Di jantung pusat bisnis Singapura yang ramai, dikelilingi oleh gedung pencakar langit yang memesona, terletak bangunan rendah dengan tampilan sederhana. Beberapa orang mungkin melihatnya sebelah mata.
Namun bagi orang-orang yang bekerja di sekitar tempat itu, Kompleks Golden Shoe adalah harta karun kelezatan tak ternilai. Pusat jajanan yang terletak di dalamnya adalah tempat yang didatangi orang-orang selama minggu kerja – banyak di antaranya yang datang setiap hari – demi mendapatkan makan siang lezat dan mengenyangkan dengan harga terjangkau. Di sini Anda masih bisa mendapatkan makanan seharga SGD2,50, sesuatu yang sulit Anda temukan bahkan di lingkungan perumahan daerah pedalaman Singapura sekalipun.
Pada 30 Juli 2017, Kompleks Golden Shoe akan ditutup dan dibongkar untuk dijadikan gedung perkantoran bertingkat. Sebelum itu terjadi, kami pikir penting bagi kita untuk setidaknya berkunjung ke sana, jangan lupa kamera, untuk menangkap dan mengabadikan hal-hal yang menjadikan tempat itu begitu spesial di mata orang-orang yang memadati tempat itu tiap harinya.
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/4, 22mm, 1/125 detik, ISO800
Richard Tan menyendok pasta cabai ke dalam mangkuk ketika dia mulai meracik saos penuh rasa untuk sajian mienya.
Richard Tan Meng Yun, 33
Kedai 02-38 – Market Street Teowchew Kway Teow Mee
Richard adalah penjaja generasi ketiga yang mengambil alih bisnis ini dari mendiang ayahnya, yang mengambil alih dari neneknya (gambar di bawah) yang, pada usia 83 masih dapat membuat semangkuk rata-rata mie.
Hidangan khas: Mee pok goreng; perkedel ikan & saus cabai buatan sendiri; sup bebas MSG yang rasanya diperkaya dengan ikan sebelah.
Makanan favorit di Golden Shoe: Yong tau foo di Lantai 3
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/2, 22mm, 1/1250 detik, ISO1250
Nenek Richard, pemilik generasi pertama kedai ini, mempertontonkan gerakannya membuat mie sendiri.
Tidak mengherankan, jantung dan jiwa Golden Shoe bukanlah arsitektur utilitariannya yang tidak biasa. Melainkan para penjaja Golden Shoe yang kedainya sudah beroperasi di sini sejak awal dibuka, yang dengan setia menyajikan makanan bagi tenaga kerja dan melakukan bagiannya dalam menjaga roda perdagangan terus berputar.
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/2, 22mm, 1/25 detik, ISO125
Mohd Fathi mendengarkan dengan saksama permintaan pelanggan.
Mohd Fathi bin Omar, 35
Kedai 02-10 – Warong Istimewa (Nasi Padang dan kuih Melayu)
Encik Mohd Fathi mengambil alih kedai ini dari mendiang ibunya, dan sekarang menjalankan kedai ini bersama kedua bibinya. Saat dia membantu kedai keluarga semasa kanak-kanak dulu, dia biasanya tidur siang di dalam kedai minuman tetangga dan naik troli pegawai pembersih meja yang sampai sekarang masih bekerja di sana.
Hidangan khas kedai: Asam pedas
Makanan favorit di Golden Shoe: Nasi ayam Melayu di Lantai 2
EOS M6, EF-M15-45mm f/3,5-6,3 IS STM f/5,6, 18mm, 1/10 dtk, ISO125
Muka bangunan klasik Warong Istimewa dengan dua bibi Mohd Fathi, yang malu-malu saat berhadapan dengan kamera, sedang bekerja di bagian belakang kedai.
Semua penjaja ini memiliki pelanggan yang bisa mereka kenali hanya dengan melihat; beberapa pelanggan itu makan di kedai mereka hampir secara khusus, atau mereka yang pesanan khususnya selalu diingat.
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/2, 22mm, 1/125 detik, ISO1600
Tuan Loke fokus sepenuhnya dalam membuat sajian sup ikan.
Loke Kok Yoong, 46
Kedai 02-15 – Sup/Bubur Ikan Rui Ji
Tuan Loke mengambil alih kedai tersebut dari ayah mertuanya sekitar tahun 2003 dan sekarang menjalankannya bersama sang istri.
Hidangan khas kedai: Sup ikan (Memenangkan posisipertama dalam sebuah kompetisi pada tahun 2009)
Makanan favorit di Golden Shoe: Mee pok di kedai Richard Tan 02-38
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/2, 22mm, 1/200 detik, ISO1600
Penampakan ambilan jarak dekat sup ikan pemenang penghargaan Rui Ji.
Banyak dari mereka mengeluh tentang betapa sulitnya hidup seorang penjaja itu (bukanlah pekerjaan yang akan mereka pilih untuk anak-anak mereka). Namun ketelitian yang mereka lakukan dalam setiap porsi makanan memperlihatkan kebanggaan dahsyat dalam pekerjaan mereka yang menjadikan kita percaya jika mereka tidak akan menukar kehidupan ini dengan yang lain.
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/2, 22mm, 1/250 detik, ISO250
Tuan Tay dengan cekatan menyajikan sepiring nasi lemak yang lezat.
Tay Keng Chuan, 40
Kedai 02-24 – Market Street Nasi Lemak
Tuan Tay dulu sering bermain di pusat penganan saat masih kecil sepulang sekolah. Dia mulai membantu pada usia 18 tahun dan sekarang menjalankan kedai bersama ibu dan saudara laki-lakinya.
Hidangan khas kedai: Sambal dan nasi
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/2, 22mm, 1/250 detik, ISO250
Ambilan jarak dekat ayam dan ikan goreng yang menggugah selera di Market Street kedai Nasi Lemak.
Dan meskipun mereka beroperasi di bagian kota yang penuh dengan muslihat perusahaan yang kejam, mereka semua sangat baik hati, murah hati, dan jujur. Contoh kasus: mereka bisa menaikkan harga untuk menambah margin mereka, dan masih menawarkan harga di bawah restoran terdekat yang harus membayar sewa lebih tinggi; tapi tidak satu pun dari mereka melakukannya, jadi makan siang tetap terjangkau bagi pelanggan mereka.
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/2, 22mm, 1/30 detik, ISO100
Mariam Abdullah (dua dari kiri) bersama putri dan stafnya.
Mariam Abdullah, 53
Kedai 02-02 – Golden Nur Nasi Briyani Special
Dari generasi ke generasi, keluarga Mariam sudah membuat briyani dan prata. Dia sekarang menjalankan kedai bersama suaminya, dan putrinya diharapkan mengambil alih kedai tersebut sebagai pemilik generasi keempat.
Hidangan khas kedai: Briyani
Makanan favorit di Golden Shoe: Nasi lemak dan nasi campur
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/2, 22mm, 1/60 detik, ISO100
Salah satu staf Mariam dengan sigap membalik roti prata.
Karena orang-orangnya lah yang menjadikan Golden Shoe seperti itu, maka dengan senang kami katakan jika esensi Golden Shoe tidak akan lenyap saat bangunannya hilang.
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/4, 22mm, 1/125 detik, ISO800
Madam Ng meletakkan sentuhan terakhir pada semangkuk mie sementara suaminya mengamati.
Lee Chew Wan dan Ng Kah Tee, keduanya berusia 78
Kedai 03-03 – Wei Nan Wang Hock Kian Loh Mee
Pasangan ini sudah menjadi penjaja selama hidupnya, menjalankan sebuah kedai di Boat Quay sebagai bagian dari kelompok yang beranggotakan empat orang sebelum mereka sendiri pindah ke Golden Shoe saat dibuka. Mereka memiliki banyak pelanggan yang menarik, salah satunya seseorang yang makan di kedai mereka sejak dia masih muda sampai dia menjadi seorang kakek.
Hidangan khas kedai: Bakso, daging barbekyu, kulit wanton krispi
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/2, 22mm, 1/10 detik, ISO100
Tuan Lee sedang sangat asyik membuat semangkuk mie.
Semua penjaja yang kami ajak bicara akan direlokasi ke lokasi sementara yang disiapkan untuk mereka di Cross Street di samping Stasiun MRT Telok Ayer. TDi sana, tetap dengan diri mereka yang pekerja keras, mereka akan melanjutkan bisnis seperti biasa pada 1 Agustus. Mereka semua berniat kembali ke pusat jajanan di gedung baru, yang akan selesai dalam waktu 4 tahun.
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/3,2, 22mm, 1/80 detik, ISO100
Madam Loh berdiri dengan bangga di depan kedai kopi yang dia jalankan sendiri.
Loh Ying Cheng, 75
Kedai 03-06 – Jia Nong Coffee Stall
Madam Loh sudah menjadi penjaja selama lebih dari 60 tahun. Dia memulai dengan menjual char kway teow, sebelum beralih meracik minuman. Wanita ini sudah menjalankan kedai kopinya di Golden Shoe sejak Golden Shoe dibuka dan ingat jika dia menghadiri acara pembukaannya.
Hidangan khas kedai: Dia tidak bisa memilih mana favoritnya – semuanya lezat!
Makanan favorit di Golden Shoe: Teow Chew Noodle di Lantai 3. Sup ikan di Lantai 2.
EOS M6, EF-M22mm f/2 STM lensa f/2, 22mm, 1/40 detik, ISO100
Dengan gerakan terlatih, Madam Loh dengan cepat membuat secangkir kopi yang nikmat.
Jadi bergembiralah, karena gangguan ke surga makanan yang menyediakan makan siang lezat sepenuh hati ke CBD Singapura akan berkurang.
Mungkin yang lebih penting, benteng pertahanan kukuh nilai-nilai kuno yang baik ini akan tetap tidak terpengaruh oleh perkembangan Singapura yang tak terhindarkan lagi.
Catatan Fotografer
Foto ini adalah tentang para penjaja yang sudah ada di Golden Shoe selama lebih dari satu dekade, kedai mereka, serta pertalian mereka yang tidak terpisahkan dengan itu.
Bagi kami, cara terbaik untuk menangkap pertalian ini adalah dengan menjepretnya saat sedang menyiapkan makanan, dibingkai oleh kedainya. Jika Anda ingin mengambil foto serupa, jangan takut untuk sedikit mendekat demi menghadirkan kepada penonton Anda rasa mengenai seperti apa berada di balik meja kasir itu. Tetapi, akan membantu jika Anda mengenal mereka terlebih dahulu, sehingga mereka merasa nyaman dengan kehadiran Anda jauh di dalam tempat kerja pribadi mereka.
Ketika Anda mengambil foto, jangan berisik dan jangan mencolok – biarkan subjek Anda untuk fokus pada apa yang sedang dia lakukan, melupakan jika Anda berada di sana. selalu siap dan cepat bereaksi apabila ada kesempatan untuk menjepret foto yang alami dan tidak berpose di mana mereka sepenuhnya berada dalam elemennya, melakukan pekerjaan mereka.
Menerima update terbaru tentang berita fotografi, tips dan trik.
Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.
Daftar sekarang!