f/8: Menangkap Detail Bangunan dan Struktur
Jika ingin mengambil gambar struktur besar yang agak jauh, seperti pabrik dan bangunan, kami sarankan menggunakan f/8. Gambar yang Anda dapatkan akan memiliki segelintir area yang buram, dengan detail tajam yang digambarkan di seluruh bingkai. Juga patut diperhatikan bahwa f/8 adalah pilihan istimewa untuk memotret lanskap alam dan fotografi jalanan. (Dilaporkan oleh: Teppei Kohno)
f/8, 13 det., ISO 400
f/8 mempertahankan ketajaman detail struktural—selama Anda tidak terlalu jauh!
Apabila memotret jalanan, bangunan dan pabrik, yang Anda inginkan adalah menggambarkan tekstur beton dan logam secara jernih dan tajam. Pada pengaturan apeture f/8, selama subjek Anda tidak terlalu dekat (misalnya, pada jarak sekurangnya 8,25m* pada EF50mm f/1.8 STM dan kamera sensor APS-C, secara kasar setara dengan bangunan di seberang jalan dua arah), depth-of-field pada f/8 seyogianya cukup untuk menjaga ketajaman gambar seluruhnya, dan bahkan menangkap tekstur bagian metalik secara akurat sehingga keseluruhan gambar terlihat seperti aslinya.
* Dihitung berdasarkan separuh jarak hyperfocal. Jarak hyperfocal adalah jarak fokus minimum yang memberikan depth-of-field maksimum, dan bergantung pada pengaturan aperture, ukuran sensor dan panjang fokus kamera. Cobalah kalkulator depth-of-field (Versi Inggris) ini untuk melihat hasil pada panjang fokus yang lain. Pada umumnya, jarak hyperfocal juga meningkat bersama panjang fokus.
Kalau terlalu sempit bisa menjadi bumerang
Jika subjeknya sangat jauh, dengan menyempitkan aperture lebih dari f/8 tidak akan membuat banyak perbedaan pada ketajaman gambarnya. Malahan, kalau menyempitkan aperture terlalu berlebihan, dapat menyebabkan gambar kehilangan ketajamannya akibat suatu fenomena yang disebut "difraksi", yaitu, gelombang cahaya yang masuk ke lensa diblokir oleh bilah aperture dan dipaksa melengkung, sehingga menyebabkan gambar yang kurang tajam.
Jika menurut Anda, depth-of-field f/8 tidak cukup besar, Anda dapat sedikit menyempitkan aperture, tetapi hati-hati dengan penyesuaian Anda. Kebanyakan fotografer tidak akan memilih di luar f/11 kecuali mereka punya alasan yang bagus, misalnya kalau mereka ingin menciptakan efek starburst (semburat bintang) dan kualitas gambar adalah prioritas kedua.
Tiga gambar di bawah, masing-masing dibidik pada f/2, f/8, dan f/22, menunjukkan betapa aperture memengaruhi ketajaman.
f/2
f/2, 1/4 det., ISO 800
Pada f/2, garis-garis tampak buram (“lembut”) akibat depth-of-field dangkal. Perubahan warna ungu (rumbaian warna) dalam gambar merupakan tanda aberasi kromatik aksial, yang kemungkinan terjadi pada gambar yang dibidik pada aperture yang lebih lebar.
f/8
f/8, 4 det., ISO 800
Pada f/8, garis-garis tampak lebih tajam dan jernih.
f/22
f/22, 30 det., ISO 800
Pada f/22, terdapat starburst indah dari cahaya. Namun demikian, garis-garis tampak lembut akibat difraksi aperture yang sempit.
Ini adalah GIF close-up untuk perbandingan. Apakah Anda melihat perbedaannya, khususnya pada garis luar?
Saran: Jika pemandangan Anda memiliki sejumlah elemen yang berjarak agak lebih jauh, Anda perlu menggunakan teknik deep focus. Cobalah f/11 untuk memulai.
Teknik bonus: Menyempurnakan kesan metalik dengan 'White Balance -Tungsten Light’
Apabila pencahayaan di sekitar subjek memiliki semburat warna yang unik, seperti pada contoh di atas, ini juga bisa menjadi hal yang asyik untuk mengutak-atik pengaturan White Balance (WB). Anda bahkan bisa menghasilkan foto yang memiliki efek visual berbeda dari pemandangan aslinya. Untuk foto bentangan malam seperti ini, kami merekomendasikan pengaturan ‘Tungsten Light’. Hal ini memberikan rona kebiruan, mengubah bentangan malam pabrik berpenampilan mekanis menjadi sesuatu dengan kesan surealis nan sejuk.
f/8, 13 det., ISO 250
WB-Auto: Gambar ini memiliki penampilan yang agak surealis, tetapi tidak ada keunikan di sana.
f/8, 13 det., ISO 250
WB-Tungsten Light: Kesan futuristik Rona warna ikut berkontribusi pada konstruksi atmosfer.
--
Bingung cara mengubah pengaturan aperture Anda? Klik di sini untuk petunjuk langkah-demi-langkah.
---
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang white balance dan cara menyesuaikannya, baca:
Dasar-Dasar White Balance untuk Menghasilkan Nada Warna Dambaan
Bagaimana Menorehkan Warna dengan Fungsi White Balance Correction
Untuk saran lainnya mengenai memotret bangunan dan arsitektur, bacalah:
Saran untuk Komposisi: Membuat Foto Bangunan dan Pabrik Terlihat Lebih Hidup
Saran Pro Supaya Bidikan Arsitektur pada level Jalan Menjadi Lebih Baik
Menerima pembaruan termutakhir tentang berita, saran dan kiat fotografi.
Jadilah bagian dari Komunitas SNAPSHOT.
Daftar Sekarang!Mengenai Penulis
Lahir di Tokyo pada tahun 1976, Kohno lulus dengan menyandang gelar Social Work dari Fakultas Sosiologi, Meiji Gakuin University, dan magang dengan fotografer Masato Terauchi. Dia memberikan kontribusi untuk terbitan pertama majalah fotografi PHaT PHOTO, dan menjadi fotografer independen setelah itu, pada tahun 2003. Sebagai pengarang dari banyak buku, Kohno tidak hanya memotret semua jenis foto komersial, tetapi juga banyak menulis untuk majalah kamera dan lainnya.