Mengambil Foto Makanan yang Lebih Bagus: 3 Saran Sederhana
Ingin mengambil foto makanan saat di perjalanan, atau meningkatkan faktor godaan dari gambar yang Anda ambil saat makan di luar rumah? Berikut sejumlah saran dari fotografer penggemar makanan, Mark Ong (@makoeats), yang akun Instagram-nya dipenuhi oleh gambar makanan santapannya sehari-hari yang menggiurkan di berbagai restoran.
Saya lihat, Saya bidik, Saya Makan
Fotografi makanan komersial dan kasual memiliki tujuan serupa: menunjukkan daya tarik makanan. Namun, pengalaman dan tantangannya sangat berbeda. Misalnya, fotografi makanan kasual, makanannya dihasilkan untuk disantap, bukan untuk fotografi. Anda juga bekerja apa adanya, membuatnya lebih menantang untuk mendapatkan penampilan gambar yang Anda inginkan.
Fotografi makanan komersial | Fotografi makanan kasual/di perjalanan |
- Lebih bisa mengontrol pencahayaan - Dapat merencanakan dan menyiapkan bidikan (tata-gaya, dll) - Waktu membidik lebih banyak - Penjelasan klien menetapkan arahnya |
- Bekerja dengan cahaya yang tersedia - Bekerja dengan perlengkapan yang tersedia - Lebih sedikit waktu untuk membidik (menyantap makanannya juga penting!) - Anda memotret untuk Anda sendiri |
Tetapi, pada saat yang sama, hal ini juga melegakan untuk mengetahui yang dapat Anda ciptakan hanya dengan kamera serta lensa, dan mungkin dengan Speedlite! Semoga sejumlah saran di bawah ini akan membantu Anda menangkap gambar yang lebih mendekati dengan gambar yang Anda inginkan.
Yang biasanya saya bawa:
- EOS R5 atau EOS R6 Mark II
- RF24-105mm f/4L IS USM: Lensa zoom standar sangat fleksibel jika memotret di gerai makanan kaki lima dan restoran yang ramai
- Speedlite (terkadang digunakan)
Apabila saya memerlukan kombinasi yang lebih ringan, saya menggunakan:
- EOS R10
- RF50mm f/1.8 STM (meskipun lensa kit Anda juga seharusnya bisa berfungsi)
#1. Pencahayaan: Yang paling baik adalah pencahayaan tidak langsung dari samping atau belakang
Pencahayaan yang ideal adalah cahaya alami tidak langsung yang berasal dari balik makanan atau dari samping. Cahaya depan (cahaya yang berasal dari arah yang sama dengan kamera) akan membuat makanan terlihat kurang dimensional (tiga dimensi). Meskipun saya membawa Speedlite untuk digunakan dalam kondisi minim cahaya, saya lebih memilih memotret di siang hari dengan cahaya alami. Saya mencoba duduk di tempat yang tersedia cahaya alami.
Lakukan ini: Pencahayaan samping yang berasal dari balik makanan
EOS R5/ RF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 65mm/ Aperture-priority AE (f/9, 1/80 det., EV -0.3)/ ISO 125/ Ngoh hiang (rol daging babi dibungkus kulit tahu), sosis, dan aneka gorengan.
Sinar cahaya lembut nan indah menerpa makanan, dan pada saat yang sama, bayangan memberinya suatu dimensi. Cahaya pada saus di sebelah kanan memberikan sentuhan kilauan yang membuat makanan tampak lezat.
Hindari ini: Pencahayaan dari depan
Meskipun penerangannya sama rata, tetapi makanan di sini terlihat hambar. Pencahayaan dari depan mungkin ideal untuk potret orang, karena membuat kulit terlihat mulus, namun untuk fotografi makanan, umumnya kita ingin menunjukkan dimensi dan teksturnya!
Saran pro
- Pantulan dan silau cahaya dapat membuat makanan terlihat lebih menarik
Ada kalanya saya menambahkan sedikit sup atau kuah pada makanan yang menurut saya terlihat terlalu kering atau hambar. Banyak jenis makanan yang terlihat lebih menggugah selera jika ada kilauan yang menarik. Seberapa banyak “kilauan” yang diperlukan, bergantung pada makanan dan konteksnya, namun detail seperti tekstur dan warna tidak boleh berlebihan.
- White balance: AWB (Ambience-priority) berfungsi baik untuk sebagian besar bidikan
Saya biasanya membidik dengan auto white balance (AWB). Mode AWB (Ambience-priority) bawaan pada kamera seri EOS R yang lebih baru, pada umumnya berfungsi sangat baik.
#2: Tata-gaya dan komposisi Harus melengkapi makanan utama
EOS R5/ RF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 85mm/ Aperture-priority AE (f/8, 1/100 det., EV -0.3)/ ISO 500/ Lor mee (Mi kuah)
Kalau ragu, gunakan rule of thirds (aturan segitiga)
Tidak apa-apa kalau hidangan lainnya dipotong sebagian, tapi pastikan saja bahwa elemen utama ditempatkan sepanjang garis atau pada, atau dekat persimpangan. Anda juga dapat menerapkan ini apabila memotong gambar Anda menjadi 4:5 untuk media sosial.
Membuat segalanya menarik dengan penataan diagonal
Berapa banyak garis diagonal yang Anda lihat di sini?
Saya suka memasukkan diagonal ke dalam komposisi saya: hal ini sudah menjadi hal yang secara otomatis saya lakukan! Diagonal menambahkan dinamisme ke gambar—efek yang berbeda jika dibandingkan, seandainya elemen disusun sejajar dengan tepi gambar.
Jangan takut menata-ulang bahan-bahannya!
Saya biasanya menata bahan-bahan utama pada hidangan agar bahan “unggulan” tampak lebih menonjol. Misalnya, bahan utama pada lor mee/mi kuah (seperti ditunjukkan pada gambar di atas) adalah perkedel ikan, pangsit goreng, dan ngoh hiang (rol daging babi dibungkus kulit tahu), jadi saya taruh di atas, berikut sambal dan saus tomat. Mi ditaruh di bagian bawah. Saya minta agar bahan-bahannya ditaruh setelah kuah kental dituang pada mi agar mi tidak tertutupi.
Perlengkapan dan latar belakang: Menghasilkan yang terbaik dengan perlengkapan apa adanya
Saya biasanya tidak membawa perlengkapan saat memotret makanan untuk saya sendiri. Alih-alih, saya memanfaatkan apa yang tersedia, seperti peralatan makan, wadah bumbu, dan bahkan meja.
Penempatan perlengkapan
Menempatkan peralatan di sekitar makanan akan membuat hidangan terlihat lebih autentik dan menarik, serta dapat membantu melengkapi komposisinya. Dalam contoh lor mee (mi kuah) ini, sumpit juga menjadi garis penuntun yang membingkai dan menegaskan kedua hidangan mi tersebut.
Gunakan meja untuk menambah lapisan
Untuk menambah lapisan dan kedalaman komposisi, letakkan makanan Anda di tepi meja dan gabungkan lantai atau dinding ke dalam bingkai.
Ini juga menunjukkan beberapa konteks tentang lokasi tersebut!
Saran Pro: Pelajari gambar yang serba-bagus, kemudian latihan untuk menerapkannya
Bangkitkan pemahaman Anda tentang apa yang tampak bagus. Saat Anda melihat foto makanan yang menarik, pelajari cara fotografer menata dan menyusun gambar tersebut. Menguasai teori warna Ini akan membantu Anda melihat lebih banyak kemungkinan apabila bekerja dengan perlengkapan apa adanya. Jangan ragu untuk bereksperimen dan belajar melalui uji-coba jika situasinya memungkinkan. Lagi pula, hidangan makanan bukan merupakan hal yang hanya terjadi sekali seumur hidup—nikmati saja makanannya sebelum dingin!
#3: Belajar menggunakan lampu kilat pantulan
Jika kondisi pencahayaan tidak mendukung, tetapi ruangan memiliki plafon warna putih, saya akan menggunakan Speedlite pada kamera dan memantulkan cahaya lampu kilat untuk memastikan penerangan yang memadai pada subjek saya. Hal ini memungkinkan saya menggunakan kecepatan ISO yang lebih rendah, dan menghindari butiran. Mode E-TTL (pengukuran lampu kilat otomatis) berfungsi baik hampir sepanjang waktu sehingga Anda tidak perlu khawatir melakukan dialing dalam pengaturan manual!
Tanpa lampu kilat (ISO 2000)
EOS R5/ RF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Aperture-priority AE (f/5,6, 1/160 det., EV -0,3)/ ISO 2000
Tanpa lampu kilat, saya harus membidik pada ISO 2000, yang menghasilkan foto dengan butiran. Bidikan pun terlihat lebih hangat seperti AWB: Ambience-priority (Prioritas suasana) menjaga kehangatan lampu dalam ruangan, yang mungkin bukan hasil yang Anda inginkan untuk foto makanan Anda.
Dengan lampu kilat pantulan (ISO 100)
EOS R5/ RF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Manual exposure (f/5.6, 1/50 det.)/ ISO 100
Dengan menggunakan lampu kilat, saya dapat membidik dengan kecepatan ISO yang lebih rendah, sekaligus menjaga semua hidangan tetap diterangi secara memadai. Hal ini juga menambahkan kilau yang menarik pada hidangan mi dan menetralkan warna hangat di sekitar.
Tanpa lampu kilat pantulan (f/5,6, ISO 1250)
EOS R6 Mark II/ RF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 47mm/ Aperture-priority AE (f/5.6, 1/80 det.)/ ISO 1250
Selain kecepatan ISO yang lebih tinggi, saya harus menggunakan pengaturan aperture yang lebih lebar di sini untuk mencapai pencahayaan yang memadai. Hal ini membuat mangkuk tidak sepenuhnya dalam fokus. Sup terlihat kurang bening karena tidak ada sinar.
Dengan lampu kilat pantulan (f/8, ISO 100)
EOS R6 Mark II/ RF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 47mm/ Manual exposure (f/8, 1/250 det.)/ ISO 100
Dengan lampu kilat pantulan, saya dapat menggunakan aperture yang lebih sempit, yang menempatkan mangkuk dalam fokus sepenuhnya. Hal ini juga memberikan kilauan sup yang melezatkan.
Cara kerja lampu kilat pantulan
Lampu kilat pantulan pada dasarnya mengubah plafon atau dinding menjadi reflektor besar. Ini berfungsi paling baik apabila permukaan tempat Anda memantulkan cahaya berwarna putih. Permukaan yang berwarna akan menghasilkan terpaan warna.
Lakukan eksperimen untuk mengetahui sudut pantulan mana yang terbaik. Gunakan kompensasi pencahayaan lampu kilat untuk menyesuaikan daya lampu kilat jika terlalu kuat (Lihat Langkah 8 dalam artikel ini untuk petunjuknya).
Mengenai Penulis
Bagi Mark Ong, fotografi makanan merupakan perpanjangan alami atas kecintaannya terhadap makanan. Terinspirasi oleh visual yang menggoda dalam program makanan TV dan blog makanan, serta senang membuat karya sendiri, Mark Ong membeli kamera DSLR pertamanya, khusus untuk fotografi makanan pada tahun 2008, dan memulai perjalanannya dalam fotografi makanan secara profesional.
Di luar pekerjaan fotografi komersial, Mark senang menjelajahi tempat makan serta memasak kulinernya sendiri di rumah. Akun Instagram-nya @makoeats, mendokumentasikan rekomendasi makanan dan kreasinya melalui berbagai gambar serba-lezat yang tidak boleh dilihat saat perut kosong!