Dasar-Dasar Lensa #4: Deep Focus
Deep focus, di mana semua elemen dalam gambar berada dalam fokus, adalah suatu teknik yang kerap digunakan dalam fotografi lanskap dan fotografi jalanan. Di sini, kita akan mempelajari mengenai 4 faktor yang memengaruhi deep focus (fokus dalam). Bagaimana kalau mencobanya dalam bidikan foto Anda yang berikutnya?
EOS R6 Mark II + RF14-35mm f/4L IS USM @ f/16, 1/20, ISO 125
Bagaimana cara melakukan deep focus?
“Deep focus” mengacu ke status di mana semua elemen dalam gambar berada dalam fokus. Anda bisa menyebutnya teknik yang berlawanan untuk menciptakan bokeh. Untuk menghasilkannya, Anda harus memaksimalkan “depth of field” (area yang menampilkan gambar dalam fokus).
Depth of field dikendalikan oleh 4 faktor berikut ini:
1. Panjang fokus
Depth of field lebih besar pada panjang fokus yang pendek.
2. Aperture
Depth of field lebih besar pada aperture yang lebih kecil.
3. Jarak pemotretan
Semakin jauh kamera dari subjek, semakin besar depth-of-field-nya.
4. Kedalaman
Hal ini mengacu ke jarak antara elemen latar depan, latar tengah dan latar belakang. Deep focus lebih mudah dicapai dengan pemandangan yang lebih datar (jarak yang lebih dekat antara latar depan dan latar belakang).
Dengan kata lain, cara termudah untuk memastikan Anda mencapai deep focus (fokus yang dalam) adalah:
- Menggunakan lensa sudut lebar
- Menetapkannya pada aperture sekecil mungkin (f-stop tertinggi)
- Memposisikan kamera sejauh mungkin dari subjek
- Menyusun komposisi agar pemandangan tampak tidak terlalu dalam.
Mari kita lihat sejumlah contoh dari tiap faktor.
1. Gunakan panjang fokus yang lebih pendek
Contoh di bawah ini diambil dari titik yang sama pada panjang fokus yang berbeda, tetapi dengan f-stop yang sama (f/8). Titik fokus tetap pada boneka panda. Bangunan di latar belakang tampak tajam dalam bidikan 24mm, lebih lembut dalam bidikan 47mm, dan tampak diburamkan dalam bidikan 105mm. Ini menunjukkan bahwa depth of field lebih besar pada panjang fokus yang lebih pendek.
Semua gambar: EOS R6 Mark II/ RF24-105mm f/4L IS USM @ f/8
24mm
47mm
105mm
2. Gunakan aperture yang lebih sempit
Gambar di bawah, di bidik dari posisi yang sama, tetapi dengan f-stop yang berbeda. Gambar f/16 tampak tajam, dari bunga di latar depan hingga ke bangunan di latar belakang. Sementara itu, bunga di luar fokus (buram) pada gambar f/4. Lebih mudah mencapai deep focus dengan aperture sempit.
Aperture sempit (f/16)
EOS R6 Mark II/ RF24-105mm f/4L IS USM@ 35mm, f/16
Aperture lebih lebar (f/4)
EOS R6 Mark II/ RF24-105mm f/4L IS USM @ 35mm, f/4
Saran pro:
- Perhatikan jarak pemfokusan terdekat lensa Anda
Benda yang lebih dekat daripada jarak pemfokusan terdekat akan berada di luar fokus, tanpa menghiraukan f-stop.
- Gunakan pratinjau depth of field
Secara default, tampilan Live View/EVF kamera menunjukkan depth of field pada aperture maksimum lensa, tanpa menghiraukan pengaturan f-stop Anda. Aktifkan pratinjau Depth-of-field untuk melihat depth of field yang sesungguhnya.
Ingat hal ini: Segitiga Exposure
Dengan aperture yang lebih sempit, Anda memerlukan kecepatan rana yang lebih lambat dan/atau kecepatan ISO yang lebih tinggi untuk mengimbanginya. Ambil tindakan pencegahan terhadap goyangan kamera dan waspadai butiran gambar pada kecepatan ISO tinggi apabila memotret dalam kondisi minim cahaya.
3. Temukan sudut kamera dengan kedalaman yang sedikit
Gambar yang lebih datar dapat sepenuhnya dalam fokus, bahkan dengan depth of field yang lebih dangkal. Dalam pemandangan di bawah, tanda panah berada dekat dengan latar belakang, sehingga kita dapat memfokuskan semuanya pada f/4 saat membidik secara frontal (dari depan). Namun demikian, membidik dari sudut diagonal menambah kedalaman—itulah sebabnya bagian depan dan belakang gambar kedua tidak fokus.
Tanpa kedalaman (frontal)
Dengan kedalaman (komposisi diagonal)
Kedua gambar: EOS R6 Mark II/ RF24-105mm f/4L IS USM @ 74mm, f/4
4. Membidik lebih jauh dari subjek Anda
Gambar berikut dibidik dengan aperture (f/8) dan panjang fokus (24mm) yang sama, tetapi dari jarak pemotretan yang berbeda. Pada kedua gambar tersebut, fokus ditempatkan pada batu besar. Kalau menurut Anda, bahwa bangunan latar belakang terlihat lebih tajam di contoh yang kedua, Anda benar. Perbedaan menjadi semakin nyata apabila kita memperbesar—lihat krop di bawah!
Bidik lebih dekat ke subjek
Bidik lebih jauh dari subjek
Kedua gambar: EOS R6 Mark II + RF24-105mm f/4L IS USM @ 24mm, f/8
Lebih dekat ke subjek (dikrop)
Lebih jauh dari subjek (dikrop)
Apabila membidik lebih dekat ke subjek, naikkan f-stop untuk mempertahankan ketajaman latar belakang.
Level up: Konsep penting untuk deep focusing
1. Bidang fokus dan area dalam fokus
EOS R50 + RF35mm f/1.4L VCM @ 35mm (setara 56mm) @ f/1.4
i) Segala yang ada di kiri dan kanan titik fokus, juga akan berada dalam fokus
Kami menempatkan titik fokus pada bunga. Saat kamera memfokus pada bidang datar, sebagian bangku di sebelah kiri dan kanan bunga, juga ikut terfokus.
ii) Area di depan dan belakang bidang fokus, juga akan berada dalam fokus
Area yang tampak fokus (depth of field) meluas ke depan dan belakang bidang fokus. Meskipun ukuran depth of field (kedalaman bidang) bergantung pada 4 faktor yang tadi kami sebutkan, biasanya area ini lebih besar di belakang bidang fokus daripada di depannya.
Ingatlah konsep ini saat harus memutuskan penempatan titik AF (autofokus)!
2. Menggunakan f-number yang sangat tinggi, mengurangi kualitas gambar
Meskipun aperture yang lebih sempit membantu membuat lebih banyak elemen dalam fokus, namun, menggunakan aperture yang terlalu sempit dapat menjadi bumerang. Hal ini disebabkan oleh fenomena optik yang disebut ‘diffraction blur (keburaman difraksi)’, yang membuat detail terlihat kurang tajam (lebih "halus").
Inilah yang terjadi pada contoh dengan f/16 yang tidak dikoreksi di bawah ini, yang terlihat lebih halus dibandingkan dengan contoh f/11.
Area dalam bingkai merah apabila diperbesar
EOS R5/ RF50mm f/1.2L USM @ ISO 100
Pemulihan: Koreksi difraksi perangkat lunak
Mengaktifkan Digital Lens Optimizer atau Diffraction correction (Koreksi difraksi) di bawah fungsi “Lens aberration correction” (koreksi Aberasi Lensa) pada kamera Anda, dapat mengoreksi difraksi pada file JPEG Anda. Koreksi difraksi juga tersedia jika Anda mengembangkan file RAW dengan perangkat lunak Digital Photo Professional (DPP) gratis dari Canon.
3. Focus stacking
Tidak selalu memungkinkan untuk mendapatkan seluruh gambar yang sepenuhnya terfokus dalam sekali bidik. Anda mungkin perlu melakukan focus stacking, suatu teknik yang melibatkan pengambilan beberapa bidikan dari bingkai yang sama dengan jarak pemfokusan yang sedikit berbeda (“focus bracketing) dan menggabungkannya (“stack”) untuk membuat satu gambar akhir yang tajam dari depan hingga ke belakang.
Fitur yang berguna: Focus stacking (Penumpukan fokus) dalam kamera & depth compositing (penggabungan kedalaman)
Banyak kamera EOS seri R memiliki fungsi in-camera focus bracketing yang mengotomatiskan focus bracketing (teknik pengambilan gambar dari gambar yang sama, menggunakan pengaturan kamera yang berbeda). Sebagian kamera memiliki fungsi depth compositing (penggabungan kedalaman) yang melakukan focus stacking (penumpukan fokus) untuk Anda. Anda juga dapat melakukan penumpukan dalam perangkat lunak penyuntingan, misalnya Digital Photo Professional.
Baca juga:
Focus Stacking: Teknik Pro Disederhanakan dengan Focus Bracketing
Deep focus bisa membantu Anda menghasilkan foto seperti ini!
EOS R8/ RF15-35mm f/2.8L IS USM/ FL: 24mm/ Aperture-priority AE (f/14, 1/125 det.)/ ISO 100/ WB: Auto
Panjang fokus yang pendek dan aperture sempit untuk menghasilkan deep focus
Bidikan ini berada dalam fokus, dari rerumputan di latar depan hingga ke pegunungan di latar belakang. Hal ini dicapai melalui panjang fokus yang pendek dan pengaturan aperture sempit