Kamera FAQ #10: Berapa shutter speed (kecepatan rana) yang optimal untuk memotret nightscape (bentangan malam)?
Pemilihan shutter speed sangat penting dalam upaya menangkap nightscape yang indah. Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan bagaimana cara menentukan shutter speed yang optimal, dengan menggunakan contoh berupa foto nightscape kota yang berkilauan, jejak cahaya kendaraan, dan silau pantulan pada permukaan air. (Foto dan teks oleh: Kazuo Nakahara)
BUTIR 1: Saat memotret nightscape kota, berikan perhatian lebih pada f-number alih-alih shutter speed
BUTIR 2: Gunakan long exposure untuk menangkap keindahan cahaya dari jejak cahaya dan pantulan
Meskipun performa kamera saat ini telah membaik bahkan Anda dapat menangkap nightscape dengan fotografi genggam, Anda mungkin ingin mempertimbangkan pendekatan yang lebih profesional dengan menggunakan tripod.
Dalam pemotretan nightscape, banyak sekali sumber cahaya titik dalam kegelapan, sehingga pemilihan shutter speed menjadi sangat penting. Meskipun demikian, ketika memotret nightscape kota pada umumnya, sebaiknya Anda menjadikan objek tak bergerak, seperti gedung, sebagai subjek foto. Dengan demikian, Anda dapat lebih fokus menemukan f-number yang tepat, bukannya sibuk menyesuaikan shutter speed untuk menghasilkan efek starburst di foto Anda. Tidak perlu mengatur shutter speed rendah secara berlebihan, karena hal itu juga akan menimbulkan buram. Atur kecepatan ISO yang menghasilkan kualitas gambar yang dapat diterima untuk ekspresi yang ingin Anda perlihatkan, dengan shutter speed sekitar 1 hingga 5 detik sebagai panduan.
Di sisi lain, saat mengambil lampu mobil sebagai jejak cahaya, shutter speed 10 sampai 20 detik seharusnya sudah cukup untuk hampir semua situasi dengan lalu lintas yang relatif ramai. Namun, untuk pemotretan saat lalu lintas sepi, misalnya saat tengah malam, Anda mungkin perlu menggunakan filter ND atau yang serupa dan mengatur waktu exposure 60 detik atau lebih.
Selanjutnya, jika ingin memperlihatkan efek halus untuk permukaan air yang bergerak, waktu shutter yang rendah dapat menimbulkan efek mottled (belang) pada permukaan air. Dalam kondisi demikian, Anda mungkin perlu mencoba waktu shutter lebih lama, sekitar 30 detik. Hal ini juga akan membuat Anda berhasil menonjolkan warna cahaya yang terpantul dari air.
PEMANDANGAN 1: Nightscape kota - 1 detik
EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 50mm/ Aperture Priority AE (f/8, 1 det., 1 det., EV-0.7)/ ISO 200/ WB: 4.500K
Karena saya menggunakan long exposure, ada kemungkinan muncul buram karena Komedi Putar yang terus bergerak. Itulah sebabnya saya memutuskan untuk memotret dengan menggunakan shutter speed serendah mungkin. Dengan lensa ini, saya dapat memaksimalkan resolusi, menyesuaikan kecepatan ISO untuk menyelesaikan pemotretan dengan shutter speed 1 detik, setelah mengatur aperture ke f/8 agar dapat menangkap efek starburst.
PEMANDANGAN 2: Jejak cahaya kendaraan - 15 detik
EOS 5D Mark III/ EF11-24mm f/4L USM/ FL: 14mm/ Aperture Priority AE (f/11, 15 det., EV ±0)/ ISO 100/ WB: 5.600K
Saya memperhatikan perubahan sinyal dan ingin menangkap mobil yang melaju dengan pengaturan waktu yang tepat. Saya memutuskan shutter speed terbaik adalah 15 detik. Saya menangkap jejak cahaya, gerakan membeku, dengan memasang filter ND dan mengatur aperture di f/11 untuk mencegah pemburaman yang mungkin ditimbulkan oleh difraksi pada aperture yang lebih kecil. Pada saat yang sama, saya atur kecepatan ISO ke angka 100 untuk mencapai kecerahan latar belakang yang sesuai.
PEMANDANGAN 3: Pantulan pada air - 60 detik
EOS 5D Mark III/ EF16-35mm f/2.8L II USM/ FL: 24mm/ Aperture Priority AE (f/22, 60 det., EV±0)/ ISO 50/ WB: 3.500K
Permukaan sungai sering bergelombang, sehingga sulit bagi Anda mendapatkan gambaran yang indah dari pantulan nightscape, jika menggunakan shutter speed standar. Akan tetapi, dengan menggunakan waktu pencahayaan 60 detik atau lebih lama dalam mode Bulb, gerakan air terlihat rata selama pencahayaan, memungkinkan saya untuk menciptakan gambaran permukaan air yang halus dan indah yang ditangkap dengan jelas.
Kazuo Nakahara
Lahir di Hokkaido pada tahun 1982, Nakahara berpaling ke fotografi setelah bekerja di perusahaan manufaktur bahan kimia. Ia mengambil jurusan fotografi di Vantan Design Institute dan ia juga berprofesi sebagai penceramah untuk lokakarya serta seminar fotografi, selain bekerja dalam bidang fotografi komersial. Ia juga merupakan perwakilan dari situs web informasi fotografi, studio9.
Digital Camera Magazine
Majalah bulanan yang berpendapat bahwa kegembiraan fotografi akan meningkat dengan semakin banyaknya seseorang belajar tentang berbagai fungsi kamera. Majalah ini menyampaikan berita mengenai kamera dan fitur terbaru serta secara teratur memperkenalkan berbagai teknik fotografi.
Diterbitkan oleh Impress Corporation