Dari jarak yang lebih dekat ke tekstur halus, hingga mengambil bidikan genggam yang lebih jernih di restoran dengan penerangan yang minim cahaya, sampai menciptakan keburaman latar belakang yang mulus dan indah (“bokeh”) yang menonjolkan hidangan utama, mengganti lensa Anda akan membuka berbagai kemungkinan baru dalam fotografi makanan. Dengan begitu banyak opsi, lensa apa yang sebaiknya Anda pilih? Berikut ini hal untuk dipertimbangkan dan rekomendasi kami.
Lensa prima: Cepat, tajam, dan serbaguna
Lensa pertama yang akan dibeli oleh sebagian besar fotografer makanan untuk fotografi makanan adalah lensa prima karena sejumlah alasan berikut ini:
- Aperture maksimum lebar
Lensa prima pada umumnya “lebih cepat” (=memiliki aperture maksimum yang lebih lebar) daripada kebanyakan lensa—khususnya lensa kit yang disertakan dengan kamera Anda. Hal ini berguna dalam kondisi minim cahaya: Anda dapat menggunakan kecepatan ISO yang lebih rendah dan/atau kecepatan rana yang lebih cepat, dan menghasilkan bidikan yang jernih dan tajam, meskipun Anda tidak menggunakan lampu kilat.
- Bokeh indah (depth of field lebih dangkal)
Aperture maksimum lebar juga lebih memudahkan untuk menciptakan latar belakang buram yang bagus, yang menyederhanakan konteks di sekitarnya dan menuntun perhatian ke makanan. Hal ini lebih memudahkan untuk memastikan berbagai perlengkapan tidak mengganggu.
- Kecil dan mudah dimanuver
Lensa prima ini mudah Anda genggam, mudah distabilkan dan digerakkan untuk menemukan sudut terbaik. Jika kombinasi lensa kamera Anda cukup ringan bagi Anda untuk membidik dengan satu tangan, Anda bahkan dapat membidik gambar yang sedang menuangkan taburan pada makanan, atau menjadikan tangan Anda sebagai model sehingga tidak perlu memasang tripod!
- Ketajaman
Akan lebih mudah mengoptimalkan kualitas optik untuk satu panjang fokus, sehingga gambar dari lensa prima Anda akan lebih tajam daripada gambar yang dibidik pada lensa zoom pemula/kit! Yang paling baik adalah menampilkan detail halus secara mulus untuk membuat gambar makanan Anda terlihat lebih lezat.
Selain itu, desain optik lensa prima yang lebih sederhana memungkinkan penggabungan lebih banyak fitur. Salah satu fitur berguna yang akan Anda temukan pada banyak lensa prima Canon adalah fungsionalitas makro.. Hampir semua lensa prima yang kami rekomendasikan di sini mampu melakukan pemotretan makro setidaknya 0,5x. Anda akan dapat memnuhi bingkai lebih banyak dengan makanan yang bentuknya lebih kecil dan mengambil gambar close-up tekstur dan detail yang tampak lezat!
Apa yang harus dipertimbangkan ketika memilih lensa prima?
Apabila memutuskan lensa prima yang akan dibeli, hal pertama untuk dipertimbangkan adalah panjang fokusnya. Pilih satu lensa dengan panjang fokus yang mudah Anda operasikan (atau melengkapi lensa yang sudah ada), dan menangkap perspektif yang Anda sukai.
Panjang fokus lebih lebar | Panjang fokus lebih sempit | |
Bidang pandang | Lebih besar | Lebih kecil |
Depth of field | Lebih dalam | Lebih dangkal |
Jarak aktif (diperlukan untuk menghasilkan pembingkaian yang sama) |
Lebih kecil | Lebih besar |
Close-up yang memenuhi bingkai | Lebih sulit | Lebih mudah |
Distorsi | Lebih banyak | Lebih sedikit |
Berikut ini ada sebagian panjang fokus klasik yang digunakan oleh para fotografer makanan profesional, berikut rekomendasi lensa untuk pengguna kamera full-frame dan APS-C.
1. Lensa 35mm: Sangat bagus untuk bidikan hamparan datar dan makanan di perjalanan
Foto oleh Kim/@niesukma_
EOS R6 Mark II + RF35mm f/1.8 Macro IS STM @ f/3.5, 1/100 det., ISO 1000
Lensa 35mm nyaman digunakan untuk memotret hamparan datar dan overhead: Anda tidak perlu memegang kamera terlalu tinggi untuk mendapatkan lebih banyak gambar dalam bingkai. Ini merupakan nilai tambah yang besar terutama jika Anda bertubuh mungil! Ini juga memungkinkan Anda menangkap lebih banyak detail suasana saat mengambil gambar di restoran, kafe, atau berbagai acara/peristiwa. Jika lensa memiliki fungsi makro seperti RF35mm f/1.8 Macro IS STM (perbesaran maksimum sekitar 0,5x), lensa ini dapat fokus lebih dekat ke subjek, sehingga memungkinkan untuk memenuhi bingkai lebih banyak dengan detail dan tekstur.
Karena sangat mudah untuk membingkai gambar pada 35mm, baik di dalam maupun di luar ruangan, lensa 35mm juga merupakan lensa yang sangat baik untuk digunakan sehari-hari atau saat di perjalanan. Anda pasti akan menggunakannya untuk memotret lebih dari sekadar foto makanan!
Saran Pro: Apakah distorsi penting bagi Anda?
Jangan heran jika benda berbentuk lingkaran terlihat agak lonjong. Sebagai panjang fokus sudut lebar, 35mm menghasilkan distorsi perspektif. Hal ini menjadi lebih jelas pada bagian tepi bingkai, pada foto close-up, dan apabila kamera dimiringkan—seperti bidikan sudut diagonal. Ini dapat digunakan untuk hasil kreatif, namun jika itu bukan efek yang Anda (atau klien Anda) inginkan, hindari sudut ini dan berhati-hatilah dengan apa yang Anda tempatkan di tepi bingkai. Pertimbangkan juga untuk menggunakan panjang fokus yang lebih panjang, idealnya 50mm atau lebih.
Direkomendasikan untuk kamera full-frame: RF35mm f/1.8 Macro IS STM
Ringan dan portabel, inilah salah satu lensa prima Canon yang paling serbaguna. Lensa ini memiliki aperture maksimum f/1.8 yang cepat dan stabilisasi gambar bawaan hingga 5 stop, berguna untuk bidikan genggam dalam kondisi minim cahaya. Kemampuan makro 0,5x memungkinkan Anda mengambil gambar close-up dengan subjek hanya berjarak beberapa sentimeter dari ujung lensa. Makanan hanyalah salah satu topik yang dapat ditangani secara mudah!
Direkomendasikan untuk kamera APS-C: RF24mm f/1.8 Macro IS STM
Pada kamera APS-C
Panjang fokus ekuivalen: 38,4mm
Pembesaran maksimum efektif: sekitar 0,8x
Jika Anda mencari lensa prima untuk kamera APS-C, ingatlah faktor dalam 1,6x crop factor. RF24mm f/1.8 Macro IS STM akan memberi Anda bidang pandang yang menyerupai RF35mm f/1.8 Macro IS STM pada kamera full-frame. Ukurannya juga kurang-lebih sama.
2. Lensa 50mm: Panjang fokus serbaguna
Foto oleh Kim/@niesukma_
EOS R6 Mark II + RF50mm f/1.8 STM @ f/4, 1/125 det., ISO 100
Banyak fotografer yang lebih suka mengambil bidikan sudut 45° atau diagonal pada 50mm atau yang lebih panjang, karena nyaris tidak terdapat distorsi yang terlihat dibandingkan dengan 35mm. Malahan, lensa 50mm sangat serbaguna, karena menawarkan perspektif alami tanpa menghiraukan jarak bidikan dekat atau jauh! Sebagian fotografer mungkin juga lebih memilih bidang pandang yang agak ketat, yang memudahkannya untuk memenuhi bingkai dengan berbagai subjek yang lebih kecil.
Tentu saja, hal ini juga dapat menangkap pemandangan yang lebih lebar, seperti foto hamparan datar dan meja. Namun demikian, Anda harus menggerakkan kamera sekitar 30 hingga 40cm lebih jauh untuk mendapatkan komposisi yang sama seperti lensa 35mm.
Saran Pro: Memotret dalam cahaya redup? Gunakan focus bracketing
Jika Anda harus menggunakan aperture maksimum saat memotret dan menyadari bahwa Anda tidak dapat memfokuskan subjek sepenuhnya, pegang kamera sekencang mungkin dan gunakan bracketing fokus. Dengan demikian, Anda dapat mengambil beberapa bidikan pada posisi fokus yang berbeda-beda, yang dapat digabungkan untuk menghasilkan gambar yang lebih tajam. Sebagian besar kamera seri EOS R memiliki fungsi Focus Bracketing yang mengambil bidikan dengan bracketing fokus untuk Anda, dan kamera yang lebih baru seperti EOS R6 Mark II dan EOS R8 juga memiliki Depth Composition, yang menggabungkan gambar bracket di kamera.
Baca juga:
Bagaimana Meningkatkan Depth-of-Field Saat Melakukan Shooting Wide Open?
Focus Stacking: Teknik Pro Disederhanakan dengan Focus Bracketing
Direkomendasikan untuk kamera full-frame: RF50mm f/1.8 STM
“Nifty Fifty” ini sangat populer sebagai lensa kedua atau lensa prima pertama karena murah, kecil, dan ringan. Bodi lensa yang ringkas membuatnya mudah untuk distabilkan, tetapi, menggunakannya dengan kamera yang dilengkapi In-Body IS seperti EOS R6 Mark II, akan memberikan lebih banyak manfaat stabilisasi gambar.
Direkomendasikan untuk kamera APS-C: RF35mm f/1.8 Macro IS STM
3. Lensa 85mm: Perspektif profesional
Foto oleh Tan Jiajun/@jsquaress
EOS R5 + RF85mm f/2 Macro IS STM @ f/4, 1/200 det., ISO 200
Lensa 85mm dianggap sebagai lensa telefoto sedang (terkadang digambarkan sebagai lensa “pendek”). Lensa seperti ini menjadi favorit di kalangan fotografer makanan komersial karena perspektif alaminya yang indah, tidak banyak kompresi, dan depth of field yang dangkal. Semua ini bekerja sama untuk menciptakan bidikan imersif yang menarik Anda ke dalam bingkai dan menjaga mata Anda tetap tertuju pada subjek utama: itulah sebabnya 85mm merupakan panjang fokus klasik untuk potret wajah.
Pemotongan yang lebih ketat memudahkan pengambilan gambar minimalis pada subjek yang lebih kecil seperti permen dan buah beri tanpa terlalu banyak ruang kosong. Anda harus berdiri lebih jauh dari subjek jika ingin memasukkan perlengkapan atau subjek sekunder ke dalam bingkai. Untuk gambar di atas, jarak fotografer sekitar 1 meter.
Direkomendasikan untuk kamera full-frame: RF85mm f/2 Macro IS STM:
Lensa 85mm pertama Canon dengan kemampuan pengambilan gambar makro hanya berbobot sekitar 500g, sehingga sangat mudah ditangani. Lensa ini juga dilengkapi dengan stabilisasi gambar bawaan 5 stop, yang meningkat hingga 8 stop pada kamera yang dilengkapi In-Body IS. Anda dapat fokus pada subjek yang berjarak sekitar 21cm dari ujung lensa—cukup jauh untuk menghindari terpaan bayangan. Pilihan yang sangat hemat biaya untuk lensa makro telefoto pertama.
Direkomendasikan untuk kamera APS-C: RF50mm f/1.8 STM
Pada kamera APS-C
Panjang fokus ekuivalen: 80mm
Pembesaran maksimum efektif: sekitar 0,4x
Pada kamera APS-C, “nifty-fifty” klasik berubah menjadi lensa telefoto sedang dengan bidang pandang mendekati 85mm. Meskipun tidak menerakan nama “Makro”, kamera ini dapat fokus pada subjek sedekat 24cm dari ujung lensa. Pemangkasan APS-C 1,6x memungkinkannya memperbesar subjek yang hampir sama besarnya dengan RF85mm f/2 Macro IS STM.
Fungsi penting: Berjarak dekat dengan detail
Foto oleh Tan Jiajun/ @jsquaress
EOS R5 + RF85mm f/2 Macro IS STM @ f/4, 1/200 det., ISO 200
Lensa dengan kemampuan pemotretan semi-makro seperti RF85mm f/2 Macro IS STM dan RF35mm f/1.8 Macro IS STM, dapat fokus cukup dekat dengan subjek, memungkinkan Anda mendapatkan detail secara close-up seperti pada gambar di atas. Hal ini menjadikannya pelengkap yang bagus untuk lensa zoom kit, yang tidak dapat melakukan fokus sedekat itu. Menggunakan kamera APS-C atau mode 1,6x pada kamera full-frame, memungkinkan Anda memenuhi bingkai yang lebih banyak—hingga setara dengan pembesaran 0,8x.
Mengenai Penulis
Bertempat tinggal di Bandung, Jawa Barat, Indonesia, Nie Sukma (kebanyakan orang juga memanggilnya “Kim”) memasuki dunia fotografi makanan dengan EOS M3 pada tahun 2019, dan telah menjadi EOS Creator Indonesia untuk Canon Indonesia sejak tahun 2021. Kim mengkhususkan diri dalam gaya sederhana dan alami, yang bertujuan untuk menonjolkan daya tarik autentik makanan tanpa menggunakan banyak perlengkapan. Selain pekerjaannya sebagai pemotret usaha kecil dan menengah, merek, dan restoran, Kim juga bekerja dengan Canon Indonesia untuk mengajar lokakarya fotografi makanan di seluruh negeri.
Instagram: @niesukma_
Jiajun mulai belajar fotografi dan penataan makanan ketika masih mahasiswa. Jiajun magang di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang fotografi makanan. Hal ini memicu hasratnya yang langsung menuntunnya dan memenangkan kompetisi fotografi, termasuk hadiah pertama di Canon PhotoMarathon Singapura, dan ditampilkan dalam Photo FaceOff di History Channel. Setelah menjalani wajib militer di Singapura, Jiajun terus mengasah kemampuan fotografinya sebagai pendiri Sparkstudio SG, yang sempat berkecimpung dalam berbagai acara dan fotografi pernikahan. Sejak itu, Jiajun memutuskan untuk fokus pada hasrat pertamanya: menciptakan gambar yang menonjolkan daya tarik makanan.
Selain membuat makanan terlihat lezat, Jiajun juga ingin menceritakan kisah dan menciptakan emosi yang selaras melalui fotografi makanan dan videografinya.
Instagram: @jsquaress, @sparkstudiofood