GOTO AKI telah menerbitkan banyak karyanya dengan tema yang berlandaskan pada 'lanskap' atau bentangan alam. Dalam artikel ini, ia berbagi pemikirannya tentang cara menyusun buku fotografi Anda sendiri, yang merupakan puncak karya seorang fotografer. Sejauh ini, ia telah menerbitkan dua buku fotografi yang dijual di bawah label independen miliknya sendiri. Berikut ini, kita akan mengetahui, betapa cermat ia tentang karyanya. Ia menangani sendiri segalanya, dari pembuatan, penerbitan dan distribusi. (Naskah: GOTO AKI)
EOS 5D Mark III/ EF200-400mm f/4L IS USM/ FL: 236mm/ Aperture-priority AE (f/8.0, 1/200 det., EV±0)/ ISO 400/ WB: Daylight
Lokasi: Hiraodai, prefektur Fukuoka, Jepang
Dataran tinggi batu gamping di Hiraodai, prefektur Fukuoka. 300 juta tahun yang lalu, hamparan lahan dekat gunung berapi bergerak dan membentuk suatu dataran yang sekarang merupakan bagian belahan Barat Jepang.
Saya membidik gambar ini sambil menggenggam kamera sebelum matahari terbit saat suhu warna masih tinggi dan seluruh tempat ini bermandikan cahaya biru.
Buku fotografi: Pada media inilah karya fotografis dapat diapresiasi setiap saat
Dengan menerbitkan karya saya dalam majalah fotografi, dan menyelenggarakan sendiri pameran saya di galeri, telah memberi kesempatan bagi karya saya dilihat oleh penggemar fotografi dan orang-orang di industri. Hal ini telah memberikan keuntungan, yaitu, gaya karya dan nama saya diakui. Namun demikian, peluncuran karya baru ini terbatas, karena hanya bisa diterbitkan secara bulanan dalam majalah, atau, kalau berkenaan dengan pameran, hanya bisa dilakukan satu sekali setiap beberapa minggu, yang juga hanya berlangsung selama pameran itu.
Setelah pameran saya berakhir pada tahun 2010, saat kegairahan mulai mereda, secara bertahap, keinginan saya mulai tumbuh untuk menciptakan buku fotografi, supaya orang bisa melihat karya saya kapan pun mereka inginkan, tanpa dibatasi oleh jangka waktu tertentu, misalnya seperti pada pameran atau majalah.
EOS 5D Mark III/ EF200-400mm f/4L IS USM Extender 1.4x / FL: 303mm/ Aperture-priority AE (f/8.0, 1/320 det., EV±0)/ ISO 400/ WB: Daylight
Lokasi: Pegunungan Kirishima, prefektur Kagoshima, Jepang
Di sini, saya menangkap riakan tekstur yang muncul sesaat, akibat hembusan angin di Danau Onamiike, yang tercipta dari kegiatan gunung berapi sekitar 40.000 tahun silam. Penyebab keberadaan renik-renik ini lantaran Bumi berputar pada sumbunya, matahari, bulan dan pergerakan planet.
Menyusun buku fotografi di bawah label independen
Tatkala saya mulai mengumpulkan berbagai gagasan mengenai pengerjaan untuk menyusun buku fotografi, saya mengingat kembali beragam aktivitas yang dilakukan oleh mendiang mantan guru saya, Kiyoshi Suzuki (disebutkan di Bagian 1 serial ini). Ketika ditanya tentang alasan memenangkan penghargaan Domon Ken, salah satu penghargaan dalam bidang fotografi bergengsi di Jepang, ia menjawab, bahwa ia terus menerbitkan semua karyanya secara independen.
Dulu, saya punya gambaran negatif tentang swa-penerbitan, yang menurut saya bahwa hal itu hanya dilakukan oleh para fotografer hobi untuk penggunaan pribadi mereka sendiri. Jadi, pada tahun 1998, saat bersama-sama berada di pesawat menuju New York, saya menanyakan kepadanya, "Mengapa Anda terus menerbitkan karya Anda secara independen?"
Ia menjawab tanpa basa-basi, "Ini adalah jenis publikasi yang paling sedikit keterbatasannya dan memberi Anda keleluasaan. Apabila Anda menerbitkan dari perusahaan penerbitan besar, ada kalanya Anda tidak bisa menentukan format, kertas dan lain sebagainya. Anda juga tidak dapat membuatnya seperti yang Anda inginkan. Kita sendiri yang mengetahui tentang karya terbaik kita, lebih daripada siapa pun. Oleh karena itu, saya ingin sepenuhnya bertanggung jawab mengawasi segalanya sampai selesai."
Kata-kata guru saya telah memupus semua asumsi negatif yang pernah saya miliki tentang swa-penerbitan. Semenjak itu, saya bertekad, bahwa jika saya menyusun buku fotografi saya sendiri, saya akan menerbitkannya di bawah label independen milik saya.
EOS 5D Mark III/ EF70-200mm f/4L IS USM/ FL: 200mm/ Aperture-priority AE(f/11, 1/1250 det., EV-1)/ ISO 400/ WB: Auto
Dalam keadaan yang sesungguhnya, penetapan suhu warna sudah direndahkan (nada kuning sawo yang lebih pekat)
Lokasi: Onna-son, prefektur Okinawa, Jepang
Gambar ini menangkap sinar matahari di balik angin badai yang berkilauan dari arah barat, seakan balapan dengan tirai sinar matahari, cakrawala dan sorotan cahaya, berupaya untuk menampilkan bentuknya yang berbeda-beda.
Menyusun buku fotografi yang tak lekang oleh waktu serta memberikan kepuasan atas kepemilikannya
Waktu berlalu, dan sekarang adalah masa digital.
Anda mungkin bertanya, untuk apa membuat buku fotografi Anda sendiri, sementara kita berada di zaman yang memungkinkan kita melihat berbagai foto dari seluruh dunia sebanyak yang kita inginkan, melalui media sosial dan di internet? Saya telah lama merenungkan, bahwa hanya memiliki foto yang serba bagus belum cukup, dan buku fotografi pun harus mencerminkan sudut pandang sang fotografer serta dapat memberikan kesan memiliki, karena kalau tidak, maka tidak ada gunanya menciptakan buku fotografi.
Di rak buku saya, ada buku lama tentang karya seni, mulai dari tahun 1960-an hingga 1980-an, dan halamannya sudah menguning sehingga memberikan kesan antik. Apabila harus mempertimbangkan tentang apa yang akan Anda lakukan mengenai kemungkinan buku Anda terpajang di rak buku seseorang selama 20 atau 30 tahun, saya menyadari bahwa memang penting untuk mencurahkan segenap perhatian pada hal-hal yang remeh, supaya buku itu tidak lekang oleh waktu, serta menjadi milik yang berharga. Dengan mengingat ini, saya mulai mengerjakan buku fotografi saya sendiri.
Dalam suatu pameran, terdapat banyak sekali ruang, tetapi pada waktu yang sama, mata Anda pun dipenuhi oleh beragam karya seni. Sebaliknya, buku fotografi memungkinkan Anda untuk mengapresiasi hanya satu atau dua foto setiap kali Anda membalik halaman. Dengan menggunakan berbagai rangkaian foto yang diambil di tempat dan hari yang berbeda-beda, serta mengaturnya menurut ciri-ciri yang umum, misalnya, 'cahaya/tekstur/bentuk' dan lain sebagainya, saya menyusun keterangan singkat yang tidak sekedar menjelaskan tentang lokasinya. Karena karya saya menujukan perhatian ke bentuk fisik Bumi, seperti permukaan bebatuan dan lapisan atas lautan, saya memilih kertas untuk buku fotografi saya berdasarkan tekstur yang saya rasakan di tangan saya bukan pada kilauan kertasnya.
Apabila menyusun buku fotografi, semakin khusus keputusan Anda, akan semakin banyak waktu yang akan Anda curahkan. Setelah satu setengah tahun persiapan sambil mempertimbangkan secara cermat tentang foto, kertas, desain, kualitas cetakan dan saluran distribusi, akhirnya saya menetapkan label independen saya sendiri, yaitu traviaggio publishing* pada tahun 2012.
*traviaggio adalah nama yang saya reka dari kata yang berarti perjalanan, memadukan kata 'travel;' dalam bahasa Inggris, dan kata 'viaggio' dari bahasa Italia.
Buku pertama yang saya terbitkan berjudul ‘LAND ESCAPES’, pada penghujung tahun 2012, yang dilandaskan pada tema ‘Journey’ (Pengembaraan). Untuk itu, saya menciptakan suatu ikatan yang menyerupai gerakan membuka koper. Untuk kertasnya, saya lebih memilih Vent Nouveau ketimbang glossy atau matte. Yang saya pilih adalah jenis kertas memiliki kualitas kasar. Selain itu, saya mendesain perbedaan dalam hal ketebalan antara halaman sampul dan halaman foto, agar menciptakan efek visual bingkai mat.
Buku fotografi saya yang pertama, ‘LAND ESCAPES’ (2012). Berdasarkan pada koper yang saya gunakan, saya mengikatnya dengan ikatan lanskap yang berujung panjang.
Saya menyatukan semua ini sambil mengingat, seperti apa perabaan tekstur kertasnya, dan saya ingin agar pembacanya merasa penasaran saat mereka membalik halaman demi halaman. Saya tidak hanya memperhatikan foto, tetapi juga tekstur buku secara keseluruhan.
Pemeriksaan warna pada bukti cetak berwarna dari perusahaan percetakan, dan buku fotografi yang sudah rampung (kiri). Karena ukuran halaman sampul dan halaman foto berbeda, ini menciptakan efek visual bingkai mat apabila dibuka (kanan).
Untuk buku fotografi ‘LAND ESCAPES - FACE - ’ yang diterbitkan tahun 2015, saya menggunakan art card (kartu untuk karya seni) untuk halaman sampul. Ini adalah jenis kertas yang memiliki sejarah panjang tentang penggunaannya, dan mempertahankan kualitas keindahan, bahkan setelah kertasnya menguning kelak. Untuk halaman foto, saya menggunakan jenis kertas satin yang memiliki tekstur seperti embun, yang akan membantu menambahkan warna gambar. Saya juga memperhatikan kelembutannya apabila disentuh.
Halaman sampul buku fotografi saya pada tahun kedua, dirilis pada tahun 2015, berjudul ‘LAND ESCAPES - FACE - ’.
Inilah sejumlah gambar di buku purwarupa yang saya buat untuk buku fotografi saya, dan selama proses menyusun urutan halaman. Saya membuat beberapa variasi halaman sampul untuk dipilih, tetapi alih-alih memutuskan di tempat, saya pendam dulu beberapa hari sebelum kembali lagi untuk membuat keputusan.
Menyiapkan buku untuk dikirimkan ke toko buku dan ke Amazon. Merekatkan label dengan kode ISBN pada buku, lalu saya mengirimkannya dengan harapan tulus bahwa ada seseorang yang mau membelinya.
Apabila membuat buku foto di bawah label independen, ada kalanya dalam proses pembuatannya, Anda akan bertanya-tanya, apakah Anda membuat keputusan yang tepat (untuk pemilihan foto, jenis kertas, desain dan lain sebagainya). Saat hal itu terjadi pada saya, saya diamkan dulu beberapa lama sebelum kembali mengeceknya lagi, dan ini berarti memerlukan waktu yang lebih lama untuk menuntaskannya.
Yang juga penting adalah penggunaan kata-kata untuk menyampaikan sudut pandang Anda dalam karya dimaksud
EOS 5D Mark III/ EF200-400mm f/4L IS USM/ FL: 160mm/ Aperture-priority AE (f/5.6, 1/320 det., EV-0,3)/ ISO 400/ WB: Auto
Lokasi: Prefektur Yamaguchi, Jepang
Lubang terbenam di Akiyoshidai. Konon, batu gamping ini adalah bagian dari dasar laut pada 3 ratus juta tahun silam, dekat lokasi Singapura dan Indonesia saat ini.
Saya menjual buku fotografi yang sudah tuntas di berbagai tempat, seperti di lokasi pameran saya. Di samping itu, saya pribadi membawakan buku fotografi untuk galeri dan toko seni fotografi yang menjual buku-buku karya seni, dan bernegosiasi dengan mereka untuk memajang buku ini untuk penjualan eceran.
Berperan sebagai penjual dan narahubung dengan staf toko membuat saya sadar, bahwa bukan hanya foto yang penting, tapi juga kata-kata yang digunakan untuk menjelaskannya. Untuk menjual buku, staf toko harus bisa menjelaskan apa buku fotografi itu kepada pelanggan yang mungkin sama sekali tidak tahu tentang buku fotografi. Oleh karena itu, penting bagi para fotografer untuk juga bisa menyampaikan sudut pandang mereka melalui kata-kata. Oleh karena itu, betapa pentingnya rangkaian kata itu, adalah salah satu yang saya pelajari melalui penjualan.
Kita adalah generasi yang bisa melihat berbagai foto dengan mudahnya di media sosial. Walaupun saya memahami perasaan puas ketika menerima tanda 'like' online, namun saya merasa bahwa ada kecenderungan untuk tersedot ke dalam lautan informasi yang sangat besar. Jika Anda memiliki keinginan tulus untuk menjadi seorang fotografer profesional atau seniman, tidak ada salahnya mencoba membuat cetakan foto atau buku fotografi Anda sendiri, bukan?
Fakta bahwa saya telah menuangkan karya saya ke dalam bentuk buku fotografi, adalah sesuatu yang senantiasa ingin saya banggakan sebagai seorang fotografer.
Buku fotografi ‘LAND ESCAPES - FACE- ’ dipajang di toko buku. Saya memilih toko buku yang khusus menjual buku karya seni dan berhubungan langsung dengan mereka.
Bacalah artikel SNAPSHOT lainnya dari GOTO AKI di sini:
5 Alasan Mengapa EOS 5D Mark IV Ideal untuk Fotografi Lanskap
4 Kunci Membidik Lanskap Menjelang Fajar
EF16-35mm f/4L IS USM: Fotografi Lanskap yang Mencengangkan, Bahkan Dengan Pemotretan Genggam
Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!
Mengenai Penulis
Lahir pada tahun 1972 di Prefektur Kanagawa dan lulus dari Sophia University serta Tokyo College of Photography. Goto menerbitkan koleksi karya foto yang berjudul "LAND ESCAPES" dan juga terlibat secara aktif dalam pembuatan karya seperti “water silence” suatu instalasi yang menggabungkan foto dengan video.