Dari Singapura ke New York dan Jagat Raya: Wawancara dengan Fotografer Fashion, Lenne Chai
Memotret untuk sejumlah merek besar di dunia fashion, di New York City, adalah impian bagi sekian banyak fotografer muda usia. Kami mengobrol dengan fotografer fashion asal Singapura yang bermukim di New York, Lenne Chai (Versi Inggris) (Instagram: @lenneigh), dan ia berbagi pengalaman kerjanya di New York City yang telah membentuk perspektif serta memengaruhinya dalam dunia fotografi. (Semua gambar adalah karya Lenne Chai, yang dipinjamkan atas izin Lenne Chai Photography)
Serial untuk Canon: Reinventing Perspectives, 2021.
EOS R5/ EF100mm f/2.8L Macro IS USM
Kepindahan ke New York City: dari motivasi hingga realisasi
Hai Lenne! Terakhir kali kami mewawancarai Anda untuk SNAPSHOT adalah pada tahun 2015. Saat itu, nama Anda sudah terkenal. Anda memotret untuk publikasi dan sejumlah merek internasional yang bergengsi seperti NYLON dan Harper's Bazaar Singapore. Tonggak penting berikutnya yang kami dengar adalah pada tahun 2019, ketika Anda pindah ke New York untuk memajukan karier Anda. Coba ceritakan, apa yang selama ini terjadi pada diri Anda?
Hai lagi! Kalau tidak salah, wawancara kita yang terakhir dilakukan tidak lama setelah saya kembali ke Singapura dari lawatan singkat ke Jepang. Saat itu saya secara serius mempertimbangkan untuk pindah ke Jepang – saya sedang syuting untuk sejumlah klien komersial dan editorial yang berbasis di Tokyo, dan bahkan telah menghabiskan satu tahun penuh untuk belajar bahasa Jepang.
Sekitar tahun 2016, Teen Vogue menampilkan karya saya di Instagram dan Tumblr mereka, dan hal ini malahan membuat saya berpikir untuk pindah ke AS. Artikel tersebut merupakan suatu pengalaman pengakuan yang tidak pernah saya bayangkan, bahwa karya saya akan cukup menonjol untuk ditampilkan dalam publikasi AS.
Dan itulah saat Anda mulai mempertimbangkan untuk memajukan karier Anda di Amerika Serikat.
Ya. Hal itu membuat saya berpikir, bahwa, mungkin saya punya peluang di AS, dan kemudian saya memutuskan untuk pindah ke Los Angeles. Malahan, beberapa tahun kemudian sewaktu saya tinggal di New York, Teen Vogue menugaskan saya untuk menyusun beberapa editorial, yang sungguh membuat saya merasa bahwa segalanya berjalan dengan lancar. Saya merasa bersyukur atas semua kesempatan yang telah diberikan kepada saya!
Bagaimana ceritanya, sampai Anda bermukim di New York City?
Saya berada di Los Angeles selama sekitar setengah tahun, dan di sanalah saya mulai serius mempertimbangkan untuk pindah ke New York. Menjadi salah satu dari dua ibu kota mode berbahasa Inggris di dunia, rasanya seperti titik masuk yang baik untuk mengembangkan karier dalam fotografi fashion. Saya menjangkau lebih dari 70 agensi foto yang berbasis di New York melalui pekerjaan saya, dan kemudian terbang ke sekian banyak pertemuan tatap-muka. Pada hari terakhir saya di sana, saat pertemuan final, agensi menawarkan untuk mewakili saya. Semuanya terjadi sangat cepat.
Itu merupakan kepindahan yang besar bagi saya. Bagaimana peran agensi membantu Anda?
Secara umum diketahui bahwa sungguh sulit mendapatkan visa kerja di Amerika Serikat, jadi saya merasa sangat beruntung bahwa agensi membantu saya mendapatkannya.
Agensi pun membantu mempromosikan saya dan menghadirkan banyak kesempatan melalui pengaturan pertemuan dan merekomendasikan sejumlah pekerjaan yang memiliki potensi. Meskipun industri fashion dan foto di New York berkembang pesat, dan memiliki lebih banyak pekerjaan yang tersedia daripada di Singapura, namun persaingan tetap ketat. Saya bersyukur bahwa agensi saya berupaya keras untuk mempromosikan karya saya.
Apa saran Anda untuk menyusun portofolio bagi calon fotografer yang ingin mengikuti jejak Anda?
Meskipun klien di Asia menghargai fotografer serba bisa yang dapat memotret sekian banyak genre berbeda, namun, saya merasa klien di AS lebih suka fotografer yang memiliki spesialisasi yang jelas. Para klien sudah memiliki gaya atau tampilan dalam bayangan mereka, sehingga mereka cenderung memilih fotografer yang mampu menyempurnakan apa yang mereka bayangkan. Ketika saya mempresentasikan karya saya, klien saya akan bertanya mengapa portofolio saya dipenuhi dengan begitu banyak jenis fotografi. Saya berpendapat bahwa portofolio seperti itu membingungkan mereka.
Berikut adalah sepenggal nasihat bagus yang pernah disampaikan oleh agensi foto kepada saya: Apabila Anda menunjukkan portofolio Anda ke agensi, hal ini bagaikan kencan pertama. Anda jangan menunjukkan semuanya sekaligus – cukup tunjukkan sebagian untuk menarik minat mereka, dan membuat mereka merasa penasaran dan ingin menelepon Anda kembali.
Tak Terkalahkan, 2020.
Lensa EOS 5D Mark IV/ 50mm f/1.4
Buzzcut Season, 2020.
EOS 5D Mark IV/ EF100mm f/2.8L Macro IS USM
Pengalaman New York City: menelusuri sejumlah perbedaan budaya
Sebelum pindah ke New York City, sebagian besar pengalaman Anda berada di Asia—di Jepang dan Singapura. Apa saja tantangan yang Anda hadapi di lingkungan baru?
Saya tidak akan mengatakan itu tantangan, tetapi budaya kerja di lokasi pasti terasa berbeda. Gaya bekerja di Asia cenderung sedikit lebih hierarkis, jadi menarik untuk melihat sejauh mana kolaborasi para kru di AS. Saya senang menerima lebih banyak masukan kreatif dari tim mengenai cara membentuk arah gambar. Misalnya, mereka akan bilang, "Kamu sudah pernah mencoba ini?" “Bagaimana kalau melakukan ini sebagai gantinya?” atau "Menurutku ini akan lebih sesuai dengan konsepnya".
Bagaimana Anda mengelola semua itu, sambil memastikan bahwa tampilan keseluruhan masih koheren dan konsisten? Apakah harus bersikap lebih asertif?
Memang penting untuk percaya diri dengan pendapat Anda, tetapi saya juga memahami bahwa orang-orang menyumbangkan pendapat mereka karena mereka peduli – bagaimanapun, kita semua mencurahkan sesuatu dari diri kita sendiri dalam pekerjaan. Meskipun saya melakukan yang terbaik untuk bersikap tegas dengan arahan keseluruhan demi memastikan bahwa kami memiliki hasil yang kohesif, saya belajar untuk berpikiran lebih terbuka, bijaksana, dan menjadi pendengar yang lebih baik secara keseluruhan.
Menurut Anda, bagaimana pengalaman Anda bekerja di Amerika Serikat telah mengubah pendekatan Anda terhadap fotografi?
Ketika usia saya lebih muda, saya mendapat kesan bahwa pemotretan mode harus menyajikan ide kecantikan Eurosentris. Setelah tinggal di luar negeri, saya menyadari bahwa hal paling unik yang dapat saya hadirkan adalah perspektif Singapura saya. Saya terinspirasi oleh pengalaman unik dalam didikan kami di Singapura, dan sekarang menikmati memotret subjek melalui lensa itu.
Misalnya, dalam pemotretan editorial fashion baru-baru ini untuk Harper's Bazaar, saya ingin menonjolkan kursi plastik yang kita lihat di Kopitiams (kedai kopi lokal) setiap hari, dan mengecatnya dengan warna pastel untuk pemotretan tersebut. Kursi tersebut sangat umum sehingga saya menganggapnya biasa saja di masa lalu, tetapi saya belajar untuk memandangnya secara berbeda untuk pemotretan ini.
Rest On Me, 2021.
EOS R5/ RF50mm f/1.2L USM
Proyek saat ini dan setelahnya
Tolong beri tahu kami tentang proyek terbaru yang sangat Anda sukai.
Saya berkolaborasi dengan [Singaporean street dance duo] ScRach MarcS (Versi Inggris) pada serangkaian film tari berdurasi singkat yang disebut 'Spaces Between Us'. Mereka terinspirasi oleh bentuk seni tradisional yang menghilang di Singapura yang berkembang pesat, seperti opera tradisional Tiongkok, yang dikenal secara lokal sebagai "wayang", dan rattan weaving (Versi Inggris). Saya mengabadikannya pada EOS R5, dan kami senang luar biasa saat tahu karya saya termasuk dalam daftar pilihan sejumlah festival film.
Bagaimana pengalaman Anda merekam video pada EOS R5?
Oh, sangat mengagumkan. Saya menguasai kamera ini, jadi saya memiliki waktu yang fantastis untuk merekam video dengan kamera ini. Saya juga sangat menyukai kualitas gambar dan bagaimana hasil footage tampak bagus dengan gradasi warna saya.
Seperti apa proses kreatif serial ini?
Kolaborasi kami sungguh sangat bagus. Saya suka bahwa ScRach MarcS adalah pemikir yang sangat kreatif! Ada banyak percakapan mendalam menjelang syuting, baik dari segi konsep maupun eksekusi. Mereka benar-benar mencoba memastikan bahwa koreografi ditambahkan ke konsep, dan kami akan mendiskusikan bagaimana pencahayaan atau pergerakan kamera dapat melengkapinya.
Tangkapan layar dari Spaces Between Us: Wayang, 2021
Perekaman video menggunakan EOS R5
Lihat video selengkapnya di sini (Versi Inggris)
Saya selalu menemukan hobi baru di luar fotografi, dan proyek ini muncul karena Rachel dari ScRach MarcS menjadi guru tari saya. Dengan mempelajari tarian, hal ini mengajari saya cara mengarahkan dan mengedit kolaborasi kami dengan lebih baik. Misalnya, dengan menerapkan konsep musik Rachel, saya belajar tentang cara untuk lebih menekankan bagian yang berbeda-beda dari gerakan mereka agar sesuai dengan koreografi selama proses penyuntingan video.
Terkesan seperti enam tahun yang penuh peristiwa penting! Bagaimana perubahan gambaran sukses bagi Anda?
Ketika usia saya lebih muda, bagi saya kesuksesan ditandai dengan bekerja bersama sejumlah merek atau majalah tertentu. Dewasa ini, sukses bagi saya adalah rasa puas dengan pekerjaan saya, kreasi saya, dan hasil karya saya.
Terima kasih sudah berbagi, Len! Semoga di tahun depan karya Anda lebih cemerlang.
---
Apa yang menginspirasi fotografer lain untuk membidik secara berkelanjutan? Bagaimana para fotografer yang sudah mapan mencapai posisi mereka saat ini? Kenali tentang sebagian fotografer Canon dan kisah mereka dalam artikel berikut:
Roberto Valenzuela: Apa yang Wajib Dimiliki untuk menjadi Pendongeng Ulung Pernikahan
Wawancara dengan Kayden Ee, Usia 14 Tahun, Fotografer Kehidupan Alam Liar
Wawancara dengan Fotografer Selebritas Hajime Kamiiisaka (2): Berbagai Kiat Dagang fotografer
Terinspirasi dari Canon: Interview The Bang Dzoel
Goto Aki: Mengubah Karier untuk Menuruti Hasrat Fotografi Saya
Lanskap yang Mengagumkan: Wawancara dengan Shirley Wung
Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi.
Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.
Daftar Sekarang!