dan dengan total jumlah mode pemilihan area AF yang ditingkatkan menjadi tujuh, serta tangkapan pemandangan yang tidak didukung oleh kamera yang ada saat ini, sekarang dapat ditangkap. Setelah benar-benar menggunakan EOS 7D Mark II, kesan saya yaitu [AF point expansion] (pemilihan manual) dapat digunakan untuk bidikan normal, [Zone AF] (pemilihan zona manual) untuk pergerakan yang gesit, atau ketika subjek sedang terbang di angkasa, dan [Spot AF] (pemilihan manual) untuk pemandangan yang mementingkan komposisi. Dengan begitu, kamera ini lebih mudah digunakan sekaligus membantu meningkatkan produktivitas.
Kemajuan kamera ini dibandingkan EOS 7D bisa juga terasakan ketika saya memotret seekor burung hantu Jepang yang tertimpa sinar di malam hari. Meskipun keadaan sekelilingnya gelap, saya kagum bahwa EOS 7D Mark II tidak mengalami masalah dalam menetapkan fokus pada burung mungil itu. Selain itu.ketika saya memasangkan EF500mm f/4 ke EOS 7D dan memanfaatkan extender 2x, aperture maksimum menjadi f/8 dan AF shooting tidak memungkinkan. Namun demikian, dengan EOS 7D Mark II, saya dapat memanfaatkan AF, walaupun hanya titik AF tengah yang dapat digunakan. Di atas semua itu, kecepatan pemfokusan juga begitu cepat dan akurat, membuat saya tidak bisa berhenti tersenyum puas. Lebih jauh lagi, dengan ISO speed range dasar yang diperluas ke ISO 16000, saya mampu memilih shutter speed yang lebih cepat, atau stop down aperture lebih jauh lagi ketika melakukan pemotretan burung yang cepat bergerak, atau dalam kondisi rendah cahaya. Terakhir, performa kamera ini sekarang sebanding dengan EOS 1D X.
EF500mm f/4L IS II USM/ 500mm (setara dengan 26mm dalam format 35mm)/ Manual exposure (1/10 det., f/4)/ ISO 12800/ WB: Auto/ AI Servo AF/ Spot AF
ISO speed range (kisaran kecepatan) dasar sekarang diperluas menjadi ISO 16000. Bidikan ini diambil di bawah kondisi rendah cahaya pada ISO 12800. Shutter speed 1/10 detik dapat diperoleh meskipun kamera dipasang pada tripod. Pada awalnya saya tidak sukses menghasilkan bidikan yang bagus karena subjeknya buram, tetapi saat saya akhirnya dapat menangkap bidikan yang bebas-buram, hasilnya sungguh di luar perkiraan saya.
EF500mm f/4L IS II USM + Extender EF2xIII/ 1,000mm (setara dengan 1.600mm dalam format 35mm)/ Aperture-priority AE (1/3, 200sec., f/11, -0.7EV)/ ISO 6400/ WB: Auto/ AI Servo AF/ Spot AF
Saya ingin melakukan stop down aperture, karena saya sedang menggunakan extender 2x. Dengan ISO speed dinaikkan ke 6400, saya mencoba melakukan stop down aperture sebanyak satu stop ke f/11. Walaupun dengan melakukan hal itu akan menghasilkan probabilitas penangkapan subjek dalam bingkai yang lebih rendah, namun saya berhasil membekukan gerakan subjek dalam foto ini.
Fitur Terbaik
ISO Speed Setting
Menggunakan High ISO Speed Memperluas Peluang Anda
ISO speed range dasar sudah ditingkatkan dari ISO 6400 pada EOS 7D ke ISO 16000 pada EOS 7D Mark II. Walaupun ini mungkin tidak setinggi kamera full-frame, namun pengurangan noise ISO speed tinggi merupakan sesuatu yang hanya mampu dicapai oleh dual DIGIC 6 processor. Penyempurnaan ini telah membantu memperlebar cakupan peluang foto untuk menyertakan pemandangan yang di waktu lalu saya pasti akan menyerah atau ragu-ragu untuk membidiknya.
Lensa yang Direkomendasikan
Wide-angle Membuat Kombinasi Unggulan dengan Super Telefoto
EF500mm f/4L IS II USM
Bagi orang seperti saya yang mengkhususkan diri dalam pemotretan di bidang burung liar, ini adalah lensa standar. Bobotnya yang ringan daripada pendahulunya, saya dapat menggunakannya untuk menangkap bidikan burung di langit dengan menggenggam kamera. Apabila extender dipasang, EOS 7D Mark II memungkinkan titik AF tengah digunakan untuk pemotretan AF, membuat kamera ini semakin dahsyat.
EF16-35mm f/4L IS USM
Biasanya, lensa standar saya adalah lensa zoom super telefoto, tetapi saya selalu membawa juga zoom wide-angle. Ketika saya berkesempatan memotret burung, seperti burung belibis dari jarak dekat, saya akan menyertakan lanskap di sekelilingnya ke dalam komposisi. Model lensa terbaru ini dilengkapi fitur IS, sehingga saya dapat melakukan bidikan dengan menggenggam kamera, bahkan saat langit menjadi gelap.
Lahir pada tahun 1966 di Aichi, Tozuka mengembangkan minatnya dalam fotografi ketika ia masih di bangku sekolah lanjutan atas, dan mulai memotret lanskap alam serta hewan liar. Pada usia 20, ia begitu menghayati pemotretan burung liar setelah, secara tidak sengaja menangkap burung pelatuk dalam fotonya. Ia sudah merilis sejumlah besar karyanya di media, seperti majalah, buletin, buku, kalender dan acara TV.