Temukan yang Anda cari

atau cari melalui

topik

Article
Article

Article

e-Book
e-Book

e-Book

Video
Video

Video

Campaigns
Campaigns

Campaigns

Architecture
Kamera Saku

Kamera Saku

Architecture
DSLRs

DSLRs

Architecture
Videografi

Videografi

Architecture
Astrofotografi

Astrofotografi

Architecture
Tanpa Cermin

Tanpa Cermin

Architecture
Fotografi arsitektur

Fotografi arsitektur

Architecture
Teknologi Canon

Teknologi Canon

Architecture
Fotografi cahaya minimal

Fotografi cahaya minimal

Architecture
Wawancara fotografer

Wawancara fotografer

Architecture
Fotografi lanskap

Fotografi lanskap

Architecture
Fotografi makro

Fotografi makro

Architecture
Fotografi olahraga

Fotografi olahraga

Architecture
Fotografi Wisata

Fotografi Wisata

Architecture
Fotografi bawah air

Fotografi bawah air

Architecture
Konsep & Aplikasi Fotografi

Konsep & Aplikasi Fotografi

Architecture
Fotografi Jalanan

Fotografi Jalanan

Architecture
Kamera Mirrorless Full-frame

Kamera Mirrorless Full-frame

Architecture
Lensa & Aksesori

Lensa & Aksesori

Architecture
Nature & Wildlife Photography

Nature & Wildlife Photography

Architecture
Fotografi Potret Wajah

Fotografi Potret Wajah

Architecture
Fotografi Malam

Fotografi Malam

Architecture
Fotografi Hewan Piaraan

Fotografi Hewan Piaraan

Architecture
Solusi Pencetakan

Solusi Pencetakan

Architecture
Ulasan produk

Ulasan produk

Architecture
Fotografi Pernikahan

Fotografi Pernikahan

Saran & Tutorial >> Semua Saran & Tutorial

Fotografi Arsitektural #4: Memotret Bangunan di Malam Hari

2017-01-19
4
6.63 k
Dalam artikel ini:

Deretan bangunan akan gemerlap di malam hari yang secara khusus akan menjadi subjek yang memikat untuk difoto. Dalam artikel terakhir serial ini, kita akan mencermati, cara memotret bangunan di malam hari. (Foto oleh: Takeshi Akaogi, Diedit oleh: Etica)

EOS 6D / EF24-70mm f/4L IS USM/ FL: 24mm/ Aperture-priority AE (f/5.6, 1/40 det.)/ ISO 10000/ WB: Auto
Lokasi: Tokyo Station (Marunouchi Exit), Tokyo

 

Dasar-dasar fotografi bentangan malam

Setelah meliput konsep dasar fotografi arsitektural, menggunakan panjang fokus sudut lebar/telefoto, dan teknik komposisi efektif pada pelajaran terdahulu, pelajaran ini mencermati dasar-dasar memotret bangunan di malam hari.

Ada beberapa hal yang perlu Anda catat ketika memotret di malam hari:

- Kecepatan rana melambat apabila Anda membidik di lokasi gelap, yang membuat gambar Anda rentan terhadap goyangan kamera
Di lokasi yang gelap, kecepatan rana melambat akibat tidak adanya cahaya, sehingga goyangan kamera lebih mudah terjadi. Untuk mengatasi hal itu, tingkatkan kecepatan ISO supaya Anda bisa membidik pada kecepatan rana tinggi, bahkan dalam kondisi rendah cahaya, dan memegang kamera secara mantap. Kedua hal ini sangat penting apabila memotret di malam hari.

- Meningkatkan kecepatan ISO cenderung menambah noise gambar 
Jika Anda ingin mengambil gambar yang berkualitas lebih tinggi, sebaiknya menggunakan tripod atau cara lain untuk mengamankan dudukan kamera. Jika menggunakan tripod, goyangan kamera masih bisa terjadi karena dampak penekanan rana. Jadi, saya anjurkan agar menetapkan self-timer ke 2 detik saat mengambil bidikan.

- Kamera Anda bisa mengompensasi secara berlebihan sumber cahaya terang, seperti lampu jalanan dan lampu dekoratif, sehingga menghasilkan gambar yang gelap
Apabila menangkap sumber-sumber, seperti lampu jalanan dan lampu dekoratif, meter pencahayaan kamera bisa terkecoh oleh cahaya terang yang menganggap bahwa pemandangan tersebut jauh lebih terang daripada yang sesungguhnya. Oleh karena itu, kompensasi berlebihan untuk kecerahan, yang dapat menyebabkan foto akhir tampak gelap. Walaupun ini bergantung pada intensitas sumber cahaya dan distribusi cahaya dalam bingkai, dan, jika menurut Anda bahwa fotonya terlihat terlalu gelap, cobalah menerapkan kompensasi pencahayaan positif dan membidik lagi. Dengan melakukan itu, lampu yang menyilaukan seyogianya akan menonjol dalam bidikan Anda.

- Pada bentangan malam, cahaya memang menarik bagi mata manusia. Gunakan itu untuk kepentingan Anda ketika menyusun bidikan
Pada bentangan malam, mata kita mudah tertarik pada objek yang memancarkan cahaya, misalnya, lampu jalanan. Sebaiknya mempertimbangkan cara mengatur objek tersebut ketika menyusun gambar Anda. Pada contoh, saya menempatkan lampu jalanan di sisi kiri dan tepi kanan gambar supaya membentuk garis cahaya yang menyatu di tengah, sehingga memberikan semacam ilusi kedalaman.

 

Cara menetapkan ISO speed

Tombol "ISO" → Gunakan pengoperasian sentuhan atau putar dial untuk mengubah nilainya. * Perbedaannya bergantung pada model kamera.

 

Bidikan hebat tanpa meningkatkan kecepatan ISO

EOS 5D Mark III/ EF24-70mm f/4L IS USM/ FL: 50mm/ Aperture-priority AE (f/4, 1/50 det.)/ ISO 12800/ WB: Auto
Lokasi: Tokyo Station (Marunouchi Exit), Tokyo

 

EOS 5D Mark III/ EF24-70mm f/4L IS USM/ FL: 59mm/ Aperture-priority AE (f/4, 1,3 det.)/ ISO 200/ WB: Auto
Lokasi: Tokyo Station (Marunouchi Exit), Tokyo

Cermati 2 foto di atas. Perhatikan bahwa foto yang diambil pada ISO 12800 terlihat agak berbutir-butir, bukan?

Semakin tinggi kecepatan ISO, semakin banyak noise (butiran) gambar. Kamera yang lebih baru sudah meningkatkan kemampuan untuk mengurangi noise ISO tinggi dengan lebih baik, tetapi masih belum memungkinkan untuk melenyapkan noise seluruhnya. Untuk alasan itulah, sebagian besar fotografer mencamkan untuk membidik pada kecepatan ISO yang serendah mungkin sebelum noise melekat, dan acap kali menyetel pengaturan lainnya, seperti aperture dan kecepatan rana.

Menetapkan kecepatan ISO ke nilai yang lebih rendah akan menghasilkan kecepatan rana yang lebih lambat, sehingga Anda dapat mengambil gambar yang jernih dengan noise minimal. Jika mendudukkan kamera pada tripod atau penyangga, bidikan Anda tidak akan terpengaruh oleh goyangan kamera, bahkan pada kecepatan rana lambat. 

 

Gunakan pencahayaan lama agar dapat menangkap jejak cahaya untuk efek ajaib

Menetapkan kecepatan rana ke kecepatan yang sangat lambat, kerap kali dalam unit puluhan detik, dirujuk sebagai "long exposure" (pencahayaan lama). Apabila memaparkan sensor ke cahaya untuk waktu yang lama, kendaraan yang berlalu saat rana dilepas, akan ditangkap sebagai jejak cahaya, menciptakan efek yang indah. Apabila menggunakan pencahayaan yang lama, yang penting adalah mengamankan kamera pada tripod supaya menghindari goyangan kamera.

Untuk saran lebih lanjut mengenai jejak cahaya, bacalah:
[Bagian 1] Teknik Standar Menggunakan Jejak Cahaya

Atau, bacalah yang berikut ini untuk mendapatkan gagasan lainnya tentang cara memotret nightscape (bentangan malam):
Kamera FAQ #10: Berapa shutter speed (kecepatan rana) yang optimal untuk memotret nightscape (bentangan malam)?

EOS 5D Mark III/ EF24-70mm f/4L IS USM/ FL: 35mm/ Aperture-priority AE (f/20, 30 det.)/ ISO 200/ WB: Auto
Lokasi: Mitsubishi Ichigokan Museum, Marunouchi, Tokyo

 

Gunakan White Balance untuk mengubah warna bentangan malam

Keseimbangan warna bisa secara nyata memengaruhi kesan selembar foto. Warna hangat memberikan kesan kehangatan, sedangkan warna sejuk memberikan kesan kesejukan. Fungsi white balance kamera pada mulanya digunakan untuk mengekspresikan warna subjek sesuai aslinya tanpa menghiraukan sumber cahaya. Namun demikian, ini juga bisa digunakan untuk mengambil gambar dengan warna kebiruan jika Anda menetapkan suhu warna ke pengaturan rendah (Lampu pijar, dll) atau warna kemerahan untuk pengaturan tinggi (Cloudy, Shade, dll.). Menggunakan pengaturan white balance untuk mengubah nada warna foto, bisa menghasilkan beberapa efek menarik. Hal ini berlaku untuk pemandangan apa pun, jadi, ini adalah teknik yang tidak hanya terbatas untuk pemotretan bentangan malam.

Jika Anda baru mengenal istilah white balance, pelajari dasar-dasarnya di sini:
Dasar-Dasar White Balance untuk Menghasilkan Nada Warna Dambaan!

Semakin banyak pengguna kawakan yang mungkin tertarik untuk mengetahui bagaimana menorehkan warna dengan fungsi White Balance Correction.

 

Memotret dengan White Balance yang ditetapkan ke "Tungsten light" (Lampu pijar)

EOS 6D/ EF50mm f/1.4 USM/ FL: 50mm/ Manual exposure (f/5.6, 3,2 det.)/ ISO 1600/ WB: Tungsten light
Lokasi: Di bagian dalam Tokyo Midtown, Roppongi, Tokyo

 

Memotret dengan White Balance yang ditetapkan ke "Cloudy" (Berawan)

EOS 6D/ EF50mm f/1.4 USM/ FL: 50mm/ Manual exposure (f/5.6, 3,2 det.)/ ISO 1600/ WB: Cloudy
Lokasi: Di bagian dalam Tokyo Midtown, Roppongi, Tokyo

 

Cara menetapkan White Balance

Tombol "WB" → Pilih dari mode preset, seperti "Daylight", "Cloudy", dan "Tungsten light". * Perbedaannya bergantung pada model kamera.

 

Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!

 

Mengenai Penulis

Etica

Etica Co., Ltd. tidak hanya menjalankan kelas fotografi di bawah nama “Tanoshii Camera School", tetapi juga mengedit publikasi dan merencanakan media serta kegiatan terkait kamera dan fotografi, dengan fokus pada tema yang berhubungan dengan kepedulian terhadap anak, hewan dan makanan. Motto mereka yaitu "Photos make people happy!" (Foto membuat orang senang), dan mereka ikut mengkomunikasikan pesona kamera dan fotografi.

https://etica.jp/

Takeshi Akaogi

Sebagai fotografer, Akaogi terutama bekerja untuk majalah dan menulis buku yang memperkenalkan fotografi dan berbagai saran praktis. Ia juga mengajar di lokakarya fotografi.

http://www.flipphoto.org

Berbagi foto Anda di My Canon Story & berpeluang ditampilkan pada platform media sosial kami