Temukan yang Anda cari

atau cari melalui

topik

Article
Article

Article

e-Book
e-Book

e-Book

Video
Video

Video

Campaigns
Campaigns

Campaigns

Architecture
Kamera Saku

Kamera Saku

Architecture
DSLRs

DSLRs

Architecture
Videografi

Videografi

Architecture
Astrofotografi

Astrofotografi

Architecture
Tanpa Cermin

Tanpa Cermin

Architecture
Fotografi arsitektur

Fotografi arsitektur

Architecture
Teknologi Canon

Teknologi Canon

Architecture
Fotografi cahaya minimal

Fotografi cahaya minimal

Architecture
Wawancara fotografer

Wawancara fotografer

Architecture
Fotografi lanskap

Fotografi lanskap

Architecture
Fotografi makro

Fotografi makro

Architecture
Fotografi olahraga

Fotografi olahraga

Architecture
Fotografi Wisata

Fotografi Wisata

Architecture
Fotografi bawah air

Fotografi bawah air

Architecture
Konsep & Aplikasi Fotografi

Konsep & Aplikasi Fotografi

Architecture
Fotografi Jalanan

Fotografi Jalanan

Architecture
Kamera Mirrorless Full-frame

Kamera Mirrorless Full-frame

Architecture
Lensa & Aksesori

Lensa & Aksesori

Architecture
Nature & Wildlife Photography

Nature & Wildlife Photography

Architecture
Fotografi Potret Wajah

Fotografi Potret Wajah

Architecture
Fotografi Malam

Fotografi Malam

Architecture
Fotografi Hewan Piaraan

Fotografi Hewan Piaraan

Architecture
Solusi Pencetakan

Solusi Pencetakan

Architecture
Ulasan produk

Ulasan produk

Architecture
Fotografi Pernikahan

Fotografi Pernikahan

Saran & Tutorial >> Semua Saran & Tutorial

Fotografi Lanskap: Teknik Memotret Badai yang Menjelang

2019-12-16
3
2.45 k
Dalam artikel ini:

Pengaturan apa yang harus kita gunakan untuk menangkap awan gelap menjelang hujan badai yang mendekat tanpa kehilangan detailnya? Dalam artikel ini, mari kita belajar cara seorang fotografer profesional memperoleh bidikan badai yang mendekati kota. (Dilaporkan oleh: Rika Takemoto)

Panorama badai yang di atas kota

EOS 5D Mark II/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 70mm/ Aperture-priority AE (f/8, 1/80 det., EV+0.7)/ ISO 200/ WB: Daylight
Untuk foto ini, saya hendak menarik perhatian ke pergeseran dan perubahan dinamis pada awan dan kolom hujan. Untuk menunjukkan cara melokalisir badai, saya membidiknya pada orientasi horizontal dan menangkap keadaan di sekelilingnya. Saya juga mencurahkan perhatian ke pencahayaan untuk memastikan bahwa detail awannya tidak hilang.

 

Latar belakang kisahnya: Hujan badai terlokalisir, disebabkan oleh apa yang disebut urban heat island effect (yaitu efek di perkotaan atau wilayah metropolitan yang secara signifikan lebih hangat daripada daerah pedesaan sekitarnya karena aktivitas manusia)

Tidak ada hujan badai yang persis sama. Anda mungkin mengira bahwa ini adalah hujan badai biasa yang berlalu seandainya Anda mengalaminya, tetapi sesungguhnya kejadian ini langka, hujan badai terlokalisir disebabkan oleh urban heat island effect . Efek ini terjadi di perkotaan apabila aktivitas manusia dan energi yang digunakan, misalnya panas buangan dari unit pengatur suhu di luar ruangan dan kendaraan, serta panas dari aspal, naik dan membentuk awan kumulonimbus yang menghasilkan pola curah hujan yang tidak biasa seperti hujan lebat terlokalisir. Karena fenomena ini unik hanya di daerah kota, agak sulit untuk membidik awan semacam itu, kecuali jika Anda berada pada posisi yang dapat melihat pemandangan dari tempat tinggi, seperti anjungan pengamatan.

 

Bagaimana saya menghasilkan bidikan ini

Lokasi bidikan ini diambil:
Anjungan pengamatan tempat saya dapat memperoleh pemandangan kota dari udara.

Kondisi cuaca:
Berawan, tetapi cuacanya bagus. Ada banyak awan di sekitarnya, namun tampak langit biru pada latar belakang di kejauhan.

Yang ingin saya perlihatkan:
Kondisi badai yang dinamis. Ini dapat dicapai dengan menunjukkan bahwa hujan turun di daerah yang terlokalisir sedemikian rupa sehingga mengapit badai tadi dengan wilayah yang tenang di sekelilingnya.

Komposisi:
Saya memutuskan untuk menggunakan orientasi horizontal untuk menunjukkan wilayah yang tidak terpengaruh oleh badai.
Menggunakan aturan komposisi aturan segitiga, saya menempatkan kota di sepertiga bagian bawah layar, dan langit yang besar dan luas di dua per tiga layar paling atas.
Untuk menekankan intensitas hujan lebat dan kehadiran awan kumulonimbus, saya menempatkan awan kumulonimbus yang membawa hujan, berikut dengan kolom hujan, di bagian tengah foto dengan menggunakan teknik komposisi tengah, dan menyesuaikan fokusnya.

Perlengkapan ekstra: Filter PL
Karena cahaya dari dalam anjungan pengamatan akan dipantulkan oleh kaca, saya mendekati kaca jendela dan menggunakan filter polarisasi (juga dikenal sebagai filter PL) untuk menyingkirkan silau, dan agar lebih jelas menangkap hijaunya kota dan birunya langit.

Diagram pemotretan

 

Saran 1: Gunakan pengaturan aperture yang menghasilkan depth-of-field yang dalam dan kecepatan rana yang sangat cepat – f/8

Untuk pemandangan ini, saya memerlukan f-number dengan deep depth-of-field (ketajaman ruang yang dalam), karena saya ingin sebanyak mungkin menegaskan detail dan kesan tiga dimensi awannya. Dan, karena saya tidak bisa menggunakan tripod di anjungan pengamatan, f-number yang saya gunakan juga harus memungkinkan saya membidik dengan tangan pada kecepatan rana yang sangat cepat tanpa goyangan kamera sedikit pun. f/8 menjadi penyeimbang kedua persyaratan ini.

 

Saran 2: Titik fokus yang menjadikan subjek utamanya menonjol – Awan

Saya fokuskan pada subjek utama – awan kumulonimbus yang membawa serta hujan yang lebat. Mencapai autofocus (fokus otomatis) pada subjek semacam ini semakin menantang karena perbedaan kontras gelap-terang yang rendah. Karena itulah, saya fokuskan pada batas awan kelabu.

Saran bonus: Pastikan bahwa bagian pinggir awan ada dalam fokus. Hal ini akan lebih memudahkan untuk mendapatkan bidikan yang bagus meskipun bentuk awan dan kondisi penerangan senantiasa berubah.

 

Saran 3: Hindari cahaya berlebih dengan menggunakan kompensasi pencahayaan – EV+0.7

Warna awan yang putih bersih bisa menipu kamera, sehingga menghasilkan bidikan yang kekurangan cahaya. Ketika saya menggunakan pencahayaan yang sesuai yang ditentukan oleh kamera, gambar yang dihasilkan tetap saja sedikit lebih gelap dan agak menyeramkan. Dengan menggunakan exposure compensation (kompensasi pencahayaan) positif, ini akan membuat gambar lebih cerah.

Waspada: Kalau membuat gambar yang terlalu cerah, Anda akan kehilangan tekstur dan penampilan awan tebal tiga dimensi. Untuk bidikan ini, saya menetapkannya ke EV+0,7.

 

Untuk saran memotret badai di luar ruangan, bacalah artikel:
Fotografi Lanskap: Memotret Badai

 


Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi.

Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.

Daftar Sekarang!

Mengenai Penulis

Digital Camera Magazine

Majalah bulanan yang berpendapat bahwa kegembiraan fotografi akan meningkat dengan semakin banyaknya seseorang belajar tentang berbagai fungsi kamera. Majalah ini menyampaikan berita mengenai kamera dan fitur terbaru serta secara teratur memperkenalkan berbagai teknik fotografi.
Diterbitkan oleh Impress Corporation

Rika Takemoto

Sebagai seorang fotografer lanskap, Takemoto mengawali fotografi sebagai hobi sejak tahun 2004. Pada tahun 2007, ia terlibat dalam mengelola situs web berbagi foto. Ia belajar di bawah asuhan seorang fotografer lanskap alam, Yoshiteru Takahashi, dan kemudian menjadi seorang fotografer freelancer. Semenjak itu, ia telah memotret sekian banyak lanskap di seluruh Jepang (sesekali di luar negeri), mencakup beragam luas tema.

Berbagi foto Anda di My Canon Story & berpeluang ditampilkan pada platform media sosial kami