Temukan yang Anda cari

atau cari melalui

topik

Article
Article

Article

e-Book
e-Book

e-Book

Video
Video

Video

Campaigns
Campaigns

Campaigns

Architecture
Kamera Saku

Kamera Saku

Architecture
DSLRs

DSLRs

Architecture
Videografi

Videografi

Architecture
Astrofotografi

Astrofotografi

Architecture
Tanpa Cermin

Tanpa Cermin

Architecture
Fotografi arsitektur

Fotografi arsitektur

Architecture
Teknologi Canon

Teknologi Canon

Architecture
Fotografi cahaya minimal

Fotografi cahaya minimal

Architecture
Wawancara fotografer

Wawancara fotografer

Architecture
Fotografi lanskap

Fotografi lanskap

Architecture
Fotografi makro

Fotografi makro

Architecture
Fotografi olahraga

Fotografi olahraga

Architecture
Fotografi Wisata

Fotografi Wisata

Architecture
Fotografi bawah air

Fotografi bawah air

Architecture
Konsep & Aplikasi Fotografi

Konsep & Aplikasi Fotografi

Architecture
Fotografi Jalanan

Fotografi Jalanan

Architecture
Kamera Mirrorless Full-frame

Kamera Mirrorless Full-frame

Architecture
Lensa & Aksesori

Lensa & Aksesori

Architecture
Nature & Wildlife Photography

Nature & Wildlife Photography

Architecture
Fotografi Potret Wajah

Fotografi Potret Wajah

Architecture
Fotografi Malam

Fotografi Malam

Architecture
Fotografi Hewan Piaraan

Fotografi Hewan Piaraan

Architecture
Solusi Pencetakan

Solusi Pencetakan

Architecture
Ulasan produk

Ulasan produk

Architecture
Fotografi Pernikahan

Fotografi Pernikahan

Produk >> Semua Produk Part2

Mendokumentasikan Kehidupan di Alam Terbuka yang Luar Biasa: Wisata Berkemah Fotografer Profesional dalam Foto

2017-11-16
3
2.51 k
Dalam artikel ini:

Setiap wisata berkemah merupakan pengalaman yang tak ada duanya dan layak diabadikan. Dan, dengan kamera di tangan, siapa pun bisa merekam kenangan mereka yang berharga. Lalu, bagaimana wajah dunia yang dilihat melalui mata (dan lensa) seorang fotografer profesional? Fotografer berkebangsaan Taiwan, Sean Huang, berbagi dengan kita serangkaian foto saat melakukan lintas alam di Junda Forest Road, yang dibidik dengan EOS M6. (Naskah dan Foto: Sean Huang (鳳梨))

Lokasi perkemahan, dibidik dengan EOS M6

EOS M6/ EF-M15-45mm f/3.5-6.3 IS STM/ FL: 26mm (setara 42mm)/ Manual exposure (f/4.5, 1/4 det., EV±0)/ ISO 1000/ WB: Manual

 

Untuk mengambil foto sambil mendaki gunung, keringkasan dan kemampuan bertukar lensa adalah segalanya

Setiap akhir pekan, saya menyempatkan diri, mengepak tas dan pergi berkemah di alam terbuka bersama keluarga saya, untuk menyatu dengan alam saat saya merekam segala yang saya lihat dan dengar di sekitar kami.

Pada wisata berkemah ini, kami mendaki Junda Forest Road, dan EOS M6 sungguh sangat memudahkan pemotretan. Bodi yang ringkas dan lensa yang ringan, hanya seberat 390g. Ini juga kompatibel dengan beragam luas lensa, sehingga menjadikannya pendamping tepercaya dalam fotografi luar ruangan. Selain membawa serta 5 lensa yang berbeda-beda pada perjalanan ini, tidak sekali pun saya merasa terbebani. Mungkin inilah yang dianggap paling memikat pada kamera ini oleh para pendaki gunung.

Monitor LCD layar sentuh yang dapat dimiringkan, tidak hanya memungkinkan pemilihan titik AF responsif dan sederhana, tetapi juga memungkinkan Anda membidik secara leluasa pada sudut mana pun tanpa harus mengubah posisi Anda. Selain dapat mereproduksi warna pemandangan yang serba semarak, EOS M6 juga dilengkapi dengan kemampuan Wi-Fi dan NFC built-in sehingga Anda dapat melihat foto pada smartphone Anda. Selanjutnya, Anda bisa menggunakan aplikasi smartphone untuk secara langsung melakukan pasca-proses gambar dan mengunggahnya ke media sosial tanpa harus melalui pasca-pemrosesan pada komputer. Inilah kamera yang begitu nyaman dan mudah digunakan sehingga Anda tidak bisa meninggalkannya di rumah saat bepergian. Anda pun dapat benar-benar santai dan menikmati pemandangan alam di hadapan Anda.

Selain berbagi foto favorit saya dari wisata berkemah ini, saya juga menyertakan sebagian saran tentang cara menangkap foto di luar ruangan yang luar biasa. Semoga Anda akan dapat menangkap pemandangan menakjubkan di hadapan Anda, serta mengungkapkan perasaan Anda pada saat itu.

 

Kamera yang saya bawa serta untuk wisata berkemah ini adalah EOS M6:

EOS M6

 

Mendaki gunung, dibidik dengan EOS M6

EOS M6/ EF-M22mm f/2.0 STM/ FL: 22mm (setara 35mm)/ Aperture-priority AE (f/3.5, 1/640 det., EV-1,3)/ ISO 1000/ WB: Auto

Salah satu hal favorit yang suka saya lakukan bilamana melakukan lintas alam, yaitu berhenti sejenak dan memandang pepohonan yang serba besar di sekitar, dengan cabangnya yang hijau rimbun menghadirkan kesan kekuatan. Saya ingin menunjukkan, betapa pepohonan sangat mencintai matahari dalam foto ini, dengan cabangnya yang merentang ke arah cahaya di sisi kiri gambar. Batang pohon yang ditutupi lumut lantaran kekurangan sinar matahari selama bertahun-tahun, menambahkan kesan misteri pada gambar.

 

Lokasi perkemahan di hutan, dibidik dengan EOS M6

EOS M6/ EF-M22mm f/2.0 STM/ FL: 22mm (setara 35mm)/ Aperture-priority AE (f/8, 1/4 det., EV-1,7)/ ISO 800/ WB: Auto

Dikelilingi pepohonan yang hanya bisa ditemukan pada daratan tinggi, saya bangun pukul 5 subuh, saat matahari terbit dari balik tenda saya di hutan. Barulah pada saat itu saya menyadari bahwa saya telah bermalam di tempat yang begitu indah dan memukau. Untuk membidik foto di tempat matahari bersinar menembus pemandangan dari belakang, persempit hingga ke aperture yang sangat kecil supaya dapat menciptakan efek starburst (semburat cahaya bintang).

 

Pemandangan 1: Mengamati alam hingga hal-hal yang sangat kecil dan tidak kentara, secara dekat

Fotografi makro, dibidik dengan EOS M6

EOS M6/ EF-M28mm f/3.5 Macro IS STM/ FL: 28mm (setara 45mm)/ Aperture-priority AE (f/3.5, 1/100 det., EV+0,7)/ ISO 4000/ WB: Auto

Di puncak gunung, Anda akan menjumpai banyak serangga, khususnya apabila serangga tertarik dengan api unggun Anda di malam hari. Saya melihat seekor serangga yang tidak bergerak-gerak pada tiang tenda. Saya langsung menyeka kamera saya, mencoba mengambil bidikan close-up serangga dan matanya yang majemuk. Semula saya keliru, saya kira serangga itu adalah kumbang tanduk panjang, tetapi kemudian saya menyadari bahwa itu sesungguhnya spesies langka kumbang yang disebut idgia oculata. Itu hanya salah satu dari segelintir serangga langka yang saya jumpai pada wisata berkemah ini.

Salah satu masalah utama dalam fotografi makro yaitu sumber cahaya, karena apabila Anda lebih dekat ke subjek, bagaimana pun, tak bisa dihindarkan bahwa Anda akan memblokir sebagian cahaya. Untuk bidikan ini, saya menggunakan lensa makro EF-M28mm f/3.5 Macro IS STM yang memiliki Macro Lite built-in hadap depan untuk memberikan tambahan sinar. Lensa ini sangat membantu sewaktu membidik, khususnya karena lensa ini pun memberikan stabilisasi gambar untuk mencegah goyangan kamera dan pemfokusan yang tidak akurat.

 

Anda mungkin juga tertarik mengenai artikel berikut ini:
Fotografi Makro dalam kondisi Rendah Cahaya: Mencegah Goyangan Kamera

 

Pemandangan 2: Hutan yang tenteram diselubungi kabut, dan pepohonan yang mengintai, menembus kabut

Kabut pada jalan setapak gunung, dibidik dengan EOS M6

EOS M6/ EF-M11-22mm f/4-5.6 IS STM/ FL: 11mm (setara 17mm)/ Aperture-priority AE (f/5.6, 1/10 det., EV-1,3)/ ISO 100/ WB: Manual

Sepanjang jalan mendaki gunung, terlihat pepohonan menjulang tinggi di sisi jalan. Bahkan ada bentangan pepohonan yang diselimuti kabut. Saya suka berkendara melintasi kabut saat sorot lampu mobil menciptakan suasana misteri.

Apabila memotret kabut, curahkan perhatian secara khusus ke pengaturan exposure value (EV). Karena kabut berwarna putih, pencahayaan kamera secara otomatis cenderung tidak mencukupi. Anda harus secara manual menetapkan exposure compensation (kompensasi pencahayaan) ke nilai yang menyerupai pencahayaan pemandangan itu sendiri. Metode ini juga bisa digunakan jika Anda menjumpai masalah serupa sewaktu memotret gumpalan awan.

EOS M6 yang saya bawa serta dilengkapi dengan intuitive control dial (dial kontrol intuitif), yang memungkinkan saya secara cepat menyesuaikan aperture, kecepatan rana dan nilai kompensasi pencahayaan. Berkat itu semua, saya bisa membidik pemandangan yang serba menakjubkan dengan sangat mudah.

 

Pemandangan 3: Menemukan keajaiban alam yang tak terhingga banyaknya, dari sudut yang sama sekali baru

Lorong pepohonan, dibidik dengan EOS M6

EOS M6/ EF-M11-22mm f/4-5.6 IS STM/ FL: 11mm (setara 17mm)/ Aperture-priority AE (f/5.6, 1/800 det., EV-0,7)/ ISO 320/ WB: Manual

Di larut senja, saya menjumpai hutan yang luas saat mendaki gunung. Hutan yang merentang luas berkilo-kilometer, hampir seperti lorong yang menuju ke pegunungan, sementara cahaya surya menghadirkan lapisan hutan yang berbeda-beda. Saya menjadi begitu terpesona oleh pemandangan yang memukau ini, dan saya menghentikan mobil untuk mengambil beberapa foto.

Biasanya, apabila akan menggambarkan kedalaman suatu pemandangan dan sudut pandang mata manusia, saya akan menggunakan lensa sudut lebar atau bahkan lensa sudut ultra lebar. Lensa-lensa ini dapat menonjolkan bentangan pemandangan yang sangat lapang dan menghasilkan efek perspektif yang luas, sehingga pemirsanya bisa merasakan seolah-olah mereka hadir di sana. Dengan monitor LCD yang dapat dimiringkan, Anda juga bisa mudah membidik pada berbagai sudut, entah tinggi atau rendah, untuk melihat pemandangan baru apa yang bisa Anda temukan. Contohnya, dalam foto ini, saya dapat membidik dari sudut pandang tinggi dengan merentangkan lengan saya tinggi-tinggi dan menggunakan monitor LCD yang dapat dimiringkan.

 

Pemandangan 4: Percikan bunga api nan halus—sumber cahaya yang menghangatkan dan paling menenteramkan di malam hari

Api unggun, dibidik dengan EOS M6

EOS M6/ EF-M22mm f/2.0 STM/ FL: 22mm (setara 35mm)/ Manual exposure (f/2.0, 1/200 det., EV±0)/ ISO 6400/ WB: Manual

Bilamana saya pergi berkemah, saya senang sekali mengamati api unggun, karena khususnya bagi saya, hal itu bagaikan suatu terapi yang membuat rasa nyaman. Begitulah keadaannya pada perjalanan ini, karena cuaca pegunungan pada malam hari cenderung sangat dingin. Khusus pada hari ini, suhu mencapai 35 derajat di kaki gunung, tetapi hanya 12 derajat di puncak gunung. Dengan menggunakan kayu bakar dan ceruk api portabel yang saya bawa serta, saya mulai menyalakan api untuk menghangatkan diri dan juga untuk mengusir hewan buas. Ceruk api ini juga tidak banyak berdampak pada lingkungan.

Apabila memotret api unggun atau lampu kemah, saya anjurkan mengurangi kecepatan rana untuk menangkap pergerakan kerlipan bunga api serta percikan api yang terjadi sesekali. Foto ini diambil dengan lensa EF-M22mm f/2.0 STM, yang memiliki aperture besar. Digunakan dengan kombinasi kemampuan stabilisasi gambar kamera, bidikan di waktu malam dituntaskan tanpa hambatan.

 


Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!

Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.

Daftar Sekarang!

 

Mengenai Penulis

Sean Huang

Sean Huang adalah seorang fotografer yang mengkhususkan diri secara eksklusif dalam fotografi potret wajah untuk majalah fashion dan komersial. Di waktu luangnya, ia menikmati berbagai kegiatan luar ruang, seperti mendaki gunung dan berkemah.

Randonnée

Randonée adalah majalah gaya hidup mengenai Outdoor Style, dengan fokus pada kenyamanan, kepraktisan dan perlengkapan busana luar ruang yang modis. Selain itu, majalah ini juga meliput beragam topik, seperti santapan hidangan khusus, pendakian gunung, berkemah, gaya hidup di luar ruangan dan berbagai kegiatan di alam terbuka. Karena semakin banyak saja warga Taiwan yang tertarik dengan kegiatan berkemah, pendakian gunung dan aktivitas luar ruang lainnya, Randonée selalu berada di jajaran depan untuk menyampaikan pengetahuan berharga mengenai berbagai cara menikmati kegiatan luar ruangan. Lebih jauh lagi, Randonée berkolaborasi dengan sejumlah perusahaan mobil, merek luar ruang, merek olah raga dan merek fashion, yang memperkenalkan para pembacanya ke merek tersebut dan mendorong industri gaya hidup luar ruangan serta minat dalam gaya hidup luar ruangan yang menyenangkan.

Berbagi foto Anda di My Canon Story & berpeluang ditampilkan pada platform media sosial kami