Temukan yang Anda cari

atau cari melalui

topik

Article
Article

Article

e-Book
e-Book

e-Book

Video
Video

Video

Campaigns
Campaigns

Campaigns

Architecture
Kamera Saku

Kamera Saku

Architecture
DSLRs

DSLRs

Architecture
Videografi

Videografi

Architecture
Astrofotografi

Astrofotografi

Architecture
Tanpa Cermin

Tanpa Cermin

Architecture
Fotografi arsitektur

Fotografi arsitektur

Architecture
Teknologi Canon

Teknologi Canon

Architecture
Fotografi cahaya minimal

Fotografi cahaya minimal

Architecture
Wawancara fotografer

Wawancara fotografer

Architecture
Fotografi lanskap

Fotografi lanskap

Architecture
Fotografi makro

Fotografi makro

Architecture
Fotografi olahraga

Fotografi olahraga

Architecture
Fotografi Wisata

Fotografi Wisata

Architecture
Fotografi bawah air

Fotografi bawah air

Architecture
Konsep & Aplikasi Fotografi

Konsep & Aplikasi Fotografi

Architecture
Fotografi Jalanan

Fotografi Jalanan

Architecture
Kamera Mirrorless Full-frame

Kamera Mirrorless Full-frame

Architecture
Lensa & Aksesori

Lensa & Aksesori

Architecture
Nature & Wildlife Photography

Nature & Wildlife Photography

Architecture
Fotografi Potret Wajah

Fotografi Potret Wajah

Architecture
Fotografi Malam

Fotografi Malam

Architecture
Fotografi Hewan Piaraan

Fotografi Hewan Piaraan

Architecture
Solusi Pencetakan

Solusi Pencetakan

Architecture
Ulasan produk

Ulasan produk

Architecture
Fotografi Pernikahan

Fotografi Pernikahan

Saran & Tutorial >> Semua Saran & Tutorial

Pengaturan Kamera untuk Memotret Anak Sungai dan Sungai Berkabut

2016-10-20
1
3.08 k
Dalam artikel ini:

Pengaturan apakah yang seharusnya Anda gunakan pada kamera untuk memotret kabut berawan dan anak sungai yang mengalir bagaikan pemandangan misterius di alam mimpi? Seorang fotografer profesional meninjau kembali sejumlah teknik yang ia gunakan. (Dilaporkan oleh: Yoshio Shinkai)

EOS 5D Mark II/ EF24-70mm f/2.8L USM/ FL: 24mm/ Aperture-priority AE (f/13, 4 det., EV±0)/ ISO 200/ WB: Daylight
Saya ingin menciptakan suasana misteri dalam pemandangan anak sungai yang masih berkabut, jadi saya gunakan rana lambat untuk menciptakan efek buram pada arus air, memberinya penampilan sehalus sutera. Untuk menambah sedikit rona biru, white balance ditetapkan ke "Daylight".

 

Pemandangan dan pendekatan saya

Ketika saya membidik pemandangan ini, langit sedang mendung dan kabut masih menyelimuti hulu sungai. Kabut yang melayang di atas permukaan air dan tidak membentuk melampaui ketinggian itu. Saya memilih suatu tempat yang kurang berkabut, lalu menyiapkan tripod, dan dari sana saya bisa melihat anak sungai yang mengalir.

 

Butir 1: Pengaturan aperture yang menciptakan kedalaman – f/13

Untuk pemandangan semacam ini, sangatlah penting untuk menciptakan kedalaman di foto. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi aperture untuk meningkatkan depth of field (ketajaman ruang) sebanyak mungkin. Dengan melakukan itu, maka akan menyertakan bagian hilir dan hulu anak sungai dalam bingkai, dan membuat kehadiran anak sungai lebih kuat. Pada waktu yang sama, saya mengurangi aperture, memperlambat kecepatan rana, kemudian menetapkan aperture pada f/13 untuk menonjolkan lumut.

 

Butir 2: Kecepatan rana yang mengemukakan dinamisme – 4 det.

Saya memikirkan untuk menggambarkan pergerakan di tengah kebisuan; kecepatan rana akan menentukan penampilan arus air. Saat saya membidik foto dalam mode Aperture-priority AE, kecepatan rana disesuaikan ke 4 detik, tetapi saya mampu mengemukakan pergerakan air secara memadai.

 

Butir 3: Curahkan perhatian secara cermat pada penggambaran bagian yang terang – Highlight tone priority

Kabut dan arus air adalah detail yang terang dalam gambar, dan saya ingin memastikan bahwa tidak terjadi blowout. Untuk mereproduksi kabut dan yang putih murni, saya menggunakan fungsi Highlight tone priority (Prioritas nada terang) dalam kamera. Walaupun ini meninggikan kecepatan ISO hingga 200, namun gradasi pada warna terang masih tergambarkan secara mulus.

 

Saran: Kabut terbentuk di tempat yang suhunya berbeda

Anda sudah melihat, bagaimana Anda bisa memotret pemandangan berkabut dengan kesan misterius. Untuk memperkirakan di mana Anda bisa menemukan kabut, mari kita cermati, bagaimana kabut terbentuk:

Salah satu faktor utama adalah perbedaan antara suhu udara dan suhu air yang terjadi dalam jangka waktu pendek. Beginilah persisnya, mengapa hujan turun apabila sistem tekanan rendah melintasi anak sungai dan badan air lainnya di daerah yang secara relatif tinggi. Di Jepang, pada musim dingin, kabut atau halimun terbentuk, karena perbedaan suhu antara atmosfer yang dingin dan air yang relatif lebih hangat. Di musim panas, pergerakan air di danau dan anak sungai lebih dingin daripada udara sekitarnya, tetapi apabila hujan turun, udara ini menjadi dingin secara cepat, dan terbentuklah kabut. 

Saya mengambil foto ini pada pertengahan bulan Juli setelah sore hari, jadi kabut mungkin terbentuk, karena adanya perbedaan suhu antara air di anak sungai dan atmosfer.

 

Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!

 

EF24-70mm f/2.8L II USM

Klik di sini untuk rincian selengkapnya

 

Yoshio Shinkai

 

Lahir di Nagano tahun 1953, Shinkai mulai melakukan perjalanan menelusuri Jepang dengan kamera format-besar untuk memotret fotografi pemandangan pada tahun 1979. Saat ini, ia memotret untuk kisaran media yang luas, mulai dari poster dan kalender sampai brosur perjalanan dan majalah fotografi.

 

Digital Camera Magazine

 

Majalah bulanan yang berpendapat bahwa kegembiraan fotografi akan meningkat dengan semakin banyaknya seseorang belajar tentang berbagai fungsi kamera. Majalah ini menyampaikan berita mengenai kamera dan fitur terbaru serta secara teratur memperkenalkan berbagai teknik fotografi.
Diterbitkan oleh Impress Corporation

 

Berbagi foto Anda di My Canon Story & berpeluang ditampilkan pada platform media sosial kami