Temukan yang Anda cari

atau cari melalui

topik

Article
Article

Article

e-Book
e-Book

e-Book

Video
Video

Video

Campaigns
Campaigns

Campaigns

Architecture
Kamera Saku

Kamera Saku

Architecture
DSLRs

DSLRs

Architecture
Videografi

Videografi

Architecture
Astrofotografi

Astrofotografi

Architecture
Tanpa Cermin

Tanpa Cermin

Architecture
Fotografi arsitektur

Fotografi arsitektur

Architecture
Teknologi Canon

Teknologi Canon

Architecture
Fotografi cahaya minimal

Fotografi cahaya minimal

Architecture
Wawancara fotografer

Wawancara fotografer

Architecture
Fotografi lanskap

Fotografi lanskap

Architecture
Fotografi makro

Fotografi makro

Architecture
Fotografi olahraga

Fotografi olahraga

Architecture
Fotografi Wisata

Fotografi Wisata

Architecture
Fotografi bawah air

Fotografi bawah air

Architecture
Konsep & Aplikasi Fotografi

Konsep & Aplikasi Fotografi

Architecture
Fotografi Jalanan

Fotografi Jalanan

Architecture
Kamera Mirrorless Full-frame

Kamera Mirrorless Full-frame

Architecture
Lensa & Aksesori

Lensa & Aksesori

Architecture
Nature & Wildlife Photography

Nature & Wildlife Photography

Architecture
Fotografi Potret Wajah

Fotografi Potret Wajah

Architecture
Fotografi Malam

Fotografi Malam

Architecture
Fotografi Hewan Piaraan

Fotografi Hewan Piaraan

Architecture
Solusi Pencetakan

Solusi Pencetakan

Architecture
Ulasan produk

Ulasan produk

Architecture
Fotografi Pernikahan

Fotografi Pernikahan

Produk >> Semua Produk

5 Lensa Top Saya, 35mm Style Milik Saya: Fotografer Dokumenter, Kentaro Kumon

2022-04-15
0
795

Fotografer Dokumenter, Kentaro Kumon pada umumnya sering menggunakan lensa 35mm untuk berbagai proyeknya, yang dibantu oleh lensa 50mm dan prima serta RF28-70mm f/2L USM. Mengapa dia senang membidik dengan 35mm? Bagaimana dan kapan dia menggunakan tiap lensa, termasuk dua lensa Sumire cinema prime yang juga termasuk dalam perlengkapan miliknya? Dia berbagi lebih lanjut dalam artikel ini. (Dilaporkan oleh: Kentaro Kumon, Digital Camera Magazine)

EOS RP + RF35mm f/1.8 Macro IS STM/ Manual exposure (f/2.2, 1/4000 det.)/ ISO 200/ WB: Shade

Karena sangat dekat dengan bidang pandang penglihatan manusia, sudut pandang 35mm mudah dilihat, dan bidikan di atas adalah contoh yang bagus. Dengan itu, saya dapat mengabadikan seseorang secara wajar dengan cara yang autentik pada saat saya berhadapan dengannya—tidak berlebihan, tidak ada perasaan galau apabila bidikan terlihat seakan terlalu dibuat-buat. Ini juga membantu pemirsa untuk membentuk kesan subjek yang sederhana dan lugas.

 

Dalam artikel ini:

Mengapa saya lebih sering membidik dengan 35mm

35mm: Sudut pandang paling autentik untuk memotret subjek dokumenter

Gaya pemotretan saya pada umumnya menggunakan lensa 35mm. Sekarang, saya terutama menggunakan kamera EOS seri R dengan RF35mm f/1.8 Macro IS STM, tetapi apabila saya menggunakan EOS seri 5D, lensa saya yang siap-bidik adalah lensa EF35mm f/1.4 L. Sebagai fotografer dokumenter, saya berusaha menyajikan pemandangan dengan cara yang terlihat wajar dan autentik. Sudut pandang 35mm memungkinkan saya menangkap jarak dan percakapan dengan orang-orang persis seperti apa adanya.

EOS R6 + RF35mm f/1.8 Macro IS STM/ Manual exposure (f/2.8, 1/1250 det.)/ ISO 200/ WB: Shade

Pagar pelindung di tepi jalan setapak di belakang ilalang yang bergoyang mengikuti arah angin. Lensa prima mendorong Anda untuk secara aktif mencari subjek fotografi yang sesuai. Setelah Anda terbiasa, Anda mulai dapat "melihat" dunia di sekitar Anda dengan sudut pandang yang sama dengan lensa, yang menginspirasi lebih banyak ide untuk pembingkaian.

Cari tahu lebih lanjut tentang bagaimana menggunakan lensa prima dapat menginspirasi kreativitas dalam:
Lanskap 50mm, Gayaku: Lensa yang Menginspirasi Petualangan


EOS R + RF35mm f/1.8 Macro IS STM/ Manual exposure (f/1.8, 1/8000 det.)/ ISO 200/ WB: Shade

Saya berjumpa dengan pria ini di pelabuhan. Saya menggunakan lensa RF35mm f/1.8 Macro IS STM yang kecil, tidak mencolok serta tidak menimbulkan kesan berlebihan. Hal ini memungkinkan saya untuk mengambil foto secara wajar saat kami mengobrol. Pada f/1.8 lensa ini, Anda masih mendapatkan bokeh yang layak bahkan pada 35mm, yang membuatnya cukup serbaguna. Lensa RF tajam di area fokus bahkan pada aperture maksimum, memberikan keandalan yang sangat baik.

"Pilihan lensa Anda memengaruhi pendekatan Anda terhadap subjek"

“Lensa yang Anda pilih memengaruhi cara Anda mendekati subjek”

Persiapan saya untuk setiap perjalanan kerja dimulai dengan memutuskan lensa yang akan saya bawa di samping lensa RF35mm f/1.8 Macro IS STM, yang selalu ada di kamera saya. Keputusan itu tergantung pada jenis perjalanan yang akan dilakukan.

Cara saya berinteraksi dengan subjek berubah-ubah, tergantung pada lensa yang saya gunakan, jadi saya memikirkan bagaimana saya ingin mendekati mereka. Apakah saya ingin bereaksi terhadap subjek yang berbeda dengan lensa RF28-70mm f/2L USM yang serbaguna?  Apakah saya ingin mencari subjek simbolis dengan lensa RF50mm f/1.2L USM? Atau, apakah saya ingin menggunakan salah satu lensa prime cinema Canon Sumire saya untuk mengamatinya dengan cermat?

Lensa prima Sumire adalah untuk kamera bioskop, jadi lensa ini dilengkapi dengan dudukan PL. Saya mengubah dudukannya menjadi dudukan EF, yang juga dapat Anda lakukan di fasilitas layanan resmi. Ini adalah lensa fokus manual, yang terkadang bisa merepotkan, tetapi saya suka menggunakannya untuk pemotretan yang membutuhkan kreasi karya yang cermat dan mendetail.

Tentu saja, ada hal-hal yang juga Anda kompromikan dengan lensa pilihan Anda. Misalnya, dengan lensa fokus manual seperti lensa Sumire, Anda tidak dapat berharap untuk bereaksi dengan cepat dan menciptakan gambar yang penuh dengan kesan kecepatan!

5 lensa top saya dan mengapa saya menggunakannya

Lensa saya yang paling sering digunakan: Terutama 35mm, dengan lensa lainnya sebagai pendukung

#1: RF35mm f/1.8 Macro IS STM – 80%
#2: RF28-70mm f/2L USM – 10%
#3: CN-E35mm T1.5 FP X – 5%
#4: CN-E50mm T1.3 FP X – 4%
#5: RF50mm f/1.2L USM – 1%


#1: RF35mm f/1.8 Macro IS STM –80% dari waktu penggunaannya

Lensa 35mm berada di antara sejumlah kategori. Lensa ini tidak memiliki efek perspektif berlebihan yang kuat dari lensa dengan panjang fokus yang lebih pendek, namun, lensa ini mampu menangkap banyak konteks, yang dapat mempersulit penyederhanaan komposisi seperti yang bisa Anda lakukan dengan menggunakan lensa telephoto. Tetapi sifat “in-between” (di antara) ini, juga merupakan kekuatan lensa tersebut. Bekerja dengan lensa ini, mengarahkan penggunanya untuk memupuk keterampilan dan belajar banyak hal.

Selain penggambarannya yang indah, kemampuan pemotretan makro RF35mm f/1.8 Macro IS STM merupakan alasan lainnya, mengapa kamera ini harus saya miliki.


#2: RF28-70mm f/2L USM – 10% dari waktu penggunaannya

Saya memilih RF28-70mm f/2L USM karena kemampuan penggambarannya yang luar biasa, khususnya resolusinya yang istimewa, memungkinkan garis-garis halus ditampilkan dalam detail yang jelas serta tajam, dan kinerjanya yang luar biasa dalam kondisi cahaya latar. Ini adalah lensa yang saya gunakan apabila saya ingin pemirsa mengamati subjek secara detail. Saya merasa lensa itu mewujudkan hasil yang terbaik dari EOS R. Saya tidak banyak melakukan zoom dengannya; sebagai gantinya, saya cenderung menggunakannya di ujung 28mm.


EOS R + RF28-70mm f/2L USM / FL: 28mm/ Manual exposure (f/13, 1/50 det.)/ ISO 400/ WB: Shade

Pohon jeruk Citrus yang berbuah lebat, dibidik dengan menghadap ke atas. Bahkan, bagian terhalus dari daun kecil memiliki garis yang diselesaikan dengan indah, dan gambar yang dihasilkan tanpa cacat meskipun ada cahaya latar. Kecakapan penggambaran lensa ini cukup untuk menciptakan gambar yang berdampak dan menarik.


#3: CN-E35mm T1.5 FP X– 5% dari waktu penggunaannya


#4: CN- E50mm T1.3 FP X– 4% dari waktu penggunaannya

#3 dan 4 adalah lensa sinema Canon Sumire Prime, yang dirancang untuk memberikan karakter yang unik (Versi Inggris). Lensa ini menghasilkan efek bokeh bertahap seperti noda yang mengingatkan saya pada tinta atau cat air yang meresap ke dalam kertas, dan efek seperti itu sangat jarang terciptakan pada lensa masa kini. Fakta bahwa bokeh adalah fokus manual murni, memaksa Anda untuk berpikir secara cermat tentang di bagian mana Anda ingin menempatkan fokus pada subjek. Saya memilihnya apabila saya ingin membuat gambar khas yang menunjukkan perhatian saya terhadap detail.


EOS R + CN-E35mm T1.5 FP X/ Manual exposure (T1.5, 1/125 det.)/ ISO 400/ WB: Shade

Saya ingin menunjukkan keindahan yang berseri pada blueberry yang baru dipetik ini. CN-E35mm T1.5 FP X (Versi Inggris) mengaburkan bagian yang disorot dengan cara unik seperti noda, membuat blueberry tampak istimewa. Hal lain yang unik adalah hasil gambar nan lembut pada area di luar fokus yang tidak memengaruhi area fokus yang tipis.


#5: RF50mm f/1.2L USM – 1% dari waktu penggunaannya

Saya memotret dengan lensa prima 50mm apabila saya memiliki gagasan yang sangat jelas tentang apa yang ingin saya tunjukkan dan bagaimana saya ingin menunjukkannya. RF50mm f/1.2L USM mewujudkan garis-garis di area fokus secara halus dan indah seluruhnya dari aperture maksimum.


---
Lensa apa yang paling sering Anda gunakan dan kapan Anda memutuskan untuk menggunakan masing-masing lensa tersebut? Beri tahu kami dalam komentar di bawah!

Apakah Anda menyukai gaya Kentaro Kumon? Dia melakukan dekonstruksi tentang bagaimana dia menggunakan cahaya alami untuk menambahkan drama ke potret lingkungan dalam artikel berikut:
Menangani Penerangan Alami: Menambahkan Dampak ke Potret Wajah dan Lingkungannya

Anda terinspirasi untuk membawa lensa prima 35mm atau 50mm saat berjalan-jalan? Berikut ini ada dua latihan yang bisa Anda coba untuk membuat segalanya menjadi lebih menarik:
Konsep Baru Komposisi Tengah: 2 Latihan untuk Photowalk Anda yang Berikutnya

Inspirasi penceritaan gambar lainnya dalam artikel:
Menyampaikan Cerita Lebih Baik Bersama Jurnalis Foto Jilson Tiu
Roberto Valenzuela: Apa yang Wajib Dimiliki untuk menjadi Pendongeng Ulung Pernikahan

Baca juga:
Potret 50mm, Gayaku: Seorang fotografer ‘Creating A Picture of a Memory’ (Menciptakan Gambar Kenangan)

 


Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi.

Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.

Daftar Sekarang!

Mengenai Penulis

Digital Camera Magazine

Majalah bulanan yang berpendapat bahwa kegembiraan fotografi akan meningkat dengan semakin banyaknya seseorang belajar tentang berbagai fungsi kamera. Majalah ini menyampaikan berita mengenai kamera dan fitur terbaru serta secara teratur memperkenalkan berbagai teknik fotografi.
Diterbitkan oleh Impress Corporation

Kentaro Kumon

Lahir di Tokyo pada tahun 1981, Kumon melakukan pemotretan untuk publikasi dan berbagai proyek majalah di Jepang dan di luar negeri. Dia pun telah menerbitkan sejumlah koleksi foto, seperti Daichi no Hana (Bunga Bumi: Kehidupan dan Doa Warga Nepal) (diterbitkan oleh Toho Shuppan), Koyomi Kawa (Calendar River) (diterbitkan oleh Heibonsha), dan BANEPA (diterbitkan oleh Seikyusha), berikut buku esai foto Goma no Youhinten (Goma’s Western Shop) (diterbitkan oleh Keiseisha) terinspirasi oleh pengalamannya di Banepa, Nepal. Pada tahun 2012, dia menerima penganugerahan Best Newcomer dari Photographic Society of Japan. Untuk proyeknya yang terbaru, dia telah melakukan perjalanan ke sejumlah kota dan pedesaan di sepanjang sungai dan semenanjung untuk menemukan serta mendokumentasikan berbagai aspek unik setiap tempat dan kehidupan sehari-hari para warganya.

http://www.k-kumon.net/

Berbagi foto Anda di My Canon Story & berpeluang ditampilkan pada platform media sosial kami