Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni – Bagian 12: Wawancara dengan Master Printer, James Tan
Kami gembira mendapat kesempatan mewawancarai Mr. James Tan, printmaker terkemuka di kawasan Asia Pasifik. Akreditasi yang dimilikinya termasuk, FMPA(UK), ILFORD Master dan Canon Master Printmaker.
Gambar oleh EIZO melalui http://www.eizoglobal.com/solutions/casestudies/james-tan
Dapatkah Anda menyampaikan pengenalan singkat mengenai perjalanan fotografis Anda?
Saya memulainya awal tahun 2000 sebagai tenaga magang di studio fotografi komersial, dan tidak lama kemudian, dipromosikan menjadi fotografer komersial terampil. Pada tahun 2007, saya menjadi Associate di Master Photographers Association (MPA), kemudian dianugrahi Peringkat Fellowship sebagai Printmaker Bersertifikat yang pertama dan satu-satunya pada tahun 2009—suatu kehormatan khusus untuk mengakui keterampilan saya dalam hal cetak-mencetak. Saya juga dilatih dalam Penilaian Kualifikasi dan Kompetisi di Kantor Pusat MPA di Darlington, Inggris. Saya mendapat kehormatan untuk melaksanakan penilaian pada Kompetisi Fotografi Internasional Bergengsi MPA, serta Kompetisi Cetak Tahunan WPPI di Las Vegas. Saat ini saya menjabat sebagai Wakil Duta MPA dan Ketua Kualifikasi untuk wilayah Asia Pasifik. Peran saya adalah menjunjung tinggi standar profesional fotografer MPA dan membimbing para anggota mengenai pembuatan gambar dan praktik bisnis. Saya juga seorang pendidik yang bersemangat, mengajar printmaking (pembuatan cetakan), pengelolaan warna, dan fotografi di seluruh dunia.
Dapatkah Anda memberikan gambaran singkat mengenai alur kerja proses kreatif Anda?
Proses fotografis terdiri atas empat bagian: 1) konseptualisasi, 2) menguasai teknis perlengkapan, 3) menguasai teknis penyuntingan gambar dan 4) menguasai pencetakan. Pengetahuan cetak-mencetak merupakan kelengkapan kecakapan fotografer pada semua bagian individual. Tanpa konseptualisasi, gambar akan tampak lemah, meskipun ditangkap dengan baik. Tanpa menguasai soal teknis, gagasan akan hilang karena tidak mampu secara tepat menangkap gambar. Tanpa keterampilan penyuntingan yang layak dan pemahaman soal alur kerja digital, gambar akan hancur akibat teknik penyuntingan yang buruk. Kecacatan yang melekat, akan terungkap setelah dicetak. Sebagai master printmaker, saya memiliki dua tujuan: memahami maksud klien saya di balik gambarnya, dan menggunakan keterampilan saya untuk menghadirkan potensi gambar yang sepenuhnya dalam cetakan.
Gambar oleh EIZO melalui http://www.eizoglobal.com/solutions/casestudies/james-tan
Perangkat lunak apa yang Anda gunakan untuk penyuntingan gambar?
Saya menggunakan Adobe Lightroom, Adobe Photoshop, Capture One, dan sejumlah perangkat lunak lainnya yang begitu banyak. Masing-masing aplikasi perangkat lunak memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri, dan siapa pun harus memahami kemampuan dan kesulitan untuk menghindari penurunan kualitas gambar. Contohnya, menyunting dalam mode 8-bit di Photoshop akan menghilangkan banyak tonality (pemberian nada baru) dari gambar apa pun sehingga menyebabkan gradasi yang tidak merata di area yang terang dan teduh (berbayangan). Karena itu, selalu pilih proses penyuntingan 16-bit di Photoshop. Saya silih-ganti antara Adobe Lightroom dan Photoshop untuk membuat cetakan foto, melalui driver printer. Saya lebih suka mengerjakannya pada Adobe RGB colour space dan menggunakan Relative Colormetric rendering intent bilamana gamut sumber lebih menguntungkan, misalnya, apabila tidak ada warna di luar gamut yang sedang digunakan dalam gambar.
Apakah Anda memanfaatkan perangkat keras pengelolaan warna untuk mengkalibrasi layar dan printer Anda?
Menggunakan perangkat keras kalibrasi untuk mengelola alur kerja warna, sungguh penting. Tanpa kalibrator, tidak mungkin memastikan bahwa monitor Anda akurat. Dan, tanpa monitor yang akurat, tidak ada gunanya menyunting gambar. Ini bagaikan, mencoba menyanyi tanpa dapat mendengar suara Anda sendiri. Bisa dikatakan bahwa siapa pun fotografer yang membuat cetakan karya seni murni harus memilikinya untuk mengontrol proses penyuntingan warna.
Apabila membuat cetakan, printer apakah yang Anda gunakan, dan mengapa?
Ini sungguh bergantung pada pekerjaan yang akan dilaksanakan, tetapi sebagai master printer, saya menggunakan bermacam-macam printer—dari offset digital hingga teknologi inkjet. Di studio pencetakan milik saya sendiri, saya menggunakan Canon PIXMA PRO-10 dan Canon ImagePROGRAF PRO-500 untuk cetakan hingga ukuran A2. Kualitas hasil cetakan, sebanding dengan yang terbaik. Bagi saya, printer PIXMA sesuai dengan alur kerja saya tanpa hambatan, berkat konektivitas Wi-Fi, mudah digunakan, opsi pengumpanan lembaran kertas fleksibel dan ukuran cetakan yang serbaguna. Ditambah dengan 8 atau lebih warna tinta pigmen bisa dengan mudah menghasilkan cetakan yang berkualitas.
Kertas apakah yang paling Anda sukai, dan mengapa?
Saya tidak punya kertas favorit, karena tiap pekerjaan bersifat unik dalam persyaratannya, tetapi jenis kertas yang berbeda, memiliki kisaran gamut warna yang unik, menangani keistimewaan, properti metamerik (atau penorehan warna), dll. Rekomendasi saya yaitu, mencoba beragam luas jenis kertas, dan memahami kekuatan serta kelemahannya, juga kesesuaian untuk gaya pencetakan Anda. Contohnya, kertas yang sangat bagus untuk pencetakan berwarna, mungkin bukan merupakan pilihan terbaik untuk pencetakan monokrom.
Manakah cetakan favorit yang sudah Anda hasilkan sejauh ini, dan mengapa?
Saya punya dua cetakan yang sangat saya sukai – Blondie, dan Slipknot, keduanya dibuat untuk EOS Master Eddie Sung. Sebagai fotografer konser rock yang dihormati, Eddie telah mengabadikan banyak momen ikonik untuk kedua band tersebut. Menghasilkan kedua cetakan ini memerlukan seluruh pengetahuan saya mengenai cetak-mencetak, dan banyak lagi. Dicetak pada canvas, cetakan harus diberi laminasi cair yang dikerjakan dengan tangan, dan itu sangat menyita waktu serta memerlukan segenap upaya untuk mendapatkan hasil yang tepat.
Gambar oleh Eddie Sung melalui http://eosworld.canon.com.sg/eos-master-eddie-sung
Dan yang terakhir, mengapa Anda mencetaknya?
Kalau menoleh ke belakang, tampaknya bahwa cetak-mencetak ini sudah menjadi panggilan jiwa saya. Saya mulai berkecimpung dalam percetakan pada tahun 1992-3, ketika orang tua saya membelikan saya printer inkjet resolusi tinggi, pemindai, dan salinan Photoshop LE; kebetulan, pada saat itu juga merupakan tahun dibentuknya International Color Consortium (ICC). Dengan semua peralatan ini, saya mulai menyunting dan mencetak artwork animasi, bahkan menyunting grafik game sebelum beralih ke fotografi sebagai hobi. Lambat-laun, hobi saya menuntun saya ke karier sebagai fotografer profesional terakreditasi dan photo retoucher (penyempurna foto), berpuncak pada 10 tahun terjun ke seni grafis setelah memperoleh akreditasi MPA. Singkatnya, saya mencetak, karena saya ingin menciptakan karya seni. Sehelai gambar tidak bisa sepenuhnya mencerminkan visi sang fotografer tanpa dicetak, dilindungi, dan dibingkai secara profesional, mengubahnya dari sehelai foto menjadi suatu karya seni. Saya berupaya keras mendidik sesama rekan fotografer di era digital untuk memahami pentingnya pencetakan, sehingga cikal-bakal prakarya ini tidak akan hilang.
Apakah ada saran lainnya untuk fotografer pemula yang ingin menghasilkan cetakan seni lukis murni?
Mulailah mencetak gambar Anda. Cetakan itu sendiri akan memberi tahu Anda, seberapa dekat (atau seberapa jauh) Anda dari sasaran Anda.
Artikel terdahulu:
Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni
Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni – Bagian 2: Ruang Warna
Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni – Bagian 3: Profil Warna dan Rendering Intent
Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni – Bagian 4: Bagaimana Cahaya Memengaruhi Warna
Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni – Bagian 5: Mengkalibrasi Monitor Anda
Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni – Bagian 6: Mengkalibrasi Printer Anda
Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni – Bagian 7: Memilih Kertas untuk Cetakan Karya Seni Lukis Murni
Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni – Bagian 8: Menguji Kertas
Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni – Bagian 9: Menentukan Gaya Pewarnaan dan Toning Anda
Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni – Bagian 10: Wawancara dengan Profesional EOS, Edgar Su
Pendahuluan tentang Pencetakan Seni Lukis Murni – Bagian 11: Mewujudkan Cetakan Foto ke Dalam Karya Seni
Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi dengan mendaftar pada kami!
Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.
Daftar Sekarang!