Apabila menyangkut soal memotret air terjun, pengaturan kecepatan rana bisa menjadi keputusan besar yang menentukan foto yang Anda dapatkan. Pasti banyak orang yang tidak tahu secara pasti, apakah mereka sebaiknya menangkap bidikan aliran air yang diburamkan, atau aliran air yang dibekukan. Dan, setelah Anda mempertimbangkan bentuk air terjun dan arah cahaya, Anda akan mendapatkan bahwa, ragam ekspresi artistik yang dimungkinkan, nyaris tidak terbatas. Dalam artikel ini, mari kita cermati masing-masing teknik yang digunakan dua orang fotografer untuk menangkap aliran air terjun. (Dilaporkan oleh: Komei Motohashi, Fumio Tomita)
Membekukan aliran air: Dengan menggunakan semi-cahaya latar untuk menonjolkan intensitas sementara air terjun
1/1.250 det.
EOS 5D Mark II/ EF70-200mm f/4L IS USM/ FL: 200mm/ Aperture-priority AE (f/8, 1/1.250 det., EV-0,7)/ ISO 1250/ WB: Daylight
Foto oleh Komei Motohashi
Komei Motohashi mengatakan:
“Air terjun tidak mengalir pada kelajuan yang konstan. Alih-alih, air terjun dengan irama tertentu, yang sangat bervariasi, tergantung ketinggian, volume, tekanan, dan bentuk (vertikal, diagonal, riam) air terjun, yang mengalir berulang-ulang pada kelajuan yang cepat atau lambat.
Untuk bidikan ini, saya menggunakan kecepatan rana yang sangat pesat, 1/1.250 det. untuk secara gamblang menangkap air terjun sesaat. Foto ini adalah bagian bawah Air Terjun Nachi di Prefektur Wakayama, yang membanggakan tetesan tunggalnya yang tertinggi dari semua air terjun di Jepang. Sinar cahaya yang menciptakan semi-cahaya latar membuat percikan dari air terjun menonjol secara mengesankan, menangkap kekuatan dan intensitasnya. Apabila menggunakan cahaya depan, ketiadaan bayangan dan dimensionalitas berarti, bahwa intensitas tidak dapat ditangkap secara memadai.”
Saran: Air terjun yang ditangkap dengan menggunakan semi-cahaya latar dan air terjun yang ditangkap dengan menggunakan cahaya depan, tampak begitu memikat dalam cara yang berbeda-beda
Cahaya depan
EOS 5D/ EF24-70mm f/2.8L USM/ FL: 30mm/ Aperture-priority AE (f/13, 1/20 det., EV±0)/ ISO 100/ WB: Auto
Foto oleh Komei Motohashi
Apabila memotret air terjun dengan menggunakan semi-cahaya latar akan membuat subjek Anda menonjol secara mengesankan, dan memungkinkan Anda menangkapnya dalam tiga dimensi. Secara kontras, Anda akan membidik dengan menggunakan cahaya depan apabila terdapat pelangi di air terjun. Hal ini karena, jika matahari (atau bulan) tidak berada di belakang sang fotografer, pelangi tidak akan terlihat, bahkan jika pelangi itu ada di sana.
Memburamkan aliran air: Dekati dengan menggunakan kisaran telefoto untuk menegaskan dinamisme air terjun
1/30 det.
EOS 5D Mark II/ EF24-105mm f/4L IS USM/ FL: 105mm/ Aperture-priority AE (f/11, 1/30 det., EV±0)/ ISO 4000/ WB: Auto
Foto oleh Fumio Tomita
Fumio Tomita mengatakan:
“Apabila memotret air terjun, ada perbedaan dalam volume air dan kecepatan aliran air. Tetapi, apa pun yang Anda gunakan, entah kecepatan rana lambat, menggunakan lensa telefoto untuk menarik Anda lebih dekat ke air terjun, akan lebih memudahkan untuk mengubah komposisi.
Pada sudut pandang lebar, bagian bingkai dipenuhi oleh air yang lebih kecil, sehingga membuatnya lebih sulit untuk mengetahui perubahan apa pun dalam aliran airnya. Untuk menghindari kontras yang kuat, banyak fotografer yang membidik air terjun pada hari mendung atau hujan, tetapi Anda juga bisa menangkap bidikan menarik dalam cuaca bagus, saat cahaya bersinar menembus air terjun, dengan mengambil bidikan close-up air yang memecah pada batu karang saat cahaya matahari memantul kembali.”
Saran: Jika latar belakang cerah, bagian putih air terjun mungkin tidak disampaikan sebagai warna putih dalam gambar
EOS 5D Mark II/ EF17-35mm f/2.8L USM/ FL: 17mm/ Manual exposure (f/18, 6 det., EV±0)/ ISO 100/ WB: Auto
Foto oleh Fumio Tomita
Apabila memotret air terjun dengan kecepatan rana lambat, dan jika latar belakang tampak cerah, warna putih lembut air terjun mungkin tidak disampaikan sebagai warna putih murni dalam gambar, jadi sebaiknya memilih latar belakang gelap bilamana memungkinkan. Terlebih lagi, blowout putih bisa terjadi kalau Anda memberi cahaya yang berlebihan untuk jangka waktu lama, jadi sebaiknya memeriksa tampilan peringatan yang disorot setelah Anda membidik.
Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!
Mengenai Penulis
Lahir di Tokyo. Setelah lulus dari Tokyo College of Photography, ia belajar di bawah naungan fotografer, dan kemudian menjadi fotografer freelance. Ia mengkhususkan diri dalam lanskap alam di dalam negeri Jepang.
Majalah bulanan yang berpendapat bahwa kegembiraan fotografi akan meningkat dengan semakin banyaknya seseorang belajar tentang berbagai fungsi kamera. Majalah ini menyampaikan berita mengenai kamera dan fitur terbaru serta secara teratur memperkenalkan berbagai teknik fotografi.
Diterbitkan oleh Impress Corporation
Lahir di Yokohama, Prefektur Kanagawa pada tahun 1945, Motohashi belajar tentang teknologi kamar gelap di Tokyo College of Photography. Ia sedang mengerjakan koleksi yang bertema "Breath of Nature" (Nafas Alam), yang terinspirasi dari berbagai unsur iklim dan alam yang khas di Jepang, berdasarkan perspektif alam yang ia peroleh di pegunungan.