Temukan yang Anda cari

atau cari melalui

topik

Article
Article

Article

e-Book
e-Book

e-Book

Video
Video

Video

Campaigns
Campaigns

Campaigns

Architecture
Kamera Saku

Kamera Saku

Architecture
DSLRs

DSLRs

Architecture
Videografi

Videografi

Architecture
Astrofotografi

Astrofotografi

Architecture
Tanpa Cermin

Tanpa Cermin

Architecture
Fotografi arsitektur

Fotografi arsitektur

Architecture
Teknologi Canon

Teknologi Canon

Architecture
Fotografi cahaya minimal

Fotografi cahaya minimal

Architecture
Wawancara fotografer

Wawancara fotografer

Architecture
Fotografi lanskap

Fotografi lanskap

Architecture
Fotografi makro

Fotografi makro

Architecture
Fotografi olahraga

Fotografi olahraga

Architecture
Fotografi Wisata

Fotografi Wisata

Architecture
Fotografi bawah air

Fotografi bawah air

Architecture
Konsep & Aplikasi Fotografi

Konsep & Aplikasi Fotografi

Architecture
Fotografi Jalanan

Fotografi Jalanan

Architecture
Kamera Mirrorless Full-frame

Kamera Mirrorless Full-frame

Architecture
Lensa & Aksesori

Lensa & Aksesori

Architecture
Nature & Wildlife Photography

Nature & Wildlife Photography

Architecture
Fotografi Potret Wajah

Fotografi Potret Wajah

Architecture
Fotografi Malam

Fotografi Malam

Architecture
Fotografi Hewan Piaraan

Fotografi Hewan Piaraan

Architecture
Solusi Pencetakan

Solusi Pencetakan

Architecture
Ulasan produk

Ulasan produk

Architecture
Fotografi Pernikahan

Fotografi Pernikahan

Saran & Tutorial >> Semua Saran & Tutorial

Saran untuk Pemotretan Fotografi Makanan Pertama Anda

2024-11-20
0
15

Canon Indonesia EOS Creator Kim (@niesukma) berbagi wawasan, saran, dan tekniknya untuk pemula saat ia memandu kita melalui suatu pemotretan.

Dalam artikel ini:

 

1. Merencanakan konsep dan gambar

Sebelum mulai membidik, pikirkan, seperti apa Anda ingin foto itu terlihat. Konsep atau suasana seperti apa yang ingin Anda ekspresikan? Hal ini akan memengaruhi latar belakang, palet warna, alat peraga yang digunakan, dan variasi pencahayaan.


Mood (Suasana Hati)

Akan lebih mudah menciptakan suasana yang cerah dengan latar belakang dan alat peraga berwarna terang, sedangkan tampilan yang lebih gelap dan dramatis dapat dibuat dengan latar belakang dan alat peraga berwarna gelap atau pekat.

Latar belakang sangat berperan dalam menentukan mood (suasana hati). Anda tetap bisa menggunakan alat peraga berwarna terang dalam gambar yang gelap dan suasana murung, jika direncanakan dengan baik.

Gambar yang cerah dan lapang, juga memerlukan pencahayaan yang lebih terang dan merata, sementara untuk pemotretan yang mengungkapkan suasana hati, bayangan pun berperan penting.


Bidikan kue pai apel di atas dan roti kayu manis di bawah adalah yang saya sebut sebagai "variasi suasana hati yang cerah". Bayangannya lebih pekat dan lebih bernuansa dibandingkan tampilan konvensional yang “terang dan lapang”.

Warna alat peraga dan latar belakang benar-benar mengubah suasana hati.


Konsep dan alat peraga

Apabila berencana menggunakan alat peraga, pikirkan cerita apa yang ingin Anda sampaikan melalui foto makanan Anda. Dengan apa Anda inginkan pemirsa mengaitkan foto makanan itu?

Beberapa arahan untuk dipikirkan:
- Bahan yang digunakan untuk membuat makanan itu.
- Kisah atau legenda tentang asal-usul makanan tersebut.
- Bagaimana makanan membangkitkan perasaan seseorang.

Saya sering menyertakan minuman untuk mendukung ceritanya. Saya ingin, mereka yang melihat foto itu merasakan suatu emosi, menikmatinya, seakan-akan saat itu adalah waktu untuk minum teh, waktu sarapan, atau waktu menikmati camilan, dlsb.

Saran Pro: Hindari alat peraga yang berkilauan sehingga Anda tidak perlu menangani masalah pantulan.

 

Warna

Makanan adalah subjek utama, jadi, pertimbangkan warnanya, dan bagaimana Anda akan membuatnya lebih menarik. Gunakan teori warna untuk membantu Anda.

Untuk foto kue pai apel pada gambar pertama, saya menambahkan daun rosemary hijau sebagai aksen untuk kontras dengan warna cokelat dan merah pada pai apel. Daun rosemary melengkapi “cerita” menikmati camilan, karena dapat dicelupkan ke dalam teh untuk menambahkan cita rasa!

Saran Pro: Memilih latar pertama Anda
- Pilih warna netral agar lebih serbaguna.
- Dapatkan dua latar belakang—satu gelap, satu terang, sehingga Anda dapat menciptakan suasana hati yang berbeda. 
- Hindari pola yang mencolok atau ramai: makanan tidak akan terlihat menonjol.
- Kayu dan keramik selalu bagus untuk fotografi makanan!

 

2. Rencanakan pencahayaan Anda

Gunakan pencahayaan samping atau latar
Kami biasanya menggunakan pencahayaan samping atau latar untuk menonjolkan tekstur, bentuk, dan dimensi. Pencahayaan dari depan, membuat makanan terlihat hambar dan membosankan.


Pencahayaan juga tentang pengendalian bayangan

Pencahayaan bukan hanya tentang memberikan cahaya yang cukup pada subjek Anda. Ini juga soal mengendalikan bayangan. Bayangan membantu menonjolkan bentuk dan tekstur.

Persiapkan pemblokir dan reflektor: semua ini berguna, bahkan untuk bidikan dengan cahaya alami. Anda dapat membuatnya sendiri (DIY) dari karton atau lembaran apa pun yang keras. Reflektor saya adalah alas kue plywood yang dilapisi kertas perak yang saya beli sangat murah dari toko kue.

EOS R6 Mark II + RF50mm f/1.8 STM @ f/4, 1/15 det., ISO 320

 

Pemblokir dalam pengaturan ini mengendalikan cahaya alami sehingga tampak seperti cahaya samping yang bersinar dari jendela, dari sekitar 45° di balik pemandangan subjek. Pemblokir ini menambahkan bayangan tipis ke bagian kiri bawah dan kanan atas gambar, memfokuskan perhatian kita pada bagian atas kue pai yang bertekstur.

 

Tanpa pemblokir

Pemblokir

Tanpa pemblokir, pencahayaan akan datar dan lebih merata. Mata kita terarah ke seluruh kue pai, terutama bagian depan yang diindikasikan oleh tanda panah, yang paling dekat dengan kita.

Saran Pro: Waktu di siang hari, penting!
Untuk bidikan gambar dengan cahaya alami yang terang, lakukan pembidikan pada siang hari saat cahaya tidak terlalu benderang, misalnya, pada pagi-pagi sekali atau sore hari.


Level up: Pencahayaan artifisial memberi lebih banyak kebebasan

EOS R6 Mark II +  RF50mm f/1.8 STM @ f/3.5, 1/100 det., ISO 800

Anda dapat menciptakan kembali tampilan "cahaya alami" kapan saja dengan menambahkan lampu kilat atau lampu studio dan softbox besar ke pemblokir dan reflektor Anda.

Softbox besar yang ditempatkan pada subjek menciptakan cahaya yang lebih lembut dan lebih menyebar—bayangan tidak akan terlihat terlalu gelap. Kisi-kisi sarang lebah pada softbox membantu menyebarkan cahaya lebih jauh.

 

3. Lensa mana yang digunakan?

Lensa 50mm paling mudah digunakan; gunakan panjang fokus yang lebih lebar untuk permukaan datar

EOS R6 Mark II + RF35mm f/1.8 Macro IS STM @ f/4, 1/100 det., ISO 100

Untuk fotografi makanan komersial, kami ingin menghindari distorsi bentuk makanan, jadi kami biasanya tidak menggunakan panjang fokus yang terlalu lebar. Setidaknya 50mm ideal pada sebagian besar kasus, meskipun Anda dapat menggunakan yang sedikit lebih lebar untuk foto bentangan datar, karena distorsi tidak terlalu kentara dari sudut depan.

Saya senang menggunakan lensa prima, karena aperture maksimum dan ketajamannya yang besar. Fokus otomatis dalam cahaya redup lebih halus dengan aperture maksimum yang lebih besar. Tentu saja, lensa zoom standar lebih praktis untuk pembingkaian dan perekaman video. Jika Anda memiliki lensa zoom aperture besar, seperti RF24-70mm f/2.8L IS USM atau RF28-70mm f/2.8 IS STM yang baru, Anda akan memiliki dua lensa yang terbaik!

Anda juga dapat mempertimbangkan:

- Kompresi dan efeknya pada alat peraga
Panjang fokus setara full-frame sekitar 50mm memberikan perspektif paling alami. Jika menggunakan kamera APS-C, berarti Anda menggunakan panjang fokus 32mm.
Panjang fokus yang lebih panjang dapat membuat alat peraga latar belakang terlihat lebih besar dari yang diperkirakan karena kompresi perspektif, yang mungkin membuat makanan tampak kurang menonjol. Saya harus menyesuaikan alat peraga saya lebih sering apabila menggunakan lensa 50mm pada kamera APS-C.

- Jarak kerja
Ini mengacu ke jarak yang diperlukan lensa Anda dari subjek untuk mencapai pembingkaian ideal. Hal ini khususnya penting jika Anda menggunakan lensa prima. Saya pada umumnya membidik dengan lensa RF50mm f/1.8 STM, tetapi memilih RF35mm f/1.8 Macro IS STM yang lebih lebar untuk permukaan datar, sehingga saya tidak perlu memanjat tinggi untuk membidiknya!

EOS R6 Mark II dan RF35mm f/1.8 Macro IS STM milik saya, disiapkan untuk permukaan datar (flat lay).

Baca juga: 3 Lensa untuk Memulai Fotografi Makanan

 

4. Pengaturan apa yang digunakan?

Dapatkan gambar yang selengkap mungkin di kamera
Meskipun saya memotret dalam format RAW, saya selalu berusaha mendapatkan foto yang semirip mungkin dengan hasil akhir di kamera, sehingga hanya memerlukan pascapenyuntingan yang minimal. Ini membuat alur kerja Anda lebih efisien.


Pemfokusan itu penting

i) Belajar untuk mengendalikan depth of field

Memahami cara kerja depth of field agar Anda tahu bagaimana dan apa yang harus disesuaikan bilamana perlu. Ini berbeda untuk setiap situasi dan jenis makanannya!

Secara pribadi, saya menyukai foto dengan latar belakang yang agak buram (bokeh latar belakang), karena ini menambahkan kedalaman ke foto dan sesuai untuk suasana hati apa pun. Namun demikian, jika klien atau situasi mengharuskan seluruh subjek atau pemandangan berada dalam fokus, saya menyesuaikan f-stop atau menggunakan focus stacking (tumpuk fokus).  Sebagian kamera EOS seri R yang termutakhir, seperti EOS R6 Mark II memiliki in-camera focus bracketing dan fungsi depth compositing yang membidik dan menggabungkan gambar untuk Anda.

EOS R6 Mark II + RF50mm f/1.8 STM

Bokeh, juga bisa berada di latar depan! Di sini, dedaunan yang diburamkan di latar depan membingkai subjek, menambahkan warna dan dimensi.

ii) Periksa fokus Anda setiap kali seusai membidik. Pertimbangkan melakukan ‘shooting tethered’ (menghubungkan kamera Anda ke komputer, berkabel atau nirkabel).

Ini akan membantu memastikan fokus yang tepat terutama apabila menggunakan pengaturan aperture lebar. Sulit untuk melihatnya di layar LCD, jadi perbesar tinjauan gambar.

Atau, potret dengan tethering (menghubungkan kamera ke komputer atau tablet saat Anda memotret). Ini memungkinkan Anda untuk segera memeriksa gambar yang Anda potret dalam resolusi penuh di layar besar. Anda bahkan dapat menyimpan bidikan Anda secara langsung ke komputer! Ini sangat berguna untuk bidikan atas-bawah: Anda tidak perlu bolak-balik berlari ke kamera untuk menyesuaikan pengaturan. Ini adalah cara yang sangat efisien untuk melakukan pemotretan produk profesional atau komersial.

Saran perlengkapan: Anda dapat melakukan bidikan tethered secara nirkabel dengan perangkat lunak EOS Utility Canon secara gratis.


White balance: Memeriksanya di tempat
Anda tentu tidak ingin foto makanan terlihat kekuningan atau kebiru-biruan. Ini bukan hanya soal estetika: torehan warna pada makanan tertentu, misalnya krim, dapat membuat orang mengira krim itu adalah cita rasa, padahal bukan. Untuk memulai, Auto White Balance: Ambience-priority (prioritas sekitar) cukup akurat pada umumnya. Untuk kontrol dan konsistensi yang lebih baik, saya secara manual menyesuaikan suhu warna di Kelvins, langsung di tempat.


Picture Style: Fine Detail

Saya menggunakan pengaturan “Fine Detail” pada Picture Style untuk mendapatkan detail makanan yang lebih baik.

Apakah Picture Style itu?
Pengaturan “Picture Style” adalah profil gambar yang mengendalikan, bagaimana warna, kontras, dan penajaman diterapkan ke gambar. Semua itu memengaruhi gambar yang Anda lihat pada kamera Anda. Semua itu biasanya dimuatkan secara default apabila Anda membuka gambar RAW di perangkat lunak pascapemrosesan, sehingga yang Anda lihat di sana adalah yang Anda bidik.

Baca juga:
Dasar-Dasar Kamera #10: Picture Style


Kecepatan ISO: Mengenal kamera Anda

Detail, penting untuk fotografi makanan, jadi saya menjaga kecepatan ISO serendah mungkin untuk memastikan gambar yang dihasilkan kamera, jernih. Saya merasa lebih nyaman menggunakan kecepatan ISO yang lebih tinggi pada kamera full-frame seperti EOS R6 Mark II, karena kamera tersebut memiliki performa kecepatan ISO tinggi yang lebih baik.

 

5. Mengedit

Karena sebagian besar pekerjaan dilakukan di tempat, saya biasanya hanya perlu melakukan sedikit perubahan pada kecerahan, kontras, dan ketajaman selama pascapemrosesan.


Untuk saran lainnya mengenai fotografi makanan, dan bacaan lebih lanjut tentang konsep yang diperkenalkan di sini, lihat:
Mengambil Foto Makanan yang Lebih Bagus: 3 Saran Sederhana
Macro yang menggiurkan: Seni Fotografi Makanan Secara Close-up
Fotografi Makanan dan Kiat dalam Penataan
3 Komposisi & Teknik Gaya Penataan untuk Fotografi Makanan

Berbagi foto Anda di My Canon Story & berpeluang ditampilkan pada platform media sosial kami