Temukan yang Anda cari

atau cari melalui

topik

Article
Article

Article

e-Book
e-Book

e-Book

Video
Video

Video

Campaigns
Campaigns

Campaigns

Architecture
Kamera Saku

Kamera Saku

Architecture
DSLRs

DSLRs

Architecture
Videografi

Videografi

Architecture
Astrofotografi

Astrofotografi

Architecture
Tanpa Cermin

Tanpa Cermin

Architecture
Fotografi arsitektur

Fotografi arsitektur

Architecture
Teknologi Canon

Teknologi Canon

Architecture
Fotografi cahaya minimal

Fotografi cahaya minimal

Architecture
Wawancara fotografer

Wawancara fotografer

Architecture
Fotografi lanskap

Fotografi lanskap

Architecture
Fotografi makro

Fotografi makro

Architecture
Fotografi olahraga

Fotografi olahraga

Architecture
Fotografi Wisata

Fotografi Wisata

Architecture
Fotografi bawah air

Fotografi bawah air

Architecture
Konsep & Aplikasi Fotografi

Konsep & Aplikasi Fotografi

Architecture
Fotografi Jalanan

Fotografi Jalanan

Architecture
Kamera Mirrorless Full-frame

Kamera Mirrorless Full-frame

Architecture
Lensa & Aksesori

Lensa & Aksesori

Architecture
Nature & Wildlife Photography

Nature & Wildlife Photography

Architecture
Fotografi Potret Wajah

Fotografi Potret Wajah

Architecture
Fotografi Malam

Fotografi Malam

Architecture
Fotografi Hewan Piaraan

Fotografi Hewan Piaraan

Architecture
Solusi Pencetakan

Solusi Pencetakan

Architecture
Ulasan produk

Ulasan produk

Architecture
Fotografi Pernikahan

Fotografi Pernikahan

Saran & Tutorial >> Semua Saran & Tutorial

Kiat Menyikapi Pengantin Pria yang Canggung Menghadapi Kamera dan Saran Fotografi Pernikahan:Lainnya

2019-02-07
1
2.05 k
Dalam artikel ini:
Fotografer Pernikahan memikul tugas pekerjaan yang sangat bermakna: Untuk mengabadikan salah satu peristiwa terpenting dalam kehidupan pasangan pengantin. Seorang warga Jepang yang menjadi Fotografer Pernikahan populer, telah menarik perhatian di negara asalnya karena bidikan foto pasangan pengantin yang serba menarik. Dalam artikel ini, ia berbagi sebagian saran tentang cara menyikapi sejumlah skenario umum tertentu dan tetap menghasilkan foto yang serba indah. (Pewawancara: Junko Akaike)

 

Pasangan pengantin di depan pegunungan dengan rangkaian huruf “Just Married”

EOS-1D X/ EF70-200mm f/2.8L IS II USM/ FL: 102mm/ Aperture-priority AE (f/2.8, 1/640 det., EV±0)/ ISO 100/ WB: 4650K

 

Sebelum hari pernikahan

Bertemu pasangan pengantin

Pekerjaan Anzawa diawali dengan pertemuan sebelum pemotretan, dan dalam pertemuan tersebut, pasangan pengantin mengemukakan berbagai pemikiran dan gagasan mereka dengan Anzawa. “Setiap pasangan pengantin pasti memiliki kisah di balik hubungan mereka, serta dinamika keluarga yang tidak saya ketahui. Bertemu dengan pasangan pengantin sebelum pemotretan, membantu saya memahami, apa yang penting bagi mereka, membayangkan cara pemotretan sedemikian rupa, yang menceritakan kisah mereka, dan yang terutama, menciptakan kisah pernikahan yang khas milik pasangan yang bersangkutan.”

Bidikan wawancara Takenao Anzawa

Takenao Anzawa tidak hanya menciptakan konsep pemotretan pernikahan untuk masing-masing pasangan, tetapi juga merealisasikannya dalam bentuk rangkaian foto berkualitas tinggi.

 

Jangan meremehkan pemotretan pertunangan

Kisah pernikahan, tentu saja diawali dengan pemotretan acara pertunangan (juga dikenal sebagai pemotretan pra-pernikahan). Bagi Anzawa, foto pertunangan merekam kehidupan sehari-hari pasangan yang bersangkutan menjelang hari pernikahannya, dan menangkap kesan hubungan yang khas bagi pasangan tersebut. Sejalan dengan hal itu, pemotretan acara pertunangan yang dilakukannya, biasanya bergaya kasual, menampilkan pasangan sedang kencan atau santai di rumah. Karena pemotretannya bersifat kasual dan dimaksudkan untuk mencerminkan pasangan sebagaimana adanya, ini merupakan kesempatan yang baik untuk meningkatkan kesan kegalauan atau keengganan untuk dipotret yang mungkin dialami pasangan tersebut menjelang pernikahan.

Pemotretan acara pertunangan juga merupakan semacam pemanasan dan persiapan untuk pemotretan pada hari pernikahannya. Anzawa memberi tahu, “Saya mendapatkan kesan tertentu mengenai pasangan yang bersangkutan, dan ini memengaruhi gaya serta konten bidikan yang saya ambil pada hari pernikahan yang sesungguhnya”.

Pasangan berciuman di jalan

EOS 5D Mark II/ EF70-200mm f/2.8L USM/ FL: 170mm/ Manual exposure (f/3.5, 1/100 det., EV±0)/ ISO 200/ WB: Auto (Otomatis)

Anzawa cenderung membuat foto acara pertunangan di lokasi yang memiliki kenangan indah bagi pasangan yang bersangkutan. Ini juga merupakan cara yang bagus untuk menjalin hubungan dengan pasangan pengantin.

 

Mempersiapkan perlengkapan Anda

Anzawa menggunakan dua bodi kamera, masing-masing dipasangi lensa yang berbeda. Hal ini membantu Anzawa untuk tidak melakukan penggantian lensa atau mengeluarkan kartu memori, yang bisa menyebabkan hilangnya peluang untuk mengambil bidikan yang bagus. Speedlite 600EX II-RT adalah bagian yang tidak tergantikan dalam perlengkapannya.

Kamera utamanya yaitu EOS-1D X. Anzawa biasanya menggunakan kamera ini dengan lensa EF70-200mm f/2.8L IS II USM untuk menangkap ekspresi wajah orang yang dibidiknya, khususnya pasangan pengantin yang bersangkutan. Kamera lain miliknya, EOS 5D Mark III, biasanya dipasangi lensa EF24-105mm f/4L IS II USM. Anzawa menggunakan kamera ini untuk mengabadikan upacara pernikahan itu sendiri dan suasana tempatnya secara utuh.

Selain itu, ada dua lensa lainnya yang dipersiapkan:
- EF50mm f/1.2L USM: Kalau Anzawa memerlukan efek bokeh
- TS-E90mm f/2.8: Kalau ia ingin memburamkan keliman gaun pengantin untuk menciptakan efek nan membuai sewaktu pemotretan gaya fesyen.

Speedlite 600EX II-RT untuk memotret berbagai benda kecil, seperti cincin, atau jika Anzawa harus menyiasati penerangan dan membentuk bayangan untuk menonjolkan pernak-pernik gaun pengantin. Ia memasang lampu kilat pada tripod miniatur, dan menggunakan remote control nirkabel untuk mengoperasikan lampu kilat di luar kamera.

 

Tas kamera milik Anzawa

Anzawa membatasi jumlah perlengkapannya supaya segala sesuatunya masuk ke dalam satu ransel miliknya. Gambar yang menunjukkan perlengkapan milik Anzawa, EOS-1D X, EOS 5D Mark III (dengan BG-E11 battery grip), dua lensa zoom (EF70-200mm f/2.8L IS II USM dan EF24-105mm f/4L IS II USM), lensa prima (EF50mm f/1.2L USM) dan lensa tilt-shift (TS-E90mm f/2.8). Ia juga membawa Speedlite 600EX II-RT.

 

Bidikan yang sesungguhnya: Saran dan teknik untuk langsung dicoba

1. Buat sang pengantin pria merasa nyaman

Kalau Anda menghadapi pengantin pria yang canggung di hadapan kamera, Anzawa menyarankan agar Anda memotretnya sedemikian rupa sehingga tidak memperlihatkan wajahnya, misalnya mengambil bidikan dari belakang, atau bahkan hanya lengannya. Anzawa memberikan opsi kepada sang pengantin pria untuk tidak disertakan dalam foto—sang pengantin pria akan lebih merasa nyaman kalau dia tahu bahwa dia punya pilihan.

Setelah pengantin pria merasa lebih rileks, Anda mungkin dapat menyertakan bagian wajahnya dalam bidikan. Kadang kala, hanya ini yang perlu Anda tangkap, ekspresi wajar sang pengantin pria. Anzawa memberi tahu bahwa sebagian pengantin pria mengatakan kepadanya, bahwa mereka begitu terharu oleh gambar yang dihasilkan, sampai-sampai mereka merinding!

Bidikan hitam-putih dari pasangan di antara kerumunan manusia

EOS 5D Mark II/ EF70-200mm f/2.8L USM/ FL: 70mm/ Shutter-priority AE (f/2.8, 1/50 det., EV±0)/ ISO 3200/ WB: Auto (Otomatis)

Apabila pengantin pria tidak ingin difoto, jangan memaksa. Alih-alih, bidik dengan fokus pada pengantin wanita. Anzawa mengamati, bahwa banyak pengantin pria yang pada akhirnya bersikap lebih luwes dan membolehkan Anda memotret mereka.

Saran lainnya mengenai cara memotret subjek yang canggung di hadapan kamera di sini dan di sini

 

2. Pilih lokasi yang memiliki makna untuk pemotretan acara pertunangan

Memang menggoda untuk pergi ke lokasi yang secara visual sungguh menawan, tetapi bagi Anzawa, bidikan yang dilakukan di sejumlah tempat yang memiliki makna khusus bagi pasangan, akan lebih berdampak. Karena itulah, Anzawa biasanya hanya mengusulkan lokasi setelah bertemu dengan pasangan yang bersangkutan untuk pertama kali. 

Contohnya, bagi pasangan yang menjalin hubungan mereka secara jarak jauh, ia akan mengusulkan bandara yang merupakan tempat pertemuan yang membahagiakan. Lokasi bisa juga berupa tempat yang bersifat simbolis: Jika pasangan senang memandang bentangan malam bersama-sama, Anzawa akan mengusulkan pemotretan di malam hari dengan area industri sebagai latar belakang, yang membuat latar indah nan mencengangkan. 

 

3. Gunakan variasi panjang fokus untuk memotret upacara pernikahan

Ketika upacara dimulai, antisipasi suasana saat pasangan pengantin masuk sampai mereka meninggalkan tempat, dan beralih di antara dua kamera seperlunya. Gunakan telefoto Anda dan kisaran sudut lebar secara disengaja—Anda bisa mendapatkan foto orang-orang secara close-up sinematis serta bidikan yang menampilkan tayangan seluruh pemandangan secara menyeluruh. Tujuan utamanya yaitu, memiliki variasi perspektif yang bagus.

Contohnya, untuk upacara pernikahan yang ditampilkan di bawah, Anzawa mengawali dengan menggunakan sudut lebar untuk menyertakan para tamu dalam bingkai saat ia mengabadikan pengantin pria yang sedang berjalan agak malu-malu. Ia kemudian beralih ke telefoto untuk menangkap bidikan profil secara close-up wajah pengantin pria yang tampak gugup namun bersemangat. Setelah itu, ia kembali ke sudut lebar untuk mendapatkan bidikan yang Anda lihat di bawah, yang menampilkan sosok ayah pengantin wanita yang mempercayakan putrinya kepada pengantin pria, disaksikan para tamu.

Sang ayah menyerahkan pengantin wanita kepada pengantin pria.

EOS 5D Mark III/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 24mm/ Manual exposure (f/11, 1/100 det., EV+0.67)/ ISO 200/ WB: 4600K

Anda ingin beralih kamera secara cepat agar tidak meluputkan momen yang berlangsung sekilas. Anzawa melakukan ini dengan mengalungkan satu kamera di lehernya, dan menyandang kamera lainnya pada bahunya.

Fotografer pernikahan yang memenangkan penghargaan, Roberto Valenzuela, meningkatkannya lebih jauh dan menyarankan, “Berpikirlah seperti seorang sinematografer”. Ketahui Selengkapnya di:
3 Saran agar Kisah Pernikahan Anda Lebih Agung (dengan Bantuan EOS R)

 

4. Untuk menghasilkan penerangan yang terlihat alami di waktu malam, pertimbangkan cahaya sekitar

Apabila Anda memotret di lokasi yang berpanorama indah pada waktu malam, kemungkinan besar Anda harus menggunakan lampu kilat. Tetapi, jika tidak dilakukan dengan benar, bidikan Anda akan tampak tidak wajar.

Satu cara untuk menghindarinya adalah menggunakan kecepatan rana yang lebih lambat dan mempertimbangkan cahaya sekitar. “Akan ada kecepatan rana bilamana penerangan lampu kilat dan penerangan sekitar berpadu sempurna,” kata Anzawa. Kecepatan rana itu bergantung pada kondisi pemotretan, tetapi jika Anda menemukannya, Anda akan mendapatkan bidikan yang tersinari baik dan terlihat wajar. Dan, jika Anda memegang kamera dengan benar, Anda tidak akan mengalami goyangan kamera, bahkan pada kecepatan rana sekitar 1/80 detik.

Baca saran lainnya mengenai penerangan dari Anzawa dalam artikel berikut ini:
2 Teknik One-Light Sederhana untuk Potret Pernikahan di Siang/Malam Hari yang Mengagumkan
Fotografi Pernikahan di Dalam Ruangan dengan Cahaya yang Tersedia: 3 Teknik Sederhana

Anda mungkin juga tertarik untuk membaca:
Membidik Potret Wajah Malam nan Indah Tanpa Tripod, Tanpa Lampu Kilat

Pengantin pria menggendong pengantin wanita di antara taburan cahaya

EOS-1D X/ EF70-200mm f/2.8L USM/ FL:100mm/ Aperture-priority AE (f/2.8, 1/60 det., EV±0)/ ISO 1600/ WB: 5025K

Dengan menggunakan lampu kilat clip-on dan mengendalikan kecepatan rana, Anda dapat menangkap suasana yang memanfaatkan cahaya sekitar.

Yang paling disukai Anzawa mengenai fotografi pernikahan yaitu, perasaan sukacita saat menyiasati bidikan yang melampaui harapan kliennya. Anzawa berharap bahwa semua saran ini akan membantu para fotografer pernikahan yang bercita-cita tinggi, semakin menyenangi fotografi pernikahan, dan mengambil foto yang serba-indah yang akan menjadi kenangan berharga bagi para pasangan.

 

Untuk saran, dan wawasan teknik lainnya dari para fotografer pernikahan, bacalah artikel berikut ini:
Roberto Valenzuela: Apa yang Wajib Dimiliki untuk menjadi Pendongeng Ulung Pernikahan
Menghentikan Waktu, Menangkap Cinta Bersama Ivan Natadjaja
Fotografi Pernikahan di Balik Lensa Nguyen Long
Pemotretan Pernikahan: Wawancara bersama Raymond Phang
Fotografi Pernikahan yang Inkonvensional
Fotografi Pernikahan: Kiat & Pengetahuan Profesi

 


Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!

Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.

Daftar Sekarang!

Mengenai Penulis

Takenao Anzawa

Lahir pada tahun 1975, Anzawa tumbuh dewasa sambil mengamati ayahnya yang adalah seorang fotografer, bekerja di studio foto milik keluarganya. Cita-citanya adalah mengikuti jejak sang ayah. Dia memutuskan untuk keluar dari perguruan tinggi dan masuk ke Nippon Photography Institute. Setelah lulus, dia bergabung dengan Hakuhodo Creative, Inc. (Sekarang dikenal sebagai Hakuhodo Products, Inc.) selama beberapa tahun. Berharap untuk melanjutkan keahlian dalam bidang fotografi pernikahan, dia berangkat ke Amerika Serikat pada tahun 2006 dan menjadi mahasiswa seniman visual Shinichi Maruyama. Setelah kembali ke tanah air, dia mendirikan An’z Photography (“Anz Photo” sejak 2009). Pada tahun 2012, dia ikut ambil bagian dalam mendirikan Japan Wedding Photographers’ Association, dan saat ini dia menjabat sebagai President. Saat dia tidak sedang memotret acara pernikahan, Anzawa adalah dosen tetap di Nippon Photography Institute.

http://www.topweddingphotographer.tokyo/

Berbagi foto Anda di My Canon Story & berpeluang ditampilkan pada platform media sosial kami