Warna langit larut senja yang begitu indah, menambah unsur dramatis pada fotografi lanskap, khususnya jika mengambil bidikan bunga-bunga pada cahaya latar. Di sini, kami berbagi dua foto tersebut dan beberapa saran dari para fotografer mengenai cara mereka mendapatkan bidikan itu. (Dilaporkan oleh: Rika Takemoto, Yoshiki Fujiwara)
Foto 1: Padang bunga poppi yang luas dengan latar belakang sinar mentari senja
EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 47mm/ Aperture-priority AE (f/16, 1/25 det., EV+1,3)/ ISO 200/ WB: Cahaya lampu pijar putih
Waktu memotret: Akhir Mei
Foto oleh Rika Takemoto
Langkah 1: Membidik ke bawah dari posisi tinggi
Saya bermaksud menciptakan gambar yang dramatis dengan membingkai padang bunga poppi bersama dengan matahari larut senja. Padang bunga ini membentang hingga ke latar belakang, dan untuk menonjolkan kesan keluasannya, pada awalnya saya membidik pada level mata, menggunakan tripod. Namun demikian, hal itu membuat elemen dalam bingkai terlihat sangat menyebar. Saya menyadari bahwa saya perlu menciptakan suatu titik perhatian dalam bingkai, dengan cara membingkai gambar sedemikian rupa sehingga bunga poppi di hadapan saya tampak lebih besar dan lebih dekat. Oleh karena itu, saya menemukan lokasi di mana sebagian bunga poppi yang tinggi berada langsung di hadapan saya, dan saya juga menyesuaikan tripod agar setinggi pinggang.
Ada beberapa posisi pemotretan yang berlainan, yang saya pikirkan, tetapi pada akhirnya, saya memilih yang satu ini, karena memiliki keseimbangan komposisi yang bagus antara ketinggian matahari, dan bunga poppi di latar depan.
Langkah 2: Gunakan kompensasi pencahayaan supaya seluruh bidikan menampilkan warna yang jelas
Saya pergi ke lokasi sekitar pukul 6 petang, dan bahkan pada waktu itu pun, keadaan sekeliling sudah agak gelap. Seandainya saya membidik tanpa melakukan penyesuaian apa pun pada pengaturan, gambar akan menghasilkan padang bunga poppi yang terlalu gelap. Karena itulah, saya menggunakan exposure compensation (kompensasi pencahayaan) untuk membuat keseluruhan gambar tampak lebih cerah. Karena saya juga ingin mempertahankan gradasi tonal pada matahari dan langit, saya melakukan uji-coba untuk menentukan nilai exposure-compensation, kemudian meningkatkannya secara bertahap sampai saya menemukan pengaturan optimal pada EV+1,3.
Saya menetapkan pengaturan aperture sempit, f/16, karena saya ingin menggunakan deep focusing untuk menggambarkan keluasan padang bunga poppi, sekaligus menciptakan secercah efek starburst (semburat cahaya) untuk menegaskan penampakan sinar matahari secara jelas. Untuk mengintensifkan kepekatan warna merah bunga poppi dan birunya langit, saya memanfaatkan polarizing filter (filter PL).
Bidikan yang gagal: Memotret bunga poppi dari sudut rendah tidak menghasilkan gambar yang saya maksudkan
EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 24mm/ Aperture-priority AE (f/4, 1/500 det., EV+1,0)/ ISO 200/ WB: Auto
Foto oleh Rika Takemoto
Untuk bidikan ini, saya membidik bunga poppi dari bawah, dan memastikan untuk menyertakan matahari yang akan terbenam. Pencahayaan latar yang menyinari bunga poppi di bagian depan, membuat kelopak dan benang sari pada tangkai bunga tampak agak terang, yang menciptakan gambar nan indah dan anggun. Namun demikian, ini bukan efek yang saya inginkan, yaitu menonjolkan skala keluasan padang bunga poppi.
Foto 2: Bunga Bakung yang diterangi oleh sinar matahari larut senja
EOS 6D/ EF16-35mm f/4L IS USM/ FL: 16mm/ Manual exposure (f/9, 1/200 det., EV-1,0)/ ISO 100/ WB: Auto
Waktu memotret: pertengahan Juni
Foto oleh Yoshiki Fujiwara
Mengamati dan menunggu sampai matahari sejajar secara horizontal di atas hamparan bunga
Dalam bidikan ini, cahaya matahari bersinar melalui bunga bakung sedemikian rupa sehingga membuatnya bersinar lembut bagaikan disinari dengan lampu.
Sewaktu cahaya matahari menyinari tetumbuhan dan bunga saat melintasinya, ini akan membuat warnanya tampak lebih jelas. Pernahkah Anda melihat langit dari puncak pepohonan yang memiliki dedaunan segar? Jika pernah, Anda akan melihat bahwa matahari di atas kepala Anda, seakan membuat hijau dedaunan terlihat lebih cerah dan cemerlang daripada biasanya. Itulah efek yang saya ingin ciptakan pada bunga bakung dalam gambar ini.
Bunga bakung di sini, tumbuh dari posisi lahan yang agak rendah, sehingga satu-satunya cara untuk menyertakan lebih dari setangkai bunga adalah membidik dengan menggunakan orientasi horizontal. Karena itulah, saya menunggu sampai matahari sejajar secara horizontal di atas hamparan bunga bakung sebelum saya membidik (waktu memotret: 19:45).
Bidikan yang gagal: Warna bunga tidak terlihat begitu jelas apabila dibidik pada awal larut senja
EOS 6D/ EF16-35mm f/4L IS USM/ FL: 16mm/ Aperture-priority AE (f/4, 1/800 det., EV+0,3)/ ISO 100/ WB: Auto
Foto oleh Yoshiki Fujiwara
Bidikan ini diambil pada pukul 16:45. Posisi matahari yang tinggi di langit, membuatnya sulit mendapatkan sudut di mana sinar matahari langsung menerpa hamparan bunga, dan saya tidak dapat menangkap bunga dengan kejernihan dan kejelasan warna yang sama.
Berikut ini ada beberapa lagi gagasan untuk memotret bunga:
Bagaimana Memotret Bunga yang Lebih Dramatis?
Teknik Komposisi untuk Lensa Sudut Lebar
Memotret Bunga: Cara Menciptakan Lampu Sorot Lingkaran Bokeh yang Cemerlang dengan Lensa Makro
Anda mungkin tertarik untuk membaca:
4 Langkah untuk Menangkap Potret Wajah Berpenampilan Lembut dan Membuai
Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!
Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.
Daftar Sekarang!
Mengenai Penulis
Majalah bulanan yang berpendapat bahwa kegembiraan fotografi akan meningkat dengan semakin banyaknya seseorang belajar tentang berbagai fungsi kamera. Majalah ini menyampaikan berita mengenai kamera dan fitur terbaru serta secara teratur memperkenalkan berbagai teknik fotografi.
Diterbitkan oleh Impress Corporation
Semula, ia adalah seorang snowboarder profesional. Fujiwara mengambil kesempatan untuk memulai karier kedua sebagai fotografer setelah pensiun akibat mengalami cedera. Ia berupaya menemukan cara memanfaatkan cahaya alami untuk mendapatkan kesan kebeningannya. Ia memperoleh pengalamannya melalui otodidak yang pada akhirnya menuntunnya untuk menghasilkan foto yang terpilih sebagai salah satu dari “10 Viral Photographs of Tokyo Camera Club” 2014.
Sebagai seorang fotografer lanskap, Takemoto mengawali fotografi sebagai hobi sejak tahun 2004. Pada tahun 2007, ia terlibat dalam mengelola situs web berbagi foto. Ia belajar di bawah asuhan seorang fotografer lanskap alam, Yoshiteru Takahashi, dan kemudian menjadi seorang fotografer freelancer. Semenjak itu, ia telah memotret sekian banyak lanskap di seluruh Jepang (sesekali di luar negeri), mencakup beragam luas tema.