Temukan yang Anda cari

atau cari melalui

topik

Article
Article

Article

e-Book
e-Book

e-Book

Video
Video

Video

Campaigns
Campaigns

Campaigns

Architecture
Kamera Saku

Kamera Saku

Architecture
DSLRs

DSLRs

Architecture
Videografi

Videografi

Architecture
Astrofotografi

Astrofotografi

Architecture
Tanpa Cermin

Tanpa Cermin

Architecture
Fotografi arsitektur

Fotografi arsitektur

Architecture
Teknologi Canon

Teknologi Canon

Architecture
Fotografi cahaya minimal

Fotografi cahaya minimal

Architecture
Wawancara fotografer

Wawancara fotografer

Architecture
Fotografi lanskap

Fotografi lanskap

Architecture
Fotografi makro

Fotografi makro

Architecture
Fotografi olahraga

Fotografi olahraga

Architecture
Fotografi Wisata

Fotografi Wisata

Architecture
Fotografi bawah air

Fotografi bawah air

Architecture
Konsep & Aplikasi Fotografi

Konsep & Aplikasi Fotografi

Architecture
Fotografi Jalanan

Fotografi Jalanan

Architecture
Kamera Mirrorless Full-frame

Kamera Mirrorless Full-frame

Architecture
Lensa & Aksesori

Lensa & Aksesori

Architecture
Nature & Wildlife Photography

Nature & Wildlife Photography

Architecture
Fotografi Potret Wajah

Fotografi Potret Wajah

Architecture
Fotografi Malam

Fotografi Malam

Architecture
Fotografi Hewan Piaraan

Fotografi Hewan Piaraan

Architecture
Solusi Pencetakan

Solusi Pencetakan

Architecture
Ulasan produk

Ulasan produk

Architecture
Fotografi Pernikahan

Fotografi Pernikahan

Saran & Tutorial >> Semua Saran & Tutorial

Mengapa Lensa Super Telephoto Penting untuk Fotografi Olahraga?

2021-07-07
0
1.16 k
Dalam artikel ini:

Lensa super telephoto memberikan perspektif yang berbeda, khususnya jika menyangkut soal fotografi olahraga. Sebagai pemula, ada banyak yang bisa Anda lakukan dengan lensa 70-200mm f/2.8L, tetapi seiring dengan kemajuan Anda, Anda akan menyadari bahwa lensa prima super telephoto seperti 300mm atau 400mm memiliki keterbatasan dalam membantu Anda mengatasi sesuatu. Yong Teck Lim (IG: @yongtecklim (Versi Inggris)), wartawan foto olahraga dan editor foto Getty Images yang telah memotret berbagai peristiwa olahraga di seluruh dunia, berbagi informasi, mengapa lensa prima super telephoto wajib dimiliki oleh fotografer olahraga yang serius. (Dilaporkan oleh Yong Teck Lim dengan sejumlah foto yang dibidik untuk Getty Images)

 

1. Ini memberi Anda lebih banyak opsi, khususnya di tempat yang besar

Sebagai fotografer olahraga, Anda selalu ingin mendapatkan bidikan para atlet dan performa puncaknya yang memukau. Jika Anda berada di tempat luas yang terbuka, misalnya di lapangan bisbol atau sepak bola, lensa 70-200mm pun akan terlalu jauh untuk menangkap bidikan yang berdampak, dan pada saat inilah Anda memerlukan lensa super telephoto (300mm ke atas).

Untuk sebagian olahraga, dan pada situasi tertentu, seperti pembatasan jarak aman yang diwajibkan oleh pandemi COVID-19, posisi pemotretan para fotografer mungkin dibatasi, jauh di tribun dengan gerakan terbatas. Pada situasi seperti itulah lensa super telephoto tidak sekadar berguna, tetapi juga diperlukan.


©Yong Teck Lim/Getty Images
EOS-1D X Mark II/ EF400mm f/2.8 IS II USM @ f/2.8, 1/5000 det., ISO 800

Di lapangan bisbol, membidik dari dugout (tempat pemain menunggu giliran), Anda memerlukan lensa 400mm untuk menangkap secara dekat setiap pemain dari seberang lapangan.


Saran Pro: Memiliki jangkauan yang lebih jauh, memungkinkan Anda untuk mengambil pendekatan pemotretan yang lebih aktif.

Kalau menggunakan lensa telephoto biasa seperti lensa 70-200mm di lapangan yang luas, Anda sering harus menunggu sampai aksi pemain terjadi lebih dekat supaya Anda dapat mengabadikannya secara penuh dalam bingkai. Krop yang lebih ketat dari lensa super telephoto, memungkinkan Anda untuk lebih mampu mengendalikan tentang apa dan kapan Anda membidik, yang membuka jalan untuk memperoleh gambar yang lebih unik.

 

Mengapa tidak melakukan krop sesudahnya?

©Yong Teck Lim/Getty Images
EOS-1D X Mark II/ EF70-200mm f/2.8 IS III USM @ 200mm, f/2.8, 1/5000 det., ISO 800

Kontras antara gundukan tempat pitcher melontarkan bola yang berwarna krem dan melingkar, menambahkan elemen geometris pada bidikan 200mm ini. Tetapi, bagaimana kalau saya ingin meng-krop pemain yang lebih dekat?


Bidikan overcropped (krop berlebihan)

Tanpa menghiraukan jumlah megapiksel yang dimiliki kamera, Anda hanya bisa melakukan krop hingga batas tertentu sebelum kualitas gambar mulai terlihat kurang bagus. Dalam bidikan overcropped (krop berlebihan) ini, Anda bisa melihat bahwa garis luar dan detailnya tampak benyek. Untuk mengambil bidikan dan menangkap ekspresi secara dekat, akan sangat membantu kalau Anda memiliki lensa yang lebih panjang: Tidak saja lensa ini dapat mempertahankan kualitas gambarnya, tetapi juga Anda dapat mengamati pemain secara lebih dekat.

 

Kadang, 400mm pun tidak cukup

Untuk area olah raga yang lebih luas, tempat saya membidik di wilayah ini, lensa 400mm memang mencukupi—saya jarang memerlukan lensa 600mm. Saya biasanya membawa teleconverter (juga dikenal sebagai extender) agar lebih leluasa.


©Yong Teck Lim/Getty Images
EOS-1D X Mark II/ EF400mm f/2.8 IS II USM + Extender EF1.4x III @ 560mm, f/4, 1/4000 det., ISO 250

Teleconverter bagus untuk menambah jangkauan Anda. Namun demikian, alat ini mengurangi aperture maksimum dan kecepatan AF Anda, yang akan membatasi kemampuan Anda untuk membekukan gerakan saat beraksi dalam kondisi cahaya redup. Sebaiknya, miliki fast lens (lensa cepat) dan kamera yang bisa menghasilkan gambar yang bersih, bahkan pada kecepatan ISO tinggi.


©Yong Teck Lim/Getty Images
EOS-1D X Mark II/ EF400mm f/2.8 IS II USM + Extender EF1.4x III @ 560mm, f/4, 1/2000 det., ISO 3200

Terkadang, menggunakan teleconverter saja tidak cukup untuk mendapatkan dampak yang Anda inginkan. Untuk bidikan ini, karena ada pembatasan posisi foto, saya berada sangat jauh dari tempat kejadian, bahkan dengan menggunakan lensa 560mm pun, saya masih harus mengkrop gambar sejauh batasannya: 3000 piksel pada sisi terpanjang, sekitar 50% dari aslinya.

 

2. Kualitas estetika

Dalam fotografi olahraga, kita cenderung lebih menyukai latar belakang yang bersih, dan satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan menggunakan bokeh latar belakang untuk memburamkan gangguan. Pada lensa super telephoto, efek kompresi telephoto menghadirkan latar belakang yang lebih dekat dan membuatnya tampak lebih besar*, yang juga meningkatkan kualitas estetika bokeh itu sendiri, mengangkat penampilan gambar secara menyeluruh.

*Dibandingkan dengan lensa yang lebih pendek, dengan asumsi bahwa faktor yang memengaruhi bokeh seperti jarak antara latar belakang dan subjek, tetap sama.


Dibidik pada 155mm, f/2.8

©Yong Teck Lim/Getty Images


Dibidik pada 400mm, f/2.8

©Yong Teck Lim/Getty Images

Bokeh latar belakang yang intens semakin menyederhanakan latar belakang, membuat subjek menonjol dengan lebih baik.

 

3. Ini adalah alat yang hebat untuk membedakan diri Anda — terutama apabila dikombinasikan dengan mata yang jeli, keterampilan yang baik, dan pengalaman.

Jika setiap orang memiliki lensa super telephoto dan mampu menangkap urutan aksi yang sama, maka, bagaimana untuk membuat foto Anda menonjol? Caranya adalah mengombinasikan beberapa elemen, termasuk pemahaman Anda mengenai tugas dan subjek, serta mengasah mata kreatif dan pengalaman Anda.

Hal ini, bahkan berlaku dalam olahraga seperti bola basket, di mana lensa 70-200mm biasanya memadai untuk menangkap bidikan aksi gerakan biasa.  Lensa super telephoto dapat membantu Anda menghasilkan gambar berbeda, seperti detail dan fitur yang menonjol.

Berikut ini ada beberapa bidikan yang bisa kita ambil dengan lensa 70-200mm, berikut bidikan lainnya yang diambil pada peristiwa yang sama dengan menggunakan lensa 400mm. Perhatikan, bagaimana lensa 400mm melengkapi lensa 70-200mm?


Performa puncak pada 70mm

©Yong Teck Lim/Getty Images

Di lapangan basket, 70mm pada lensa 70-200mm sudah cukup untuk menghentikan aksi permainan di lapangan basket, seperti yang satu ini, LeBron James (kiri), pemain basket yang terkenal secara internasional, mendorong tim lawan sewaktu pertandingan NBA.


Menangkap emosi secara dekat pada 400mm

©Yong Teck Lim/Getty Images
EOS-1D X/ EF400mm f/2.8 IS II USM @ f/2.8, 1/1200 det., ISO 5000

Saat saya membidik dengan lensa 70-200mm, saya melihat LeBron sedang termenung sesaat. Naluri saya mengatakan untuk mengabadikan peristiwa ini dan mengisolasi LeBron dari segala hal di sekitarnya. Saat ia berada pada jarak beberapa meter dari saya, lensa 400mm milik saya, sempurna untuk mengabadikan yang saya inginkan, hingga butiran keringat yang mengalir dari dahinya.


Aksi laga seluruh dan separuh tubuh pada 200mm

©Yong Teck Lim/Getty Images
Pemain tenis Evan King memainkan backhand-nya.

©Yong Teck Lim/Getty Images
Fabrizio Ornago sedang melakukan serve.

Untuk pertandingan tenis di dalam ruangan, tergantung seberapa jauh jarak pemain dari posisi foto Anda, lensa 70-200mm dapat mengambil bidikan separuh hingga seluruh tubuh.


Detail unik pada 400mm

©Yong Teck Lim/Getty Images
EOS-1D X Mark III/ EF400mm f/2.8 IS II USM @ f/2.8, 1/1600 det., ISO 4000

Pada 400mm, saya bisa menangkap secara dekat, rambut Evan King yang memikat mata…


©Yong Teck Lim/Getty Images
EOS-1D X Mark III/ EF400mm f/2.8 IS II USM @ f/2.8, 1/1600 det., ISO 4000

…dan komposisi yang tidak lazim ini, menunjukkan keringat Fabrizio Ornago yang bercucuran.

 

Saran Pro: Menguasai teknik Anda dengan baik

Untuk memaksimalkan dampak bidikan tersebut, sebaiknya Anda menguasai apa efek yang mungkin terjadi dengan kondisi penerangan, elemen latar belakang, dan lain sebagainya. Sebagai contoh., banyak fotografer yang mengabaikan cahaya latar karena penerangannya yang buruk, tetapi cahaya latar pada pertandingan tenis di atas membantu membuat rambut King dan keringat Ornago tampak menonjol. Mengabdikan secara dekat pada keduanya, menunjukkan detail, menciptakan sesuatu yang berbeda dari bidikan aksi laga yang biasa.

Baca juga: 
Teknik Komposisi Profesional (3): Memanfaatkan Lensa Dengan Sebaiknya
3 Langkah untuk Menangkap Gambar Close-up Atlet yang Sedang Beraksi Secara Mengesankan

 

Saran untuk menangani lensa prima super telephoto


1. Membidik dengan kedua mata terbuka, melihat kejadian tanpa viewfinder

Pembesaran membuat sebagian pengguna baru lensa super telephoto merasa pusing, sama seperti Anda pertama kali memakai kontak lensa pada mata, atau mengenakan kacamata baru. Menemukan subjek dan mengikuti gerakannya melalui tampilan yang diperbesar, juga bisa cukup menantang.

Untuk mengatasi semua ini, apabila melihat melalui viewfinder (jendela bidik), latih diri Anda untuk tetap membiarkan satu mata lainnya tetap terbuka dan melihat aksi gerakannya. Meskipun diperlukan banyak latihan untuk membiasakan diri, tetapi hal ini tidak saja membantu menghilangkan rasa pusing, tetapi juga menjaga agar Anda tetap menyadari aksi di lapangan sehingga Anda siap menekan tombol rana saat momen yang dinantikan muncul. Itulah cara yang jitu untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari keduanya sekaligus!


2. Gunakan monopod apabila memungkinkan

Aperture maksimum besar dari lensa prima super telephoto profesional sangat krusial untuk keserbagunaan, tetapi perlu juga mempertimbangkan faktor bobotnya. Kemajuan teknologi telah membantu membuat lensa terbaru menjadi lebih kecil, lebih ringan, dan lebih mudah digenggam—tetapi tidak untuk digunakan pada waktu yang sangat lama. Jadi, menggunakan monopod memang sangat membantu. Monopod lebih mobile dan pastinya lebih disukai daripada tripod, karena di sebagian ajang olahraga, hal ini membuat Anda lebih bebas bergerak.


Untuk saran fotografi olahraga lainnya, bacalah:
Cara Membuat Bidikan Olahraga Ekstrem yang Terbaik
Triatlon dalam Hujan: 2 Teknik untuk Mengekspresikan Ketegangan dan Kecepatan
Fotografi Olahraga: Cara Menegaskan Kecepatan Dengan Mengontraskan Suasana yang Tenang dengan Suasana yang Bergejolak

 


Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi.

Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.

Daftar Sekarang!

Mengenai Penulis

Yong Teck Lim

Seorang jurnalis multimedia dan penggemar berat olahraga keras, penjelajahan pertama Yong Teck ke dalam foto jurnalistik adalah sebagai mahasiswa jurnalis foto untuk situs berita olahraga, Red Sports, dan ia meliput acara olahraga lokal. Setelah meraih gelar Bachelor of Arts dalam bidang Komunikasi di SUNY Buffalo pada musim semi tahun 2015, ia bekerja pada beberapa agensi, termasuk Getty Images, Associated Press dan Reuters, serta klien komersial, seperti Fédération Equestre Internationale, Red Bull, Lagardère Sports and Entertainment, Singapore National Olympic Council dan Sport Singapore.

http://ytlim.com

Berbagi foto Anda di My Canon Story & berpeluang ditampilkan pada platform media sosial kami