Kegembiraan Fotografi dan Ekspresi: Wawancara dengan Dean Fujioka
Dean Fujioka, seorang aktor dan musisi, adalah seniman yang terutama melakukan berbagai kegiatannya di Asia. Kami berbicara dengan Dean, yang hobi fotografi, tentang bagaimana perasaannya saat mengambil foto dan kegembiraan yang dialami jika dapat mengekspresikan diri seseorang dalam foto. (Diwawancara oleh: SNAPSHOT)
Momen yang membuat Anda merinding, dan merasa bahwa hidup itu indah
SNAPSHOT: Dean, Anda seorang musisi, aktor dan sutradara film - seniman multi-bakat. Saya dengar Anda juga menyukai fotografi. Apa makna fotografi bagi Anda?
Dean Fujioka (DEAN, bawah): Menurut saya, fotografi adalah catatan penting untuk masa depan saya sendiri. Atau mungkin ibarat kapsul waktu. Fotografi adalah alat bantu dahsyat yang bisa digunakan untuk mengingat kembali kenangan Anda sendiri. Fotografi juga merupakan sumber inspirasi saya untuk membuat film dan musik. Anda bisa menyimpan segala kenangan pada foto, dan bahkan berbaginya dengan orang lain. Dalam prosesnya, Anda akan terinspirasi dan ini akan menjadi daya pendorong Anda untuk menciptakan sesuatu yang baru.
SNAPSHOT: Apa yang membuat orang menyukai fotografi?
DEAN: Saya pribadi senang mengambil foto. Menemukan sudut yang tepat, memikirkan komposisi, atau penempatan warna khusus, semuanya sangat menarik. Selain itu, saya sungguh bisa merasakannya, merasa begitu asyik setelah mendapatkan hasil foto yang diinginkan.
SNAPSHOT: Jadi, pernahkah Anda mengalami kebahagiaan yang luar biasa dari foto yang Anda ambil dan memuaskan Anda?
DEAN: Ya, saya memang pernah mengalaminya. Ini terjadi dalam fotografi, acting, menggubah lagu, produksi lagu, pokoknya segala yang saya lakukan. Perasaan itu seakan menemukan sesuatu yang sudah lama Anda cari, saat segalanya sesuai dengan harapan.
SNAPSHOT: Apakah perasaan ini berbeda untuk musik, acting dan fotografi?
DEAN: Saya menyebutkan sebagai 'radar bulu roma'. Itulah perasaan yang Anda dapatkan apabila menciptakan sesuatu, saat Anda mulai merasa merinding. Hal ini bisa terjadi pada foto yang sudah Anda ambil, atau ketika Anda membuat cuplikan film. Dalam musik, ini bisa merupakan alur lagu, aransemen, pengambilan khusus saat merekam lagu, atau apabila liriknya sempurna. Dalam acting, ada sebagian adegan yang tidak perlu saya lihat secara objektif pada cuplikan film untuk mengetahui [bahwa semuanya terwujud dengan sempurna]. Ini sama untuk semua genre. Anda merasa, 'Ini asyik', atau 'Saya gembira telah melakukannya!', dan ini membuat Anda ingin berbagi dengan yang lain secepat mungkin.
SNAPSHOT: Menurut Anda, apakah kegembiraan ekspresi adalah soal keinginan untuk berbagi momen-momen ini?
DEAN: Pertama-tama, saya tengah berupaya menciptakan suatu dunia, dan saya ingin melihat atau mendengar, pada saat semua aspek ini menyatu, itulah awal saya merasakan kegembiraan ini. Semua momen khusus ini sungguh membuat saya bahagia bisa menikmati hidup.
Entah itu fotografi, acting, atau musik, ada momen di mana saya merasa gejolak penghayatan, dan itu juga saat saya merasa bahagia bisa menikmati hidup. Menurut saya, semakin banyak momen seperti ini terakumulasi, semakin terasa bahwa Anda mendapatkan kehidupan yang seutuhnya. Selain itu, saya merasa semua ini menuntun pertumbuhan pribadi.
Setelah Anda selesai dengan segala bentuk ekspresi ini, adalah hal yang wajar jika Anda ingin berbagi semua itu. Seandainya kegembiraan ekspresi mengikuti suatu urutan, menurut saya, inilah hasilnya.
SNAPSHOT: Saya memahami sepenuhnya yang Anda maksudkan.
DEAN: Secara pribadi, saya ingin menjalani kehidupan secara positif. Bagi diri saya, berbagai hal yang saya minati, berkaitan dengan seni dan hiburan. Bekerja dalam semua bidang ini, saya selalu mendapatkan apa yang disebut momen eforia, andaikata saya bilang 'saya berhasil mengekspresikan itu!' atau 'saya mendapatkan pengambilan adegan yang saya inginkan!', atau ungkapan lain yang mendekati ini. Ada contoh momen kegembiraan saat Anda bilang, 'Wow, itu memang keren!' Sehubungan dengan ini, saya ingin melanjutkan tentang perasaan kegembiraan yang murni.
Saya gembira membawa kamera di awal perjalanan saya
SNAPSHOT: Saya dengar, dulu Anda berkelana ke seluruh dunia, dan sering kali di Asia, dan Anda mengambil banyak foto. Betulkah?
DEAN: Dulu, saya berkelana ke mana saja bersama kamera yang disandang di bahu, supaya saya bisa mengambil foto kapan saja. Pada waktu itu, saya menggunakan EOS 350D, dan karenanya saya bisa menemukan banyak hal. Saat berkelana, banyak orang yang mengajari saya tentang kamera dan dalam prosesnya, ini membantu memperdalam persahabatan. Dengan menunjukkan gambar yang sudah saya ambil secara langsung dari tempat pemotretan, kepada teman yang baru saya jumpai bisa mengawali percakapan yang seru, misalnya.
SNAPSHOT: Tampaknya, kamera ini sungguh berguna apabila Anda bepergian seorang diri.
DEAN: EOS 350D adalah kamera yang sangat meninggalkan kesan bagi saya, hingga pada titik di mana saya merasa bahwa saya tidak mungkin mendapatkan semua pengalaman ini seandainya tidak ada kamera ini yang mendampingi saya selama bertahun-tahun saya bepergian seorang diri. Saya masih menyimpannya di rumah. Kalau tidak salah, saya membelinya tahun 2005.
Gambar yang diambil Dean Fujioka pada awal perjalanannya. Ia memberi tahu kami bahwa ia mengambil banyak gambar saat berkelana ke seluruh dunia, bepergian ke sejumlah tempat, seperti Beijing, Paris, Indonesia dan Tibet.
SNAPSHOT: Ada sekian banyak orang di Asia Tenggara yang menjadikan perjalanan sebagai sebuah hobi. Menurut Anda, kegembiraan apa yang ditimbulkan dari perjalanan?
DEAN: Ya… apa gerangan kegembiraan itu? Bisa jadi keinginan untuk melihat dunia. Atau mungkin, perasaan ingin melihat sesuatu yang belum pernah dilihat.
Sedangkan pada kasus saya, saya merasa suatu kerinduan akan fantasi, berada di suatu tempat yang berbeda. Perasaan yang mengatakan bahwa, mungkin ada satu tempat yang akan lebih sesuai bagi saya, semacam firasat bahwa akan ada sesuatu yang lebih baik di tempat itu. Bahwa segalanya akan membaik semakin jauh saya melangkah. Saya merasa, bahwa inilah yang membuat saya terus berkelana.
SNAPSHOT: Hal ini mungkin serupa dengan apa yang memotivasi kawula muda di Asia Tenggara.
DEAN: Bagaimana pun, kita harus berjuang untuk terus maju. Jangan sampai kita membiarkan apa pun yang akan terjadi di masa depan, berlalu begitu saja. Saya merasa, bahwa saya tidak ingin merasa puas tanpa mengetahui apa sesuatu itu. Untungnya, tidak sulit bagi saya untuk bepergian naik pesawat pada waktu itu. Bahkan, seandainya tidak ada tempat bagi saya untuk menginap semalam, saya tetap merasa asyik, bisa tidur di atas bus malam dalam perjalanan (sambil tertawa).
Pada waktu itu, EOS 350D adalah kamera yang saya gunakan untuk memotret, seperti langit yang penuh taburan bintang saat saya menengadah ke atas. Meskipun saya merasa mual pada tempat tinggi, saat mendaki pegunungan agung di Tibet, saya tetap saja memotret gunung bersalju itu.
SNAPSHOT: Tampaknya Anda sudah banyak memperoleh pengalaman yang luar biasa, dan mengambil begitu banyak gambar.
DEAN: Yang jelas, saya memiliki perasaan seakan-akan pemandangan itu akan kembali mendatangi saya dalam mimpi. Sekarang, kalau saya ingat-ingat lagi, saya memang bepergian ke sejumlah lingkungan yang tidak bersahabat. Itu hanya bisa Anda lakukan saat masih muda (sambil tertawa). Saya sungguh bahagia mendapatkan semua pengalaman itu.
SNAPSHOT: Dugaan saya, Anda sungguh gembira membawa kamera saat itu, bukan?
DEAN: Ya, saya sangat gembira membawa kamera itu bersama saya. Jika dibandingkan, bepergian serta melihat dengan mata Anda tanpa kamera, dan melakukan hal yang sama, tetapi bersama kamera, maka jelas, yang lebih baik adalah bepergian bersama kamera.
Setelahnya, saat Anda meneliti kembali gambar-gambar pada 10 atau 20 tahun kemudian, Anda bisa melihat, betapa Anda jauh berbeda, atau, mungkin juga tetap sama.
Bukankah kita selalu kehilangan sesuatu di tengah kehidupan kita? Hari demi hari, kita kehilangan sesuatu, dan mendapatkan sesuatu yang lain. Mungkin inilah alasan sebenarnya yang mendorong saya berpaling ke kamera.
EOS 350D adalah kamera yang digunakan Dean Fujioka selama perjalanannya (gambar mencerminkan model yang sama yang dijual di Jepang).
Kamera ini populer secara global karena bodinya yang ringan dan ringkas, dilengkapi dengan DIGIC II pada sensor CMOS 8 megapiksel yang dimilikinya.
Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut mengenai EOS 350D:
Museum Kamera Canon - EOS 350D (versi bahasa Inggris)
Gunakan kamera alih-alih smartphone untuk menunjukkan naluri estetika Anda
SNAPSHOT: Dean, apa yang Anda cari saat memilih kamera?
DEAN: Saya rasa, saya mencari yang 'indah'. Fungsionalitas bukan sekedar tentang kenyamanan; ini juga berkaitan dengan keindahan. Menurut saya, hal-hal yang fungsional memang merupakan suatu keindahan. Tapi, saya kini memahami bahwa yang terutama, ini juga terkait dengan apa yang Anda rasakan mengenai kamera saat memegangnya di tangan Anda.
SNAPSHOT: Apa kesan Anda terhadap EOS M6 saat pertama kali memegangnya?
DEAN: Saya menyukai hal yang sama tentang EOS M6 seperti EOS M5, yang saat ini saya gunakan. EOS M6 praktis dan mudah dioperasikan. Selain itu, kamera ini mampu melakukan autofocus (fokus otomatis) dalam pemandangan yang gelap. Kamera ini juga bisa menangkap peluang foto sekilas saat hal itu muncul, dan itu sungguh penting. Bahkan, bisa juga menangkap subjek yang bergerak dengan baik.
Bukan hanya itu, tetapi juga bisa membuat seseorang populer dengan lawan jenisnya jika mereka memilikinya (sambil tertawa). Faktor keren juga penting, bukan? Inilah kamera yang dibuat bagi seseorang yang memiliki naluri estetika dan menginginkan fungsionalitas.
EOS M6, yang memang merupakan kamera yang sarat fitur, pasti akan memikat mereka yang memiliki naluri estetika yang tinggi. Kamera ini bisa menunjukkan performa tinggi, yang dikemas ke dalam bodi gaya retro.
Klik tautan di bawah untuk mengetahui selengkapnya:
EOS M6 Baru – Kamera Mirrorless Saku dengan Pemfokusan Cepat (versi bahasa Inggris)
SNAPSHOT: "Saya bisa mengambil gambar dengan smartphone, tetapi saya lebih suka mengambilnya dengan kamera saya." Menurut Anda, dari mana asal pemikiran itu datang?
DEAN: Orang-orang di sekitar saya memiliki blog dan menggunakan Instagram, dan mereka yang menggunakan kamera alih-alih smartphone untuk mengambil gambar, memiliki tingkat kesadaran yang sangat tinggi. Perkenankan saya menjelaskannya.
Ambil contoh, ber-selfie misalnya. Semua orang ingin ber-selfie yang membuat mereka terlihat cantik. Bagaimana kalau ini mengenai gambar makanan? Orang-orang tertentu ini, tidak hanya ingin menangkap bentuknya, tetapi juga mencoba menyampaikan aroma, suhu dan selera hidangan, hanya melalui sebuah gambar. Menurut saya, bisa jadi, inilah yang mereka pikirkan. Ini sama seperti memotret anak-anak. Mereka ingin menangkap ekspresi sang anak, alih-alih wajah anak itu sendiri. Menurut saya, orang-orang semacam ini khususnya peka dan menyadari hal-hal ini.
Oleh karena itu, menurut saya, orang yang di lubuk hati mereka mengutamakan kualitas estetika, akan memilih menggunakan kamera alih-alih smartphone untuk mengambil gambar.
SNAPSHOT: Terima kasih banyak telah berkenan berbincang-bincang dengan kami hari ini. Kami menantikan lebih banyak lagi kegiatan Anda di Asia dan sekitarnya.
Dean Fujioka
Dean, sosok pria renaisan tulen yang mempersembahkan Asia masa kini, adalah aktor dan musisi Jepang.
Setelah menamatkan sekolahnya di AS, Dean mulai berkelana ke seluruh dunia, dan memusatkan perjalanannya di Asia. Ia pindah ke Hong Kong dan memulai kariernya sebagai seorang model, kemudian seorang aktor di Taiwan, muncul di sekian banyak drama TV, film, dan iklan TV. Dean memperoleh sukses dalam pertunjukannya sebagai Tomoatsu Godai pada tahun 2015, serial sinetron TV Jepang "Asa ga Kita", dan melejitkan namanya ke seluruh pelosok di Jepang dan menjadi tokoh yang paling banyak dicari di daftar Yahoo Jepang selama 2016.
Kreasi musik Dean berbasis di Jakarta, Indonesia. Ia juga merupakan seseorang yang sangat gemar bepergian dan fotografi.
Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!