[Ulasan Langsung] EOS R6 dalam Fotografi Konser Seni Tari
Bagaimana performa EOS R6 ketika melakukan pemotretan dalam kondisi cahaya remang-remang? Kami meminta kepada Bernie Ng, seorang fotografer seni tari untuk membawa kamera ini ke pertunjukan tari, dan ia berbagi pengalamannya di sini. (Foto oleh Bernie Ng, sesuai ungkapannya kepada tim SNAPSHOT).
Semua gambar dalam artikel ini berasal dari pertunjukan From Here On oleh Singapore Dance Theatre (Versi Inggris) yang berkolaborasi dengan Esplanade - Theatres on the Bay, dan didukung oleh National Arts Council.
Semua gambar dibidik pada EOS R6 dan RF70-200mm f/2.8 IS USM, kecuali disebutkan lain.
Pemotretan dalam teater harus memiliki kemampuan membidik dalam cahaya redup
Sebagai fotografer pertunjukan seni tari, saya selalu berupaya menangkap momen yang ekspresif dalam seni tari dan mengabadikannya dalam gambar yang tak lekang ditelan masa. Memotret di dalam teater dengan cahaya panggung yang redup, karena hanya itulah satu-satunya penerangan yang lazim didapatkan, dan dalam kondisi semacam itu, sungguh penting untuk memiliki perlengkapan yang mampu bekerja prima dalam kondisi cahaya redup.
Selama bertahun-tahun, saya mengandalkan kamera DSLR EOS 5D series dan lensa EF milik saya yang telah digunakan dalam sekian banyak pertunjukan dan pemotretan. Oleh karena itu, dengan rasa penasaran dan kegembiraan, mungkin bercampur dengan sedikit kekhawatiran, saya mengambil kesempatan untuk menguji kamera mirrorless EOS R6 baru dari Canon bersama dengan lensa RF70-200mm f/2.8L IS USM dalam pertunjukan From Here On, suatu karya dari sanggar seni tari, Singapore Dance Theatre, sebagai salah satu pertunjukan skala kecil Esplanade Theatre yang disaksikan langsung oleh penonton.
Kesan pertama: Ukuran, berat dan penanganan
Setelah EOS 5D Mark IV, terdapat EOS R6 yang jauh lebih kecil dan ringan, dengan pegangan yang mantap dan terasa nyaman di tangan. Saya sendiri memiliki perawakan yang kecil dan biasanya lebih suka menggunakan EOS 5D Mark IV dan EF70-200mm f/2.8L IS III USM dengan monopod; EOS R6 dan RF70-200mm f/2.8L IS USM jelas lebih mudah dipegang dan dimanuver.
Sangat responsif
Sebelum mencoba EOS R6, dan mengingat pengalaman terdahulu dengan sistem kamera mirrorless yang lain, kekhawatiran saya paling utama adalah daya tanggap kamera. Penanganan secara cepat pada pertunjukan panggung, sangat penting. Ternyata, kekhawatiran saya tidak terbukti, karena memotret dengan EOS R6 berjalan lancar dan sungguh merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan.
Satoru Agetsuma, “Don Quixote Act III pas de deux”
Flexible-priority AE mode, f/2.8/ 1/250 det./ ISO 2500
Saya selalu berpendapat, bahwa jangan mengandalkan pemotretan beruntun, tetapi sebaiknya belajar untuk menentukan waktu pembidikan yang sempurna—bahkan untuk bidikan lompatan seperti foto di atas. Daya tanggap EOS R6 sempurna untuk gaya pemotretan saya!
Pengoperasian Satu Tangan yang mudah
Selain dari tombol ON/OFF, Menu dan Rate, saya menyukai tata letak tombol lainnya. Hampir semua tombol kontrol utama, termasuk dial-nya berada di sebelah kanan, sehingga mudah untuk mengoperasikan dengan satu tangan.
EOS 5D Mark IV
EOS R6
Dibandingkan dengan EOS 5D Mark IV, tata letak tombol dan dial pada EOS R6 dioptimalkan lebih baik untuk pengoperasian dengan satu tangan.
Mode 1.6x crop yang praktis
Saya membidik dari belakang teater, dari tempat saya biasanya menggunakan lensa 300mm. Mode 1.6x crop sangat berguna untuk mengambil foto close-up yang setara dengan panjang fokus 320mm pada RF70-200mm f/2.8L IS USM.
AF: Kamera yang sangat cerdas. Memang tidak 100% sempurna, namun performanya sungguh mengesankan
Chihiro Uchida dan Kenya Nakamura, “Configurations” (Koreografer: Choo San Goh)
Flexible-priority AE mode, f/2.8/ 1/250 det./ ISO 640
Bagi saya, yang sangat menonjol pada EOS R6 adalah kemampuan sistem Dual Pixel CMOS AF II baru yang dimilikinya. Bahkan dalam penerangan yang redup, EOS R6 tidak sulit menentukan fokus dan melacak para penari.
AF Pendeteksian Wajah dan Mata: Menjaga fokus pada ekspresi wajah
Akira Nakahama dan Etienne Ferrère, “Nutcracker Act II pas de deux”
Flexible-priority AE mode, f/2.8/ 1/250 det./ ISO 2000
Pada sistem lainnya, fokus lebih mudah “berpaling” dari wajah sang penari oleh gerakannya, seperti ayunan lengan atau hentakan, tetapi AF Pendeteksian Wajah dan AF Pendeteksian Mata pada EOS R6 sungguh berguna untuk mempertahankan fokus di tempat yang semestinya.
Dua bidikan berikut ini dibidik dalam mode 1.6x crop, yang diambil selang satu detik.
AF menemukan wajah sang penari meskipun dari samping, dan saat sang penari menghadap ke depan, selang satu detik kemudian, fokus secara cepat mendeteksi matanya.
Saya biasanya tidak membidik gerakan pirouettes (istilah dalam seni balet yang berarti gerakan berputar dengan satu kaki), tetapi rentetan burst yang sangat cepat untuk menguji kamera. Gambar GIF di atas dibuat dari 15 gambar, dan bingkai merah mengindikasikan bingkai AF dalam fokus seperti yang ditampilkan dalam aplikasi Digital Photo Professional Canon. AF tetap terkunci pada sang penari balet saat ia berputar, dan pendeteksian beralih secara cepat dari wajah ke mata, ke kepala, kemudian kembali lagi ke pendeteksian wajah.
Kwok Min Yi dan Satoru Agetsuma , “Don Quixote Act III pas de deux”
Flexible-priority AE mode, f/2.8/ 1/250 det./ ISO 800
Pada pengaturan default, pelacakan subjek sangat jitu sepanjang waktu. Meskipun memang ada sedikit jeda untuk gerakan yang lebih cepat, misalnya saat akan melakukan lompatan besar, namun dengan menyetel pengaturan sensitivitas pelacakan subjek, hal ini bisa meningkatkan keberhasilan lebih lanjut.
Kecepatan ISO Tinggi: Menangkap detail halus, bahkan pada ISO 16.000
Fotografer seni pertunjukan, mungkin memiliki ambang batas yang lebih tinggi untuk noise kecepatan ISO tinggi dibandingkan fotografer lainnya, karena lebih mendahulukan pengambilan bidikan pada momen yang sangat penting. Karena itu, sebaiknya selalu berupaya untuk menghasilkan gambar yang lebih jernih dan lebih detail pada kecepatan ISO tinggi. EOS R6 dilengkapi dengan sensor gambar yang disesuaikan dari sensor yang terdapat pada DSLR unggulan Canon, EOS-1D X Mark III, yang menjanjikan kemampuan ISO tinggi yang sama-sama istimewa.
Ternyata, tidak mengecewakan saya. Gambar tanpa suntingan berikut ini dibidik selang satu detik dengan pengaturan pencahayaan yang sama pada ISO 16.000:
EOS R6 + RF70-200mm f/2.8L IS USM
f/7,1/ 1/250 det./ ISO 16000
EOS 5D Mark IV + EF70-200mm f/2.8L IS III USM
f/7,1/ 1/250 det./ ISO 16000
Butiran noise lebih halus dan lebih samar dalam gambar EOS R6.
Perbaikan kualitas gambar menjadi lebih nyata apabila kita mengkrop payet pada baju penari balet.
EOS R6 @ ISO 16000
100% krop dari file RAW
EOS 5D Mark IV @ ISO 16000
100% krop dari file RAW, ukuran diubah agar sesuai dengan gambar dari EOS R6
Bahkan, pada kecepatan ISO tinggi yang sama, EOS R6 menyelesaikan detailnya dengan lebih baik.
Chihiro Uchida dan Kenya Nakamura, “Swan Lake Act II pas de deux”
Flexible-priority AE mode, f/3.5/ 1/250 det./ ISO 4000
Pemikiran secara keseluruhan: “Ini membuat segalanya mudah. Antara benci dan cinta!”
Memotret dengan EOS R6 memang merupakan pengalaman yang menyenangkan: begitu mudah, yang membuat saya merasa benci tapi cinta.
Saya benci bahwa sebagian keterampilan teknis yang saya kuasai dengan susah payah, ternyata bisa dilakukan hanya dengan mengeklik sebuah tombol. Menghasilkan bidikan yang pencahayaannya sesuai dan terfokus—hal paling minimal untuk gambar yang bagus secara teknis—sekarang begitu mudah, bahkan bagi para pemula yang baru belajar fotografi seni pertunjukan.
Fotografi ini lebih daripada sekadar menciptakan gambar bagus secara teknis, dan saya sangat mencintai kamera untuk alasan yang sama. Performa AF sungguh istimewa, sehingga saya dapat lebih mencurahkan perhatian pada pembingkaian dan mengabadikan momen tertentu. Dan ternyata, beberapa minggu kemudian setelah saya mengembalikan kamera ini, saya berharap untuk bisa memilikinya saat saya melakukan pemotretan pertunjukan panggung tempo cepat dan dinamis.
Pasti akan menarik untuk mengetahui sebaik apa performa kamera ini di tempat yang lebih gelap, dengan latar yang lebih rumit, dan lebih banyak orang di atas panggung, atau penerangannya kurang merata. Namun, pertunjukan ini membuat saya terkesan. EOS R6 memang merupakan kamera upgrade yang sangat menggoda.
Gambar lainnya dari EOS R6
Chihiro Uchida dan Kenya Nakamura, “Configurations” (Koreografer: Choo-San Goh)
Flexible-priority AE mode, f/2.8/ 1/250 det./ ISO 5000
Kwok Min Yi, “Don Quixote Act III pas de deux”
Flexible-priority AE mode, f/2.8/ 1/250 det./ ISO 1250
Akira Nakahama dan Etienne Ferrère, “Nutcracker Act II pas de deux”
Flexible-priority AE mode, f/2.8/ 1/250 det./ ISO 2500
Pelajari selengkapnya mengenai EOS R6 di:
EOS R6: Didesain Untuk Visioner
Memutuskan antara EOS R5 dan EOS R6? Bacalah:
EOS R5 vs EOS R6: 5 Perbedaan Penting yang Perlu Dicatat
Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi.
Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.
Daftar Sekarang!Mengenai Penulis
Bernie Ng adalah fotografer utama untuk sekian banyak sanggar tari dan seni pertunjukan besar di Singapura, seperti Singapore Dance Theatre dan T.H.E Dance Company, juga berkolaborasi secara rutin dan memotret kelompok seni dari berbagai disiplin yang berbeda-beda. Dia juga memotret untuk Esplanade - Theatres on the Bay apabila ada sejumlah artis/seniman dan sanggar tari internasional yang berkunjung ke Singapura. Karyanya telah dipublikasikan di berbagai majalah tari skala internasional, seperti Dance Europe. Melalui fotografi tarinya, Bernie berharap dapat menciptakan gambar untuk, dan dengan para penari yang akan menghadirkan kebahagiaan dan kenangan manis mereka.
Situs web: www.MsBernPhotography.com
Instagram: @msbern